Awalnya Ragu, Kini Bahagia Jadi Konselor Anak-Anak Jalanan

Fimela diperbarui 27 Mar 2018, 11:15 WIB

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Saya tipe orang yang pemalu, apalagi jika harus tampil di depan umum. Suara saya akan terdengar bergetar jika harus berbicara di depan orang banyak. Namun saya berjanji di dalam hati, saya harus bisa mendobrak semua ketakutan-ketakutan saya itu dan harus bisa menantang diri ini untuk bisa menjadi lebih baik.

Tahun 2010 saya diharuskan mencari pekerjaan untuk bisa membayar tunggakan semesteran. Di saat hati dan pikiran ini sedang kalut bingung harus ke mana mencari uang, seorang sahabat menawarkan pekerjaan sebagai pengajar di salah satu bimbel di Bekasi. Awalnya saya ragu, tapi karena desakan sahabat saya itu, saya memberanikan diri untuk melamar. Ternyata tidak butuh lama, pada hari itu juga saya diterima karena memang bimbel tersebut sedang sangat membutuhkan guru bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia).

Berbekal kecintaan dan kesenangan saya akan bahasa Inggris, saya nekat mengajar langsung di kelas yang memang terkenal paling rusuh. Sedikit gemetar saya memperkenalkan diri, dan memberikan materi kepada mereka. Lama-kelamaan saya mulai menikmati saat berinteraksi dengan mereka, terutama dengan anak-anak yang katanya “nakal”.

Saya mulai mencoba membaur dengan dunia mereka, berusaha memahami kondisi mereka. Semakin hari saya malah semakin cinta dengan pekerjaan saya, makin cinta dengan murid-murid saya. Walaupun pada saat itu bayaran saya tidak seberapa besar, tidak sampai satu juta rupiah malah, yang bagi sebagian orang, “Cukup apa uang segitu?” tapi alhamdulillah, nilai itu cukup untuk membiayai kebutuhan kuliah saya, dari mulai menyicil uang semesteran, fotokopi handout, mengerjakan tugas ini itu dan biaya transportasi sehari-hari.

Di tahun berikutnya, eksistensi saya mulai diperhitungkan, bayaran saya mulai naik seiring dengan tanggung jawab yang semakin berat. Hari-hari saya hanya diisi dengan kegiatan belajar di kampus, dari kampus langsung berangkat ke tempat mengajar, dan pulang mengajar di malam hari. Lelah memang tetapi saya sangat menikmati itu semua.

Di tahun yang sama saya mendapat tanggung jawab baru. Saya mendapatkan tawaran untuk bekerja menjadi konselor bagi anak-anak yang bekerja di jalanan. Awalnya saya ragu, apa saya bisa? Dengan tugas yang tidak mudah itu? Lagi-lagi seorang teman meyakinkan saya bahwa saya mampu melakukan itu semua, dan akhirnya tawaran itupun saya terima.



Jadi di sela-sela saya mengajar di bimbel, saya pergi selama beberapa jam untuk memberikan penyuluhan kepada anak-anak jalanan tersebut beserta keluarganya, selesai sesi konseling saya kembali ke bimbel  untuk mengajar. Hal baru memang selalu membuat khawatir, khawatir mendapatkan penolakan, khawatir goal yang diinginkan tidak tercapai, khawatir keteteran dan lainnya. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu anak-anak jalanan tersebut bisa menerima saya, bahkan beberapa ada yang dekat dan tidak sungkan untuk menjadikan saya sebagai teman curhatnya. Alhamdulillah.


Panas, hujan, turun dari angkot ke angkot yang lain, dari satu jalanan ke jalanan berikutnya, berlari berpacu dengan waktu. Semua saya coba lakukan dengan baik tanpa harus mengorbankan salah satunya. Berat memang, harus berbagi waktu, berbagi tenaga dan pikiran, antara kuliah, mengajar dan konseling. Terlebih saat saya harus menyelesaikan skripsi dan menjalani sidang, konsentrasi saya harus terpecah. Belum lagi setiap minggunya saya harus membuat laporan hasil konseling, mengecek perkembangan setiap anak di bimbel, semua rasa-rasanya tidak mungkin bisa saya lakukan namun, semua bisa berjalan dengan baik hingga saya diwisuda dan mendapat hasil yang cukup memuaskan serta dapat membanggakan keluarga.

Tuhan memang memberikan ujian tidak mungkin melebihi kemampuan hamba-Nya dan itu terbukti. Tanggung jawab yang tidak mudah itu, waktu yang padat itu, energi yang tercurah itu serta tugas yang bertumpuk itu semua selesai dengan baik tanpa mencederai satu sama lain. Saya mencoba menjalaninya dengan hati dan hasil memang tidak pernah mengkhianati proses. Walaupun di awal banyak keraguan, ketakutan dan kekhawatiran namun semua bisa terlewati dengan baik.



(vem/nda)
What's On Fimela