Ladies, isu radikalisme dan terorisme di Indonesia makin gencar. Hal paling baru adalah peristiwa Bom Surabaya yang terjadi tanggal 13/5 lalu. Tidak hanya melalui teror dalam dunia nyata, pelaku teror ini pun menggunakan kanal digital sebagai jalur utama penebaran teror dan doktrin. Untuk itulah Indonesian Digital Association (IDA), sebuah asosiasi bagi para pelaku industri digital Indonesia, menginisiasi kampanye #BersatuIndonesiaku yang disebar di berbagai kanal media sosial. Tujuannya untuk memerangi paham radikalisme dan terorisme di kanal digital.
Paham radikalisme kini makin kuat mengincar generasi muda Indonesia yang sudah aktif di dunia digital, dan kini sudah piawai dalam menggunakan kanal media sosial dan situs berita fiktif sebagai corong propaganda.
Sebagai perhimpunan yang bertujuan menjadi penggerak; pemandu; dan pengawas industri digital Indonesia, IDA merilis kampanye #BersatuIndonesiaku dalam upaya menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam menggunakan kanal media sosial, dengan pesan persatuan Indonesia dan semangat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika.
"Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoax yang terstruktur dan meluas. Masyarakat perlu menghadapi fenomena ini dengan pesan yang positif, dan berlandaskan spirit Bhinneka Tunggal Ika dari Indonesia. Inilah yang menjadi titik awal ide kampanye #BersatuIndonesiaku, yang harapannya dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi isu di media sosial, khususnya dalam isu radikalisme dan terorisme," ujar Ronny W Sugiadha, Ketua IDA, Senin (14/5).
Selaku asosiasi yang didirikan dan membawahi publisher-publisher digital besar di Indonesia seperti Kompas.com, KASKUS, Tribunnews, Detik.com, Kapanlagi Youniverse, MetroTVNews, Okezone, IDNtimes, DailySocial.id, Kumparan, VIVA, Tempo.co , Tirto.id, Opini.id dan puluhan publisher digital lainnya, IDA melihat edukasi kepada masyarakat menjadi luar biasa penting untuk menghentikan penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui kanal digital.
IDA menghimbau masyarakat pengguna media sosial untuk menjalankan semangat dari kampanye ini dengan langkah-langkah sederhana seperti: tidak menjalin keterikatan (follow, like, atau comment) dengan akun-akun yang tidak jelas kepemilikannya, tidak menyebarkan berita yang tidak bisa divalidasi, melaporkan akun-akun yang secara jelas berpihak pada terorisme, dan menyebarkan konten positif mengenai Indonesia dan keberagaman.
Sejalan dengan ide awal dari kampanye #BersatuIndonesiaku, setiap anggota dari IDA sepakat untuk tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.
"Kami berharap kampanye #BersatuIndonesiaku dapat memberikan serangkaian dampak positif bagi pemanfaatan media sosial di masyarakat Indonesia. Kami, sebagai pelaku industri digital Indonesia, ingin masyarakat semakin bijak dalam mencari dan menyebarkan informasi di berbagai kanal online, guna meredam suara radikalisme dan terorisme di Tanah Air dan dunia," ujar Steve Christian, CEO KLY.
- Saat Anak Mempertanyakan Terorisme dan Agama
- Tips Bicara Tentang Teror Kekerasan dan Situasi Darurat Kepada Anak
- Catat! Enam Cara Orangtua Menjelaskan Peristiwa Terorisme Kepada Anak
- Ibu yang Menjemput Anak Dari Sekolah Itu Jadi Korban Teror London
- 4 Polisi Ini Jadi Terkenal Saat Teror Bom Sarinah, Apa Istimewanya Mereka?