Mengungkap Perilaku Belanja Masyarakat Indonesia Jelang Lebaran

Fimela diperbarui 05 Jun 2018, 11:40 WIB

Bulan Ramadan merupakan bulan yang dinanti-nanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbanyak di Asia Tenggara, tentunya merayakan festive ini dengan meriah.

Perayaan Ramadan dengan puncak Hari Raya Idul Fitri menjadi momen spesial di mana hal ini juga turut mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Adanya kebiasaan memberi amplop Lebaran untuk anak-anak dan keponakan, hantaran parcel atau hampers kepada kolega kerja, tradisi mudik, anjangsana dari rumah ke rumah, berbagai diskon yang digelontorkan toko-toko offline dan online, dan tentunya ‘tradisi’ para pekerja menerima Tunjangan Hari Raya (THR), tentu  meningkatkan berbagai transaksi jual-beli di masyarakat.

Lalu, seperti apa sih gambaran transaksi belanja masyarakat Indonesia selama bulan Ramadan? Berikut laporan eksklusif dari Vemale.com

Ramadan tak lengkap tanpa belanja baju baru, sirup dan handphone baru

“Baju baru, alhamdulillah, ‘tuk dipakai di hari Raya…” Masih ingat dengan lagu anak-anak tahun 90-an ini? Meski hanya sebuah lagu, tetapi kenyataannya lirik lagu yang dinyanyikan oleh Dhea Ananda ini menggambarkan pola konsumsi masyarakat Indonesia jelang Idul Fitri sejak puluhan tahun yang lalu.

Hal ini selaras dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Haikal Bekti Anggoro, Head of Digital Marketing Lazada Indonesia saat diwawancarai oleh Vemale.com, “Fashion muslim (re: paling banyak dibeli). Kategori ini juara banget, apalagi untuk perempuan. Mereka tidak hanya membeli baju melainkan aksesorisnya juga, pernak-perniknya, seperti kerudung.”

Lebih jauh lagi, dijelaskan oleh dari Rezki Yanuar, Country Brand Manager Shopee Indonesia, keyword yang paling banyak dicari dalam aplikasi Shopee adalah “gamis, sepatu wanita, gamis syar’i, flat shoes dan alat sholat wanita. Dari tahun ke tahun pun, pembelian fashion masih menjadi favorit masyarakat Indonesia jelang Ramadan. “Fashion muslim, pakaian wanita dan kategori Anak&Bayi. Tahun 2016 adalah ‘hijab, dress muslim, mukena’. Tahun 2017, ketiga kategori itu masih menjadi favorit pengguna Shopee.”

Jika di Shopee produk yang lebih banyak diincar adalah fashion, beda halnya dengan di Bukalapak dan Lazada. Di kedua marketplace ini, makanan kemasan seperti kue-kue kalengan atau produk sembako berupa beras organik serta perabotan rumah tangga, merupakan barang yang juga banyak dibeli. Hampir sejajar dengan belanja fashion, groceries atau kebutuhan rumah tangga pun menjadi kategori barang yang banyak dibeli oleh masyarakat Indonesia saat Ramadan. Dilansir dari ecommerceiq.asia, angka belanja kebutuhan rumah tangga berada pada kisaran Rp1 M - Rp5 M. Hal ini bisa dimaklumi mengingat masyarakat Indonesia terbiasa bersedekah sembako dan memasak sendiri untuk sajian Lebaran.

Lalu, bagaimana dengan gadget? Jika 20-30 tahun silam, kita puas dengan memiliki baju baru saat Lebaran, rupanya tren telah bergeser. Baju baru saja tak cukup, karena Lebaran artinya adalah gadget baru. Data yang kami lansir dari techinasia, di tahun 2016 lalu, pembelian gadget termasuk “the big three” kategori yang banyak dibeli, yaitu 17 persen. Jumlah ini pun tentunya bertambah terus hingga tahun ini.

Menariknya, ada fenomena yang berbeda terkait pembelian gadget jelang Lebaran. Hal ini terkait dengan THR, diungkapkan oleh Haikal dari Lazada Indonesia, “Para pembeli sengaja menunggu dapat THR untuk membeli barang elektronik. Begitu pun dengan pembelian gadget yang cukup mahal, kalo biasanya mereka membeli gadget di bulan biasa hanya 1 juta- 2 juta, saat Ramadan mereka akan membeli dengan harga middle hingga up.“


Puncak pembelian 1-2 minggu sebelum Lebaran

Tak dipungkiri, THR bisa dibilang sebagai uang bonus yang paling dinanti dan tentunya hal ini berpengaruh pada pola belanja masyarakat. Produk elektronik adalah produk yang laris-manis dibeli setelah THR cair. “Para pembeli sengaja menunggu THR untuk membeli produk elektronik,” ujar Haikal. “ … sampai yang gede-gede seperti kulkas atau mesin cuci.”

