Tresno, Perayaan Cinta Bramanta Wijaya dalam Trilogi Koleksinya

Annissa Wulan diperbarui 10 Des 2018, 17:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Setelah dua koleksi sebelumnya yang berbicara tentang iman dan pengharapan, kali ini Bramanta Wijaya kembali dengan Tresno, koleksi yang berbicara tentang kasih. Dalam bahasa Jawa, Tresno berarti cinta, saling berkaitan dengan dua tema sebelumnya, iman dan pengharapan.

Melalui Tresno, Bramanta Wijaya ingin menyampaikan kecintaannya terhadap akar budayanya, melalui simbol dalam motif dan potongan busana. Budaya Jawa, Peranakan Cina, dan Eropa memberi pengaruh yang besar dalam koleksinya kali ini.

Dengan sentuhan kontemporer dalam potongan kain yang terinspirasi dari gaya Eropa, Bramanta Wijaya mencoba menonjolkan motif-motif batik Peranakan Cina dan Jawa. Terinspirasi dari klan Manchu dari Dinasti Qing, Bramanta Wijaya mencoba menerjemahkan Tresno ke dalam siluet jubah perempuan bangsawan.

 

What's On Fimela
Tresno, koleksi penutup sekaligus perayaan cinta dari Bramanta Wijaya dari trilogi rangkaian koleksinya.
2 dari 2 halaman

Tresno dari Bramanta Wijaya

Tresno, koleksi penutup sekaligus perayaan cinta dari Bramanta Wijaya dari trilogi rangkaian koleksinya.

Potongan busana yang melebar menjadi gaun midi berpotongan trapeze. Ada juga jubah manchu dengan empat belahan yang diberi twist, menjadi gaun panjang yang dihiasi detail kancing, kemudian dipadukan dengan celana panjang.

Kerah Shanghai mendominasi hampir di setiap gaun. Bustier hadir sebagai sentuhan klasik dan elegan yang dipadukan dengan kain saung khas kebaya encim.

Rok dengan potongan flare juga terlihat dengan gaun berpotongan cheongsam, ekspresi kebebasan perempuan Cina di tahun 1930-an. Teknik bordir terlihat pada kain linen yang dihiasi motif bunga krisan dan bunga Eropa lainnya.

Warna-warna cerah khas Peranakan Cina dan Eropa, sekali lagi dipadukan dengan motif seperti Mega Mendung, hasil perpaduan budaya di pesisir utara Jawa. Melalui Tresno, Bramanta Wijaya ingin menyampaikan cintanya.

Tresno, koleksi penutup sekaligus perayaan cinta dari Bramanta Wijaya dari trilogi rangkaian koleksinya.