Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.
***
Kata orang hubungan antara ibu mertua dengan menantu tidak akan pernah akur. Awalnya saya tidak mempercayai hal tersebut. Sebab, ketika saya belum menikah dengan suami, hubungan saya dengan ibunya sangatlah baik. Kami sering bepergian dan bercengkrama. Pada masa itu, saya merasa sangat nyaman bila di dekatnya.
Namun, semua berubah ketika kami memutuskan untuk menikah. Entah kenapa, hubungan saya dengan ibunya seakan menegang seketika. Semua berubah menjadi alot. Tapi saya juga tidak ingin menguliti perilaku ibu mertua saya secara detail, bagaimanapun ia juga orangtua saya. Namun singkatnya, saya merasa sikap ibu mertua saya yang awalnya hangat berubah menjadi dingin. Tidak hanya kepada saya, namun juga kepada orangtua saya.
Semuanya terus berlanjut. Hidup saya selalu dikendalikan oleh kemauan ibu mertua. Mulai dari pakaian yang saya kenakan. Hobi yang saya jalani. Pekerjaan saya. Saya merasa bahwa ibu mertua saya seperti tidak puas dengan kepribadian saya dan ingin mengubah karakter saya menjadi seperti dia.
Berusaha Untuk Melawan, Tapi Saya Justru Semakin Kalah
Lambat laun, saya merasa tidak kuat memendam perasaan dan tidak terima diperlakukan seperti itu lagi. Saya sampai pada titik, di mana saya merasa harus mengakhiri semua ini dengan melawan dan tidak mau menuruti lagi semua kemauan mertua saya yang kerap membuat saya merasa hak dan kewajiban saya sebagai manusia, istri, dan ibu direnggut.
Ibu mertua saya jelas terkejut dan semakin berang dengan perubahan sikap saya. Namun, boro-boro mengharapkan ia mengerti kalau itu adalah bentuk protes saya, justru ia semakin merasa dirinya benar dan semakin gencar untuk menyerang saya. Segala bentuk pertahanan saya justru dipakai untuk menyerang balik.
Jujur. Saya juga semakin lelah dengan keadaan tersebut. Energi dan semangat saya terkuras. Hati dan pikiran saya semakin negatif. Dan semua itu justru membuat saya semakin kalah.
Saya Serahkan Semua Kepada Pencipta
Di antara semua kelelahan dan perihnya hati saya itu, saya tetap menutupinya dari keluarga dan teman. Menurut saya, menceritakan apa yang saya rasakan kepada keluarga dan teman saya justru hanya semakin memperburuk keadaan. Karena mereka pasti akan berusaha untuk membela saya, dan membuat kekesalan saya kepada keluarga suami menjadi-jadi.
Di sisi lain, hubungan saya dengan suami sangat baik. Alhamdulillah suami saya selalu bisa melihat segala sesuatu dari dua sisi dan juga memahami isi hati saya. Hal tersebut membuat saya semakin yakin untuk menyimpan semuanya dari keluarga dan teman saya.
Namun, saya selalu mencurahkan segala unek-unek kepada suami. Saya tahu, pasti ini juga tidaklah begitu baik. Karena suami pasti akan berada dalam posisi yang sulit. Karena di satu sisi itu orangtuanya. Di sisi lain, saya adalah istrinya. Namun, apalah daya. Saya hanya manusia yang tidak sanggup menanggung kekecewaan dan perasaan luka seorang diri. Jadi, dengan sangat terpaksa saya utarakan segala rasa sakit yang saya rasakan kepadanya.
Suami saya hanya bisa berkata bahwa yang saya lakukan hanya harus lebih bersabar sedikit dan doakan kami semua mendapat hidayah. Ia mengatakan bahwa kunci dari semua ini adalah pertama saya harus bersihkan hati saya terlebih dahulu. Kemudian menyadari kesalahan dan memaafkan. Ikhlaskan. Kemudian serahkan semuanya kepada Allah. Awalnya saya berang dengan ucapan tersebut, saya merasa tidak ada tindakan nyata dari suami. Namun, setelah berpikir lebih dalam, saya mulai memahami maksudnya.
Saya sadar, bahwa yang saya hadapi ini adalah orangtua. Orangtuanya orang yang saya sayangi. Tidaklah mudah untuknya bertindak. Dan sangatlah tidak pantas untuk saya mengharapkan tindakan lebih dari suami untuk membela saya. Karena itu sama saja saya mendukung suami untuk durhaka kepada orangtua yang sudah sangat berjasa kepadanya. Saya juga seorang ibu, saya bisa merasakan betapa sakitnya itu. Saya juga tidak mau diperlakukan begitu oleh anak saya kelak.
Sampai saat ini saya tetap memegang nasihat suami tersebut. Saya masih berusaha mengontrol perasaan saya dan menguatkan hati saya untuk memaklumi perilaku ibu mertua. Saya mulai semakin bisa memahami jika itu adalah bentuk kecemburuan seorang ibu yang merasa kasih sayang anaknya harus terbagi. Saya yakin itu lazim dirasakan oleh semua ibu yang anaknya telah menikah. Mungkin saya juga nanti akan begitu. Semua orang butuh beradaptasi. Jadi mungkin saya hanya harus memberikan ruang lebih longgar untuk mertua saya. Begitupun dengan saya sendiri.
Saya mulai bisa melihat hal-hal yang akan memicu konflik dengan mertua, jadi sebisa mungkin saya hindari. Saya juga mengingat-ingat kembali hal-hal baik yang ia lakukan kepada saya, baik sebelum saya menikah maupun setelah menikah. Dengan begitu saya juga semakin mudah dengan proses adaptasi saya sendiri. Perasan saya kepadanya juga lebih stabil.
Setelah saya mulai menyadari bahwa saya juga memiliki kesalahan dan belajar memaafkan serta menghapus setiap rasa sakit yang pernah saya rasa, semua terasa jauh lebih mudah.
Hidup saya jauh lebih tenang baik lahir dan batin. Emosi saya mulai terkontrol dan semangat saya juga semakin membara. Alhamdulillah juga rezeki saya dalam hal materi semakin lancar. Percaya atau tidak, ketika saya berusaha untuk berdamai begini, di situ juga Allah memberikan saya jalan yang terang untuk menggapai dream job saya.
Ini mengajarkan saya bahwa, manusia pasti akan ada saja yang menyakiti kita. Tapi Tuhan selalu sayang kepada kita. Bersihkanlah hati, akui kesalahan dan juga maafkan, ikhlaskan dan serahkanlah semua pada Sang Pencipta. Insyallah semua akan mudah dijalani.
- Dikenalkan ke Keluarga Bukan Jaminan Hubungan Akan Berakhir di Pelaminan
- Bertengkar Itu Baik, Ini Manfaatnya untuk Hubunganmu dengan Si Dia
- 6 Tanda Sebaiknya Putus dengan Pacar, Jangan Biarkan Dirimu Menderita!
- Ketika Cinta Bertepuk Sebelah Tangan, Apa yang Harus Dilakukan?
- Jangan Menangis, Perpisahan Mungkin adalah Jalan Terbaik
(vem/nda)