Peningkatan traffic transaksi setelah THR ini bisa dibilang cukup fantastis. Berbagai e-commerce dan marketplace pun menggenjot promo gila-gilaan di minggu-minggu THR cair atau sekitar 1-2 minggu jelang Lebaran.

Contohnya, promo Big Ramadhan Sale dan Goyang Hujan Emas yang diadakan oleh Shopee. Data tahun lalu, terhitung 300.000 transaksi per hari dilakukan melalui Shopee. Di tahun ini, Shopee melihat adanya peluang besar dengan meningkatnya transaksi tiga kali lipat dibanding hari biasanya, bahkan saat sebelum Lebaran.

“Prediksi kami transaksi paling tinggi tahun ini akan terjadi saat dua minggu sebelum hari raya Lebaran, sekitar tanggal 28 Mei 2018. Situasi ini kami asumsikan pada minggu tersebut pengguna kami menerima Tunjangan Hari Raya yang mendorong mereka untuk membeli
segala kebutuhan hari raya,” ungkap Rezki Yanuar melihat fenomena transaksi pada Shopee.

Selain faktor cairnya THR, rupanya faktor ketepatan waktu juga menjadi pertimbangan para shopper. “Kita pelajari tahun lalu, banyak kategori yang dibelanjakan sebelum THR. Biasanya mereka akan membeli pada 2 minggu sebelum Lebaran. Karena kalo 3 atau 4 minggu sebelum Lebaran, para pembeli akan was-was apakah barang mereka akan sampai tepat waktu atau tidak. Peeknya 1 dan 2 minggu  sebelum Lebaran,” jelas Haikal.

Setelah sahur dan maghrib menjadi puncak transaksi tiap harinya

Menariknya, waktu pembelanjaan saat Ramadan pun berubah dibandingkan hari biasa. Shopee Indonesia sudah melihat adanya indikasi perubahan dan penambahan waktu transaksi sepanjang awal bulan Ramadhan ini. “Kami menemukan data yang menunjukkan bahwa transaksi pesanan banyak terjadi saat Sahur jam 03.00-05.00 WIB, dan sehabis Magrib jam 19.00-20.00 WIB,” ungkap Rezky. Bukalapak pun mengalami hal yang sama, seperti yang diungkapkan oleh Ambrosia Tyas, Senior Brand and Communications Manager Bukalapak, “Di jam-jam puncak, transaksi per menit menjadi lebih tinggi berkali-kali lipat dibandingkan biasanya.”


Belanja Ramadan semudah ‘add to cart’ di website e-commerce dan marketplace

Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital, mempermudah masyarakat untuk berbelanja kebutuhan Lebaran hanya dari balik layar monitor komputer atau smartphone. Apalagi dengan berbagai promo menarik yang digencarkan oleh e-commerce dan marketplace, membuat masyarakat tak segan mengeluarkan uangnya.

Pembelanjaan online saat Ramadan memang menjadi pilihan saat ini. Promo dan potongan harga yang cukup signifikan menjadi daya tarik. Namun yang lebih menarik lagi adalah promo gratis ongkir yang ternyata cukup menggiurkan bagi masyarakat. Adanya kemudahan berbagai cara pembayaran juga menjadi faktor pendorong mengapa belanja online lebih diminati. Memang, hanya dengan klik “add to cart” lalu transfer, transaksi pun bisa diselesaikan dengan mudah dan barang langsung dikirim ke rumah.

Tiket mudik jadi tujuan utama setelah menerima THR

Tak hanya berbelanja kebutuhan berupa barang (goods), masyarakat Indonesia pun berburu tiket mudik setelah menerima THR. Maklum, tiket pesawat atau kereta api merupakan hal penting bagi masyarakat Indonesia yang kental dengan tradisi pulang kampung saat Lebaran. Maka itu, tidak mengherankan dengan load penumpang yang bertambah dan arus yang memuncak, tiket mudik menjadi rebutan. Tak jarang pula harganya menjadi berlipat-lipat ganda lebih mahal. Dilansir dari The Jakarta Post bulan April 2017, perkirakan ada 19 juta orang yang terlibat dalam arus mudik.

