Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.
***
Aku adalah seorang gadis yang sudah berusia 28 tahun, usia yang dipandang orang sudah telat untuk menikah, meski jamak di zaman sekarang gadis yang sudah berkepala tiga pun ada yang belum menikah, tapi itu berlaku di kota besar seperti Jakarta, dan kota besar lainnya. Berbeda denganku yang berasal dari sebuah kampung pelosok di Jawa Tengah. Meski sekarang aku berada di kota besar untuk bekerja, setiap pulang kampung adalah momen yang terasa menggalaukan. Di satu sisi aku bahagia karena bisa bertemu orangtua dan sanak saudara, di satu sisi aku merasa stres saat harus mendengar pertanyaan, “Kapan menikah?”
Dorongan yang ada di sekitarku membuatku terus berusaha mencari pasangan hidup. Kegagalan menjalin hubungan tidak hanya sekali dua kali kurasakan. Tapi aku sadar, aku harus terus berusaha, hingga di satu titik aku mengenal seorang pria di dunia maya, dari sekadar chat hingga merambah saling tukar nomor telepon. Tak ada prasangka buruk apapun saat dia memperkenalkan diri sebagai pria baik-baik yang berasal dari salah satu daerah di Sumatera Barat, tahu agama, punya pekerjaan mapan, dan ingin pindah ke Jawa menemuiku.
Hari-hariku diisi dengan sederet chat dan telepon darinya, hariku yang biasanya kelabu pun terasa lebih ceria karenanya. Dari sekadar bertanya kabar, sudah makan apa belum hingga ajakan menikah. Aku memang belum pernah bertemu dengannya tapi entah kenapa aku mengiyakan ajakannya, aku mengamini semua kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Keramahannya, perhatiannya semakin hari semakin membuatku merasa nyaman dan membuatku semakin berangan-angan untuk dapat menikah dengannya secepatnya. Cinta... entahlah, apa bisa mencintai seseorang hanya dengan mendengar suara dan kata-kata yang diucapkan? Yang jelas saat itu aku merasa bahagia karena menemukan seseorang yang tiap hari ada untukku walau hanya sekadar tutur katanya.
Hingga semakin hari semakin berani dia meminta sesuatu yang menurutku tak pantas dilakukan oleh seorang pria terhadap wanita. Dari meminta pulsa yang tak seberapa hingga meminta uang dari nominal kecil hingga nominal besar, dan anehnya aku dengan mudahnya mentransfer sejumlah uang yang dia minta dengan jaminan kata-kata manisnya. Hingga suatu hari aku limbung karena nomor teleponnya tak aktif dan semua media sosialnya tak ada yang bisa kuhubungi, dia bagai hilang ditelan bumi. Dari situlah aku sadar, ternyata dia hanyalah seorang scammer cinta. Aku telah termakan bujuk rayunya dan terhipnotis dengan semua janji kosongnya.
Marah, kesal, kecewa, sakit hati, semua campur aduk menjadi satu di hatiku. Kenapa ada orang yang begitu tega mempermainkan perasaan wanita? Apakah dia tidak ingat dia dilahirkan dari rahim seorang wanita? Apa dia tidak berpikir jika suatu saat dia punya istri dan seorang anak perempuan yang diperlakukan sama sepertiku, bagaimana perasaannya? Ya, aku sadar ini juga salahku. Salahku yang terlalu percaya pada orang yang belum kukenal, salahku yang terlalu dibutakan oleh kata cinta, salahku yang terlalu larut akan perasaanku sendiri. Aku bisa saja melaporkannya ke polisi dengan tuduhan penipuan, tapi aku tak punya nyali sekuat itu atau mungkin lebih tepatnya aku malu jika orang-orang di sekelilingku tahu kebodohanku.
Memaafkanmu adalah pilihanku, meski luka itu terkadang masih terasa nyeri, meski menghilangkan dendam yang dirasa tak semudah menimbulkannya. Aku percaya Allah memilihku merasakannya karena ada terselip pesan di dalamnya. Setidaknya aku menjadi sadar aku tak perlu tergesa-gesa memutuskan untuk menjalin hubungan hanya karena melihat bilangan umurku yang tak lagi muda atau terlena dengan ketampanan dan kemapanan seorang pria. Takdir yang harus aku jalani adalah skenario terbaik dari-Nya, bahwa aku harus jadi pribadi baik untuk mendapatkan orang yang baik. Dan doaku semoga dia, yang telah menyakitiku mendapat hidayah dari-Nya. Aamiin!
- Pria Posesif yang Sudah Melanggar Privasi Itu Membuatku Jadi Wanita Bodoh
- Menjadi Bahan Olokan di Kantor karena Gagal Menikah, Aku Kudu Kuat
- Berdamai dengan 'Kapan Nikah', Tak Semua Orang Berhak Tahu Urusan Hati Kita
- Gagalnya Sebuah Hubungan Pasti Akan Digantikan dengan Jodoh yang Lebih Baik
- Memaafkan Itu Mudah, Tapi Jangan Harap Keadaan Bisa Kembali Seperti Semula
(vem/nda)