Aku Selingkuh karena Sakit Hati pada Suami Tapi Malah Berujung Penyesalan

Fimela diperbarui 23 Mei 2018, 10:00 WIB

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Ini kisahku di tahun 2017, berawal dari miss comunication, salah paham, dan kurangnya quality time antara aku dan suamiku. Umurku 25 tahun, aku seorang pekerja dengan jabatan Accounting di sebuah pabrik yang cukup besar di kota tempat aku tinggal. Sedangkan suamiku umur 28 tahun bekerja sebagai karyawan tidak tetap di sebuah instansi sekolah yang tidak jauh dari rumah kami.

Rumah tangga kami sekarang sudah terjalin cukup lama yaitu sekitar 8 tahun dan kami mempunyai seorang putra yang berumur 7 tahun, karena kami menikah muda. Entah kami merasa bosan atau kurangnya quality time,di tahun ke-7 pernikahan kami, kami mengalami kejadian hebat yang kami anggap sebagai sebuah pelajaran berharga.

Awal mula, suamiku lebih sering berada di luar rumah bersama teman-temannya sampai larut malam bahkan terkadang sampai pagi dia baru pulang ke rumah. Dia lebih suka melakukan aktivitas bersama teman-temannya dibandingkan denganku yang berstatus sebagai istrinya, bahkan aku tidak tahu mereka di mana dan apa yang mereka lakukan di luar sana sampai pagi.

Itu semua membuat aku cemburu dan menaruh curiga terhadap suamiku. Apalagi jarang sekali dia mau menemaniku dan anakku untuk sekadar mencari hiburan atau berlibur. Dia tidak peduli dengan aktivitasku sehari-hari di kantor ataupun di luar kantor. Situasi itulah yang membuat aku merasa seperti tidak diperhatikan lagi, bosan, merasa lelah sampai aku berpikir bahwa suamiku sudah tidak mencintaiku lagi dan berpikir dia mempunyai wanita idaman lain (WIL) seperti yang rekan kerjanya katakan padaku. Setiap malam aku merasa kesepian dan pikiranku kacau. Aku hanya bisa menangisi keadaan itu, karena aku tergolong wanita yang berhati lemah dan sensitif.

Entah mengapa di saat suamiku tidak peduli terhadapku dan tidak memperhatikanku, banyak lelaki yang mendekatiku dan ingin menjalin hubungan denganku walaupun mereka tahu aku bersuami, termasuk rekan kerja suamiku yang berusaha mendekatiku. Sampai pada suatu ketika aku berkenalan dengan seorang lelaki bernama Yusuf yang tidak lain adalah teman dari rekan kantorku, kami bertukar PIN BBM dan nomor What's App untuk suatu urusan pekerjaan. Ya, karena kesepianku dan perasan kacau yang aku rasakan akhirnya setiap hari aku chatting dengan banyak teman lelakiku termasuk Yusuf.

Aku menganggap itu semua sekadar hiburan di kala aku kesepian. Sampai pada akhirnya aku terbawa suasana dan jatuh hati pada seorang lelaki yang bernama Yusuf, aku merasa nyaman bicara dengannya. Aku yang selalu kesepian dan kurang perhatian dan dia yang belum mempunyai seorang pasangan. Perhatian yang dia berikan setiap hari membuat aku berani untuk melangkah lebih jauh lagi, akhirnya kami sering melakukan pertemuan di luar setelah aku selesai bekerja tanpa sepengetahuan suamiku.

Kami sering janjian untuk bertemu dan makan malam bahkan kami sering berjalan-jalan. Bisa dikatakan kami seperti sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara. Kami selalu bersenang-senang, bercanda tawa, dan berbagi cerita layaknya sepasang kekasih tanpa terpikirkan bahwa aku sudah bersuami dan mempunyai anak. Bahkan kami terlalu berani untuk melakukan hubungan suami istri sampai beberapa kali di hotel.

Aku selalu menganggap itu semua terjadi karena sikap suamiku yang selalu acuh tak acuh dan tidak memperhatikanku. Dan itu semua aku lakukan sebagai ajang balas dendam atas perlakuan suamiku terhadapku. Bahkan balas dendam atas kecurigaanku bahwa suamiku mempunyai WIL. Hubunganku dengan Yusuf berjalan sampai 8 bulan.

