Menangis Boleh, Kecewa Lumrah, tapi Jangan Menyerah karena Gagal

Fimela Editor diperbarui 19 Mei 2021, 12:45 WIB

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Berawal dari saya yang sering membaca artikel Vemale yang akhirnya bermuara ketika saya menemukan adanya event Perayaan Hari Perempuan Sedunia dengan berbagi kisah-kisah inspiratif dari para perempuan hebat, I’m Possible! Tertarik sekali saya, mau ikut berbagi kisah.Entah menginspirasi atau tidak, saya murni ingin berbagi. Mungkin ada yang pernah merasakan hal yang sama dengan saya di luar sana, pernah gagal mencapai suatu hal yang sangat diinginkan.Mari berbagi kisah.Saya seorang perempuan yang hampir genap berusia 25 tahun. Saat ini saya sudah bekerja dan waktu weekend saya isi dengan siaran di salah satu radio yang ada di kota saya. Saya seorang penyiar radio. Tapi tidak seperti penyiar yang mungkin sering kalian lihat di TV, sungguh saya tidak se-hits itu (haha). Kini sudah masuk tahun ke-5 saya siaran dan tentunya masih ada banyak hal yang harus saya pelajari lagi, masih ada banyak hal yang ingin saya kembangkan lagi tentang pekerjaan saya yang satu ini tapi setidaknya saya sudah merasa nyaman dan ada cinta yang semakin tumbuh dari hari ke hari. Ah, terkadang saya masih tidak percaya bahwa saya adalah seorang penyiar, ini adalah asa yang pernah saya mimpikan saat saya masih remaja 14 tahun dulu.Bagaimana saya bisa sampai di sini, bisa menjadi apa saya sekarang ini tentunya tidaklah instan, tidak seperti mie yang sangat saya sukai. Tinggal seduh dan sudah siap saji. Ada proses, ada jalan berkerikil, ada juga tangis dan kecewa menghiasi. Ada harap yang harus pupus tapi tunas saya tumbuhkan, ada mimpi yang harus tenggelam tapi mimpi lain saya perjuangkan. Sering saya menangis karena kalah berlomba, terpuruk karena salah, saya juga adalah orang yang berkali-kali tidak berhasil tentang banyak hal dalam kehidupan, tapi saya punya pilihan untuk tidak menjadi gagal karena kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika saya mengaku kalah lalu menyerah. Saya ingin selalu berjuang karena itulah yang selalu orangtua saya ajarkan dan keluarga saya perlihatkan. Perjuangan adalah selamanya, selama kita masih berada di bumi ini.

Setelah saya menyelesaikan pendidikan menengah atas saya delapan tahun yang lalu, saya berencana untuk mencari pekerjaan saja, bekerja apa saja yang penting halal sesuai ijazah yang saya punya. Bukan karena saya tidak mau kuliah, ingin sekali, tapi saya lebih ingin untuk tidak membebani orangtua saya karena saya tahu ekonomi keluarga saya tidak terlalu mampu. Saya tidak ingin memaksakan kehendak dan begitulah saya menjalani hidup. Saya hanya mengikuti arus kehidupan, mengalir begitu saja. Bila ada jalan aspal di depan saya maka saya tempuh, bila hanya ada jalan setapak juga tetap akan saya lewati. Tetapi apapun hal yang sudah ada dalam hidup saya, saya akan memperjuangkan yang terbaik untuk itu. Mungkin saya tak bisa menceritakan begitu rinci karena itu akan sangat panjang, bisa-bisa nanti jadi buku bukan sekedar cerpen (hehehe) maka saya bagikan intinya saja. Singkatnya kakak saya mau membiayai kuliah saya dengan syarat saya harus lulus perguruan tinggi negeri yang ada di kota saya, alasannya mungkin kalian bisa menerka, iya karena biaya. Di sini hanya ada sekitar empat perguruan tinggi negeri dan saya hanya bisa mengikuti seleksi dua perguruan tinggi dari empat yang ada. Peluang semakin sempit bukan? Ditambah saya yang juga basic-nya tidak terlalu pandai ini (hehe). Kakak saya sudah membuka jalan, maka saya harus melaju dan melakukan apapun yang saya mampu.Akhirnya setelah perjuangan belajar sebelum SBMPTN yang sangat menguras otak, siang malam saya belajar (sampai kadang ketiduran saat belajar saking lelahnya) saya lulus di sebuah perguruan tinggi negeri dengan pilihan terakhir saya dari tiga pilihan jurusan, Alhamdulillah lulus walaupun pilihan terakhir. Saya hanya lulus di sini di seleksi satunya lagi saya tidak lulus dan pengumumannya sudah lebih dulu di abarkan, jadi waktu itu kesempatan saya tentang kuliah hanya menunggu kelulusan yang satu ini. Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa perjuangan adalah selamanya. Saat kuliah juga saya harus berjuang, berjuang dengan kondisi kantong yang tipis, beradaptasi dengan lingkungan baru di mana saya merasa sangat jauh tertinggal dari teman-teman saya yang notabene sudah tinggal di kota sejak lama. Cara belajar ataupun pengetahuan mereka tentang teknologi jauh di atas saya yang anak rantauan dari daerah ini, sedikit terkejut dan keteteran di awal tapi rasa tanggung jawab bahwa saya tidak ingin mengecewakan orang tua dan kakak yang sudah bersedia menguliahkan saya menjadi pemacu saya untuk dapat melewati masa-masa itu.

