Awalnya Nyanyi di Acara Keluarga, Kini Beprestasi Raih Medali Emas di Korea

Fimela Editor diperbarui 20 Mar 2023, 16:29 WIB

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

It all started from small things. Seumur hidup saya takkan pernah lupa rasanya mencicipi 'panggung' saya yang pertama. Umur saya masih sekitar 4 tahunan ketika bapak saya meminta saya menyanyikan "Pelangi-pelangi" di sebuah arisan keluarga. Saya melakukannya dengan perasaan senang sekaligus malu-malu demi melihat raut bangga bapak saya di tempat duduknya.Waktu berjalan, definisi 'panggung' pun makin meluas. Bukan hanya perkara ukuran, tapi juga pemahaman bahwa bernyanyi bukan hanya untuk menyenangkan hati saya dan bapak, melainkan juga menjadi cara saya ‘terhubung’ dengan belasan atau sekian puluh orang. Jadilah saya menemukan ‘panggung-panggung’ kecil itu di beberapa tempat, di acara sekolahan, acara natal lingkungan rumah, juga di gereja. Siapapun kamu yang suka bernyanyi pasti paham bagaimana rasanya melihat senyum di wajah orang lain ketika mereka mendengar kita bersuara.Dalam buku catatan saya saat SMA, menjadi penyanyi adalah satu dari sekian mimpi yang saya tulis. Saya membayangkan suatu hari bisa memegang album fisik sendiri dan bernyanyi di depan lebih banyak orang yang pernah saya temui. Apa yang tadinya hanya imajinasi kemudian mulai mewujud nyata. Mulai dari publikasi sederhana di pojok salah satu koran Medan sewaktu saya menjadi conductor paduan suara. Juga lolos audisi menjadi anggota Vokal Grup di Universitas Indonesia.

Kapasitas saya dilatih dan diperlebar serta kepercayaan diri saya lamat-lamat dipupuk. Bersama teman-teman vokal grup, kami mulai mengikuti kompetisi di beberapa tempat dan kota. Salah satu yang melebihi ekspektasi adalah ketika kami beroleh medali emas di kompetisi vokal grup di Korea. Bagi saya yang berasal dari latar belakang keluarga sederhana, berkatnya jadi terasa berlipat ganda. Saya bukan hanya menjadi orang pertama di keluarga yang bisa keluar negeri, tetapi saya pergi dengan mengerjakan sesuatu yang saya cintai, dan pulang dengan mengharumkan nama bangsa.Dari situ pintu-pintu lainnya pun terbuka. Saya sempat rekaman secara profesional dan akhirnya tahu sensasinya memegang album fisik dengan nama saya tercantum sebagai salah satu penyanyi. Tahun 2017 lalu, saya juga menjadi pengisi acara di sebuah konser besar di Jakarta, sepanggung dengan beberapa penyanyi idola saya semasa kecil.

Dalam kehidupan nyata, meraih mimpi tentu hanyalah satu dari sekian cerita. Benturan-benturan hidup belum saya ceritakan di sini. Tapi, ada satu masa dalam hidup saya di mana after all saya mempertanyakan signifikansi dari apa yang saya kerjakan. Di titik ekstrim saya bahkan berhenti bermimpi, berhenti bertumbuh, dan berhenti memercayai bahwa saya capable to do things dan bahwa saya berharga. Namun, yang namanya mimpi, dia akan selalu mengetuk-ngetuk pintu hati seberapa kerasnya pun saya mengingkari. Yang namanya mimpi, juga akan selalu menemukan jalan, meski kerap kali saya sengaja menolak pintu-pintu yang terbuka. Di satu titik, setelah diskusi alot dan panjang dengan diri sendiri dan Pencipta yang saya percayai, kini saya sedang melatih diri untuk kembali berjalan ke track semula. Bahwa terlepas dari apapun yang terjadi dalam hidup, saya hanya ingin jadi pribadi yang terus belajar, bertumbuh serta tidak takut berpengharapan. Mimpi memberi saya semangat tiap pagi untuk bangun dan menaklukkan hari. Mimpi menolong saya melihat melampaui kekurangan dan kelemahan saya yang sekarang, bahwa masih ada potensi yang menunggu untuk saya temukan dan harapan yang menanti saya wujudkan.

Belakangan saya juga menyadari dimensi lainnya dari mimpi. Yang pertama, bahwa ia tak selalu besar dan megah bentuknya. Kita tentu tak selalu bisa jadi yang terdepan, memenangkan tiap pertandingan, menuai seterusnya tepuk tangan, juga menghasilkan karya-karya maksimal. Make peace with it. Yang kedua, bahwa mimpi sejatinya tak pernah tentang diri kita sendiri, karena bisa jadi itu hanyalah ambisi. Mimpi yang tepat adalah mimpi yang kita bagikan dengan orang lain, tak soal seberapa besar dampaknya. Untuk yang satu ini, akan selalu ada kesempatan-kesempatan sederhana yang bisa kita ambil untuk tetap melakukan yang kita kerjakan sambil berbagi hal-hal kecil dengan orang lain.Jadi, ketika kamu mulai kewalahan menghadapi kehidupan ini, pulanglah kembali pada mimpi-mimpimu.

(vem/nda)