Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.
***
Tahun ini seharusnya aku menjalani puasa Ramadan sebagai seorang istri atau bahkan seorang calon ibu. Hal yang paling aku tunggu-tunggu sejak dulu dengan sabar dan penuh harap. Ini adalah kisah nyata yang aku alami dan menjadi pelajaran yang sangat besar bagiku.
Cobaan jelang hari pernikahan merupakan hal yang umum terjadi pada setiap pasangan, karena menikah adalah ibadah terpanjang yang kita lakukan baik kepada Allah (hablum minallah) dan kepada sesama manusia (hablum minan-nas). Ada yang bisa melewatinya namun ada yang tidak, entah karena fondasi iman yang tidak kuat atau mungkin memang tidak ditakdirkan berjodoh. Dan aku masuk ke dalam golongan orang yang tidak bisa melewatinya.
Rico, laki-laki yang seharusnya sekarang menjadi suamiku sudah aku kenal sejak kami bersekolah. Dulu aku memang sempat suka kepadanya, cinta monyet yang kukira hanya numpang lewat itupun sepertinya bertepuk sebelah tangan karena sikapnya yang begitu cuek walaupun kami sering dijodohkan oleh teman-teman. Aku cukup terkejut karena di antara wanita cantik di sekelilingnya dia memilih untuk mendekatiku, di samping kenyataan bahwa saat itu sama sekali tidak ada dia di hatiku.
Ya, hatiku sedang hancur karena berulang-ulang dikecewakan oleh lelaki yang bernama Dimas. Dimas adalah lelaki yang begitu aku cintai saat itu entah apa alasannya aku pun tak tahu, begitu cintanya aku sampai aku rela menjadi selingkuhannya dan melakukan apapun untuknya. Namun hubungan kami tidak berjalan baik, dia datang dan pergi seenaknya di kehidupanku dan selalu meninggalkan luka.
Sedangkan Rico... ternyata di balik sifatnya yang kaku dan cuek, tersimpan pribadi yang begitu soleh, santun, tulus dan romantis. He is such a real gentleman, he treats me like a princess. Aku seperti mimpi diperlakukan seistimewa ini oleh seorang lelaki yang menurutku hampir sempurna ini. Bahkan keluargaku sangat mendukung hubungan kami.
Masa depanku terlihat begitu cerah. Hanya satu yang masih mengganjal, entah mengapa hatiku masih tertinggal pada Dimas yang selalu menyakitiku. Akupun berdoa kepada Allah jika memang Rico adalah jodohku, aku mohon agar Allah menumbuhkan rasa cinta di hatiku kepadanya. Perlahan rasa itupun muncul dan akupun mulai nyaman dengannya. Akhirnya kamipun memutuskan untuk menikah, berbekal rasa kagumku atas segala usahanya dalam menunjukkan keseriusannya kepadaku dan segala sifatnya yang baik.
Semua persiapan pernikahan kami berjalan lancar dan aku begitu bersyukur dengan apa yang aku miliki saat itu. Namun beberapa bulan sebelum pernikahan tiba-tiba Dimas datang dan menyatakan keseriusannya untuk menikah denganku. Sungguh sesuatu yang tidak pernah aku duga sebelumnya, antara senang bercampur sedih. Senang karena akhirnya dia menyadari bahwa akulah yang ia cinta dan ia butuhkan selama ini. Namun sedih karena semua sudah terlambat, aku sudah akan menikah dengan orang lain. Dimas terus-terusan memohon kepadaku dan entah mengapa akhirnya akupun luluh juga. Sungguh cobaan yang begitu berat untukku dan aku gagal mempertahankan kesetiaanku pada Rico.
Hari pernikahan semakin dekat dan akupun semakin gelisah, rasa cintaku kepada Dimas semakin mendalam namun aku tidak ingin menyakiti Rico dan keluarga kami. Aku ingin tetap menikah dengan Rico, akhirnya kuberanikan diri untuk jujur kepada Rico. Ketulusan cintanya membuat ia memaafkanku dan semakin menunjukkan keseriusannya kepadaku. Namun setelah itu aku seperti orang yang kehilangan kewarasan, pikiranku dipenuhi oleh Dimas dan terus menyakiti Rico padahal ia dan keluarganya begitu sabar menghadapi sikapku yang keterlaluan ini. Rico pun akhirnya kehabisan kesabaran menghadapiku dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan kami.
Setelah pernikahan dibatalkan tiba-tiba aku tersadar akan semua dosa dan kesalahanku, namun semua sudah terlambat. Rico dan keluarganya sudah menutup pintu rapat-rapat bahkan memutuskan segala jalur komunikasi denganku, sedangkan Dimas yang berjanji akan menikahiku pergi menghilang entah ke mana. Aku tak sanggup menghadapi kenyataan pahit buah dari kesalahan yang kubuat sendiri. Aku stres berat bahkan sampai depresi berkepanjangan, setiap malam aku selalu dihantui penyesalan dan rasa bersalah yang luar biasa mencekam.
Aku benci bahkan jijik dengan diriku sendiri, aku benar-benar tidak bisa memaafkan diriku yang sudah mendzalimi orang-orang yang mencintaiku demi cinta yang salah. Akupun sangat membenci Dimas yang pergi begitu saja di saat semua sudah hancur berantakan, ingin rasanya menampar wajahnya berulang-ulang kali untuk melampiaskan kebencianku.
Aku sibuk ruqyah, datang ke psikolog bahkan ke psikiater untuk mengatasi depresi yang aku alami namun semuanya tidak membuahkan hasil yang berarti. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pergi ke tanah suci, menghadiri berbagai kajian islam, berdzikir setiap saat dan membaca Al Qur’an.
Setiap malam aku menangis di hamparan sajadah memohon ampunan untuk segala dosaku serta perlahan-lahan belajar memaafkan diriku sendiri dan Dimas. Karena Allah saja Maha Pemaaf, mengapa kita ciptaan-Nya yang begitu hina ini tak mau memaafkan?
Aku benar-benar tak tahu bagaimana masa depanku nanti, apakah aku bisa kembali kepada Rico atau menemukan penggantinya. Yang penting bagiku adalah ampunan dari Allah, aku takut sebelum jodohku datang Allah sudah lebih dahulu menjemputku dan aku tak memiliki bekal apapun di akhirat. Naudzubillahi min dzalik.
Insya Allah bulan Ramadan tahun ini kupersembahkan sepenuhnya hanya kepada Allah untuk menggapai ampunan dan pertolongan-Nya.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Az-Zumar: 53)
- Salat Jadi Penolong Pertamaku untuk Sembuh dari Fobia Menakutkan Ini
- Berdamai dengan 'Kapan Nikah', Tak Semua Orang Berhak Tahu Urusan Hati Kita
- Gagalnya Sebuah Hubungan Pasti Akan Digantikan dengan Jodoh yang Lebih Baik
- Memaafkan Itu Mudah, Tapi Jangan Harap Keadaan Bisa Kembali Seperti Semula
- Pria Posesif yang Sudah Melanggar Privasi Itu Membuatku Jadi Wanita Bodoh