Tepat di awal tahun ketiga, awal semester lima, saya mengikuti seleksi dari salah satu perusahaan BUMN yang ada di daerah saya. Dari beberapa ribu yang mengikuti seleksi saya berhasil masuk sampai seleksi akhir dengan hanya 72 orang yang tersisa. Saya sudah ada di seleksi wawancara user dan tes kesehatan, bila lulus tahapan ini saya akan resmi menjalani Program Management Trainee dari perusahaan ternama yang setahu saya punya gaji cukup tinggi ini. Ah, harapan saya sudah sangat melambung. Dari setiap tahap di mana saya berhasil lulus maka bertambah pula pengharapan saya, saya sangat ingin lulus hingga akhir, tinggal setahap lagi, tinggal penyisihan setengahnya lagi. Sepertinya dapat diterima di perusahaan ini adalah yang terbaik untuk segala hal. Saya bisa mandiri dan tidak membebani lagi, kakak bisa mulai menabung untuk dirinya yang memang sudah ada niatan ingin menikah, orangtua saya juga bisa bernapas lebih lega. Benar, saya berpikir lulus memang yang terbaik. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, saya dinyatakan “Tidak Lulus”. Menangis? Pasti! Kecewa? Jelas! Terpuruk? Iya! Rencana-rencana yang sudah mulai saya susun, pengharapan tentang masa depan yang saya pikir akan lebih cerah sirna sudah.Minggu-minggu awal setelah pengumuman itu saya lumayan drop. Dua hari pertama  menangis saja sampai orangtua saya harus menjenguk saya yang sedang merantau ini untuk memberikan semangat, padahal saya tahu mereka juga sebenarnya kecewa, mereka juga berharap atas kelulusan saya, dan itu juga alasan saya kenapa sangat sedih tentang ini. Hari berikutnya saya sering ditertawakan kakak, karena apa? Karena saya setiap hari selalu mencari lowongan kerja di internet ataupun di papan pengumuman info di depan kantor pos sembari pulang kuliah (haha), rasanya dalam hati pokoknya tidak lulus di sana harus diterima di tempat lain, titik! Dan saya sadar betul ini dikarenakan emosi saya yang masih belum stabil karena kecewa ini. Hingga akhirnya saya menemukan lowongan menjadi announcer radio tempat saya siaran saat ini.Memang benar adanya bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan hanya apa yang kita inginkan. Saat itu saya sempat terpuruk dan bersedih tapi hanya satu minggu pertama saja setelahnya saya tahu bahwa saya harus melanjutkan segala hal yang telah ada di hidup saya saat itu, saya kembali semangat kuliah dan menghilangkan kecewa. Saya mendaftarkan diri sebagai penyiar radio sampai akhirnya diterima, secara tidak langsung mungkin ini juga adalah jalan Tuhan untuk mewujudkan mimpi yang pernah saya hidupkan 11 tahun yang lalu.

Tiga tahun kemudian saya lulus kuliah dan diterima bekerja di sebuah instansi juga, sekali lagi alhamdulillah. Seandainya dulu saya lulus di perusahaan besar itu mungkin saya tidak bisa menyelesaikan kuliah saya karena jarak dan waktu yang memang tidak akan memungkinkan untuk itu. Walau tertunda akhirnya saya juga bisa bekerja dan memiliki penghasilan yang mencukupi kehidupan saya. Pada intinya, setiap manusia mungkin pernah tidak berhasil, berpikir kenapa hal baik tidak datang pada hidup kita, kecewa, terluka, dan bersedih. Tapi semua itu merupakan seninya kehidupan, jangan menyerah walau rasanya sudah penat, jangan bunuh harapan walau kau merasa keberuntungan sangat jauh darimu karena hari besok selalu jadi misteri. Bisa jadi ketidakberhasilanmu adalah gerbang menuju kesuksesanmu pada jalan lainnya, bisa jadi percobaanmu pada esok hari adalah saat kesuksesanmu terjadi. Teruslah berjuang dan jangan pernah membunuh mimpi. Menangis boleh, kecewa lumrah, tapi jangan pernah mau menjadi gagal.

(vem/nda)