Dilansir dari ramadan insight Tech In Asia tahun 2016,  pembelian tiket (travel) menempati posisi kedua atau sekitar 30 persen sebagai hal yang paling banyak dicari di Google. Sementara itu, data yang dirilis Google menunjukkan adanya lonjakan pencarian tiket sebanyak 1,6 kali lebih tinggi di menit-menit terakhir jelang libur Lebaran.


Mall tetap ramai

Riuhnya transaksi pembelanjaan bukan hanya milik situs-situs belanja online saja. Mall pun masih menjadi tempat belanja yang diminati oleh masyarakat Indonesia masa kini. Hal ini terlihat dari lonjakan jumlah pengunjung mall saat Ramadan dan jelang Lebaran, seperti yang nampak di Grand Indonesia. “Lebaran tahun sebelumnya Juni, pengunjung mencapai 2,4 juta. Padahal di bulan biasanya 2,1 juta, tapi saat di bulan Juni atau Ramadan naik jadi 2,4 juta. Tahun ini targetnya juga sama,” jelas Public Relations Manager Grand Indonesia, Dinia Widodo

Semakin bertumbuhnya e-commerce, ternyata tak menjadi kekhawatiran para pemilik gerai offline. Hal ini dikarenakan habit masyarakat Indonesia yang masih tergolong konservatif dalam berbelanja. “Walau banyak e-commerce tapi GI tidak berdampak penurunan, karena sifat masyarakat Indonesia  masih berbeda dengan luar negeri. Masyarakat indonesia masih suka mencoba atau memegang terlebih dahulu barang yang mereka beli.”

Bonus yang diberikan langsung setelah transaksi juga menjadi faktor mengapa toko offline masih diminati di tengah suburnya e-commerce. “Nah biasanya di mall juga memberikan shopping program yang bisa diikuti para pengunjung, jadi saat belanja pengunjung dapet bonus pula, hal ini yang mungkin tidak bisa didapatkan dari e-commerce.”

Berbagai penawaran menarik di mall menggerakkan arus kedatangan para pembeli di jam-jam yang tidak biasa, yaitu saat malam hari atau midnight sale. Bahkan di hari pertama dan kedua Lebaran, mall tetap ramai walau jam operasi hanya setengah hari. Selain itu, mall masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia untuk berbuka puasa sehingga kesempatan ini menjadi peluang untuk menggelar promo-promonya di malam hari.

“Fashion masih nomer satu yang diburu masyarakat, lalu yang kedua F&B karena orang-orang pada buka puasa di mall,” ujar Dinia. “Untuk fashion kini trennya masyrakat lebih senang menggunakan sport wear. Di GI pun tenant fashion selalu diperbaharui  yang membuat masyarakat masih senang datang ke mall.  Bahkan kita mengadakan program belanja 10 juta, masih banyak yang mengikuti.”

Tips belanja Ramadan

Shopping Ramadan memang menjadi bagian dari potret perekonomian masyarakat Indonesia yang tak bisa dipisahkan dari hasrat konsumtif. “Positifnya barang barang di bulan Ramadan itu dibeli karena lebih keperluaan keluarga, bukan diri sendiri. Contohnya peralatan rumah tangga. Dan Lebaran memang momen yang ditunggu untuk membeli barang-barang dengan besar. Negatifnya ya memang suka bablas belanjanya, ngga sadar apa yang sudah kita beli,” kata Haikal menanggapi tren belanja musiman ini.

Lalu, bagaimana sih tips belanja Ramadan yang aman dan nyaman, serta terkontrol?
* Berbelanjalah di situs belanja online atau toko offline yang terpercaya

* Survey harga dari satu tempat ke tempat lain sangat direkomendasikan

* Untuk belanja online, selain harga pokok barang, pertimbangkan juga biaya ongkirnya. Terkadang harga barang yang dibeli tidak sebanding dengan biaya ongkir yang lebih mahal. Pertimbangkan juga metode pengiriman dan perkiraan waktu sampainya barang.

* Cek metode pembayarannya. Jika sistem kredit, pastikan berapa bunga yang harus ditanggung.

* Buatlah anggaran dan usahakan untuk tidak keluar dari aturan belanja yang sudah direncanakan


Dengan adanya fakta-fakta dan tips belanja ini, semoga kita semua bisa semakin cerdas dan bijak dalam melakukan pembelanjaan ya, Ladies. Belanja itu tidak salah dan tidak dilarang, tetapi jangan lupa juga untuk tetap berpegang pada skala prioritas.

Selamat mempersiapkan Lebaran!

(vem/kee)