Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.
***
Memaafkan perbuatan seseorang yang telah menyakiti Kita adalah hal mudah. Melupakan trauma perbuatannya lah yang sangat sulit. Inilah yang tengah saya hadapi. Mencoba melupakan apa yang pernah dilakukan suami saya.
Saat itu Mei 2017, usia pernikahan kami baru saja menginjak 5 bulan dan di saat yang bersamaan saya tengah mengandung 2 bulan. Kami baru saja kembali ke rumah dari makan malam di luar. Tiba-tiba suami menanyakan kenapa saya menyimpan nomor HP mantan tunangannya, setelah dia meminjam HP saya untuk cek email. Karena hari sebelumnya memang saya mendapati adanya pesan-pesan What's App yang mereka lakukan, lalu saya memutuskan untuk menyimpan nomor tersebut dengan maksud jika suatu saat ada hal yang mencurigakan akan langsung saya konfirmasi. Karena sejujurnya saya pun kurang percaya dengan kesetiaan suami saya kala itu.
Entah kenapa ketika suami tahu saya menyimpan nomor mantan tunangannya. Dia langsung marah besar, tidak mau kalah saya pun ikutan marah, jadilah pertengkaran yang diwarnai dengan KDRT fisik maupun verbal terjadi. HP dibanting hingga pecah. Saya didorong hingga jatuh, walau suami tahu saya sedang hamil muda. Kata-kata kasar dan beberapa nama hewan terlontar dari mulutnya. Sampai titik di mana saya minta cerai dan dia mengiyakan yang menghentikan pertengkaran pada malam itu.
Jatuhlah Talak Cerai Hanya karena Mantan Tunangan
Setelah kejadian itu kami putuskan untuk pisah rumah, hingga beberapa hari terlewati, tanpa ada kabar dan alat komunikasi HP yang bisa menyambungkan kami. Karena saya punya dua HP, saya masih bisa online dengan nomor saya satunya. Dan setelah dua hari tanpa kabar tiba-tiba ada sms dari nomor yang tidak saya kenal, menanyakan kabar saya, lalu mencoba menelepon saya, dan telepon tersebut dari suami saya yang mencoba untuk rujuk. Kami akhirnya berdamai dengan status talak satu.
Sudah Jarang Bertengkar
Setelah kejadian tersebut pertengkaran dan perbaikan masih kerap kami lakukan, saat ini alhamdulillah sudah sangat jarang kami bertengkar. Suami pun jadi lebih sabar, lebih pengertian dan mau berbagi dalam mengurus bayi kami, walaupun egoisnya terkadang masih sangat besar.
Dalam pergulatan hati, saya masih sangat tersakiti dan sering terbersit untuk mengakhiri biduk rumah tangga ini, tetapi jika ketenangan datang. Saya pun mencoba introspeksi diri, mungkin saya terlalu posesif dan tidak memberi kesempatan untuk mempercayai suami saya. Akhirnya demi sang buah hati, saya pun mencoba untuk lebih memberi ruang untuk suami dengan lebih mempercayainya dengan tidak membuka HP dan mencurigakan dengan berlebihan. Dan hal tersebut sangat berdampak positif bagi suasana keluarga kecil kami.
Saat ini kami jadi lebih tenang dan damai. Saya pun merasa lebih bahagia, dan tidak sabar untuk menanti Ramadan kali ini dengan hati yang lebih bersih dan damai. Karena saya tahu Ramadan adalah tempat yang paling tepat untuk melupakan dan mengikhlaskan segala ganjalan di hati apalagi untuk orang-orang yang kita kasihi.
- Cela Saja Kekurangan Fisikku, Tapi Nanti Aku Akan Lebih Sukses dari Kalian
- Berdamai dengan 'Kapan Nikah', Tak Semua Orang Berhak Tahu Urusan Hati Kita
- Gagalnya Sebuah Hubungan Pasti Akan Digantikan dengan Jodoh yang Lebih Baik
- Memaafkan Itu Mudah, Tapi Jangan Harap Keadaan Bisa Kembali Seperti Semula
- Pria yang Bertindak Kasar dan Ketahuan Selingkuh Tak Layak Dipertahankan