Seorang istri yang juga seorang ibu adalah pilar sebuah rumah tangga. Agar istri bisa mencapai kesuksesan karir dan keseimbangan dalam rumah tangga, dibutuhkan pengorbanan dan sokongan --terutama dari pasangan.
Sebab kunci dalam perempuan karir yang sukses adalah topangan utama dari pasangan yang sama-sama berkomitmen bersedia membantu perempuan dalam menjalani rumah tangga. Demikian disampaikan Direktur Utama Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani --satu dari segelintir perempuan dalam posisi tinggi di anak perusahaan BUMN.
"Komitmen lebih dulu dengan pasangan agar ada rasa aman saat bekerja," ujar Inten, sapaan karibnya, ketika berbincang dalam acara 'Riset Accenture; Getting to Equal 2018': Memaparkan Faktor Kunci Budaya Perusahaan dalam Mengedepankan Kesetaraan Gender' di Hotel Le Meridien, Jakarta Selatan, pekan lalu.
"Perempuan tidak minta diistimewakan tapi kita minta empowerment. Dan ada studi dari ILO (Badan PBB untuk menampung isu buruh internasional) bahwa perempuan bisa meningkatkan hasil, dan riset itu benar," tambah Inten yang lulusan Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah itu.
Hal serupa dikatakan President Commissioner PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., Dr. Hendri Saparini. Menurutnya, perempuan harus juga mengubah mindset bahwa pengorbanannya dalam karir akan 'membunuh' keluarga. "Sebaliknya harus dibuat mindset bahwa pengorbanan itu demi kepentingan orang banyak dan memang ada risiko yang harus ditanggung ketika menjadi perempuan karir," ujar Dr.Hendri.
Riset Accenture sendiri adalah sebuah studi yang dilakukan untuk mengedepankan budaya kesetaraan gender dan memperkecil kesenjangan pendapatan antar-gender. Mereka mengidentifikasi mengidentifikasi 40 faktor di tempat kerja yang dapatmengedepankan budaya kesetaraan – termasuk 14 faktor yang paling berperan.
Riset ini didasarkan pada survei yang dilakukan terhadap lebih dari 22.000 laki-laki dan perempuan yang bekerja di 34 negara – termasuk 700 pekerja di Indonesia – untuk menganalisa persepsi mereka terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan budaya perusahaan. Survei ini dilengkapi dengan hasil wawancara mendalam serta analisa rinci terkait data mengenai berbagai isu tenaga kerja.
Riset ini juga membuahkan tujuh prinsip untuk pemberdayaan perempuan di tempat kerja;
1. Leaders, pemimpin yang bisa mengedepankan kesetaraan gender.
2. Peluang yang sama, inklusi, dan tiadanya diskriminasi.
3. Kesehatan, keamanan, dan bebas dari kekerasan.
4. Edukasi dan pelatihan.
5. Pengembangan perusahaan, jaringan rantai, dan praktek pemasaran.
6. Kepemimpinan komunitas dan ikatan.
7. Transparansi, pengukuran, dan laporan.
Menurut Neneng Goenadi selaku Country Managing Director, Accenture Indonesia, riset ini kami menunjukkan bahwa perusahaan dengan budaya yang peduli terhadap kemajuan pekerja perempuan juga akan meningkatkan keberhasilan para pekerja laki-laki. Faktor ini memungkinkan kedua gender untuk bangkit bersama.
Ditambahkan Lily Puspasari sebagai perwakilan dari UNWomen (Badan PBB untuk pemerbedayaan perempuan), kesetaraan gender artinya bisnis di mana perempuan punya kontribusi besar dalam perekonomian.
"Perempuan bisa memberikan 20 triliun US$ per tahun untuk perekonomian global dan bila dimanfaatkan dengan baik bisa menghasilkan lebih. Namun semua potensi ini terantuk dengan masalah, di antaranya kekerasan dan pelecehan seksual," ujar Lily ketika memberi pemaparan di acara yang sama.
Perempuan akan bisa memberdayakan diri dan memberi kontribusi luar biasa untuk sekitarnya ketika diberi ruang untuk berdaya. Sokongan sesama perempuan, dukungan perusahaan, dan lingkungan terdekatnya adalah kunci utama.
(vem/zzu)