Hingga suatu saat suamiku menyadari tingkahku yang aneh dan sikapku yang sangat berbeda yang awalnya aku sangat peduli dan perhatian kepada suamiku, tapi pada saat itu perhatianku teralihkan kepada Yusuf. Sampai pada akhirnya sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, suamiku mengetahui tentang perselingkuhanku. Tanpa aku tahu suamiku ternyata mem-backup data handphone-ku dan melihat semua foto-fotoku bersama Yusuf, termasuk foto yang berada di hotel.

Malam itu dia sangat marah dan menyalahkan semuanya kepadaku tanpa mau mendengar alasanku. Aku hanya bisa menangis dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi. Saat itu juga aku bersujud di kaki suamiku untuk meminta maaf. Tanpa panjang lebar tiba-tiba entah karena iba atau sayang suamiku membantuku berdiri dan memelukku.

Dia berkata, “Ini semua salahku, aku yang tidak bertanggung jawab kepadamu." Kami saling berpelukan dan menangis malam itu. Dan di hari berikutnya suamiku selalu menangis dan menangisi terus atas kejadian itu, sampai dia berusaha untuk bunuh diri. Dia seolah kehilangan kesadarannya, dan setiap hari dia menangis, memelukku, menciumku sembari berkata, "Jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan aku, aku tak bisa hidup tanpamu, aku sangat mencintaimu, aku takut kehilanganmu, sudah jangan sakiti aku lagi." Hanya kata-kata itu yang selalu dia katakan kepadaku.

Aku sangat terpukul, aku sangat merasa bersalah saat itu. Tidak seharusnya aku membalas dendam kepada suamiku, tidak seharusnya aku melakukan perbuatan sebiadab itu. Dan ternyata suamiku sama sekali tidak mempunyai WIL, itu hanya akal-akalan rekannya agar dia bisa mendekatiku dan aku membenci suamiku.

Nasi sudah menjadi bubur, aku hanya bisa menangisi kesalahanku. Aku sangat menyesal telah mengkhianati suamiku yang ternyata setia. Perlahan suamiku bangkit dari kesakitannya, kami saling berjanji untuk tidak menyakiti lagi satu sama lain, kami berjanji untuk memulai semua dari nol dan melupakan apa yang pernah terjadi. Termasuk aku berjanji untuk tidak mengulangi kesalahanku lagi.

Aku bertaubat kepada Allah SWT, berjanji untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, menjadi istri sekaligus ibu yang lebih bertanggung jawab lagi. Aku membersihkan hatiku dari rasa curiga dan cemburu yang berlebihan.

Satu tahun berlalu, perlahan suamiku bisa melupakan kesalahanku. Setelah kejadian itu suamiku berubah menjadi lebih baik lagi, dia sangat perhatian terhadapku dan keluarga kecil kami. Kami kembali saling perhatian satu sama lain. Suamiku sekarang selalu mengantarku kemanapun aku mau. Aku sangat bahagia, walaupun sampai sekarang aku masih sangat menyesali perbuatanku, semua menjadi beban pikiranku. Kesalahan hidup yang tak pernah bisa aku lupakan saat aku terjerumus di lubang hitam, di lubang kehinaan. Kesalahan seorang istri yang mengkhianati suami yang setia.

Kejadian itu seolah memberi tamparan yang sangat keras kepadaku dan suamiku. Pelajaran yang sangat berharga untuk kami, bahwa quality time itu sangat penting bagi sebuah keluarga, dan keluarga itu harus diutamakan. Serta jangan mudah percaya kepada gosip atau omongan orang lain yang belum tentu benar, semua masalah harus dibicarakan baik-baik dan jangan mengambil keputusan tanpa ada klarifikasi atau penjelasan yang akurat dari pasangan kita. Keterbukaan antara suami istri itu sangat penting untuk membangun kepercayaan.

Kini aku tengah hamil 8 bulan, kami tengah menunggu kelahiran anak kedua kami yang di perkirakan lahir setelah lebaran nanti. Semoga persalinanku lancar dan anakku sehat.

Inilah kisahku semoga kejadian ini tidak terjadi pada perempuan lain. Karena penyesalan itu beban dan tidak mudah dilupakan.

(vem/nda)