Maya Angelou, seorang sastrawan Afrika-Amerika pernah berkata, “Seorang teman ada di balik wajah-wajah yang asing." Ya, itu benar sekali. Sahabat terbaikmu saat ini awalnya adalah seseorang yang tidak kau kenal dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu, kalian mulai berbicara, saling memahami, membangun kepercayaan dan akhirnya menjalin hubungan persahabatan yang kuat.
Namanya adalah Giovani. Aku sempat menjaga jarak setelah mendapat perlakuan dingin darinya. Dia membuang muka saat aku mencoba menyapa dengan sopan dan sejak saat itu aku berusaha menjauhinya seolah-olah dia adalah virus yang berbahaya.
Martin Luther King Jr menuliskan, “Cinta adalah satu-satunya kekuatan yang mampu mengubah seorang musuh menjadi seorang sahabat." Sepertinya Tuhan memang berencana untuk membuat kami merasakan indahnya persahabatan yang manis. Karena nomor stambuk mahasiswa yang berdekatan, kami berdua mendapat kelas dan kelompok belajar yang sama. Kami mulai akrab dan banyak menghabiskan waktu berdua lebih banyak. Gio adalah mahasiswi berprestasi yang sangat cerdas, aktif berorganisasi, taat beribadah, memiliki IPK tinggi serta berkali-kali mengharumkan nama universitas dengan mengikuti lomba nasional tidak membuatnya menjadi jumawa. Dia rendah hati dan selalu membantuku dalam situasi apapun.
Oscar Wilde berucap, “Sahabat sesungguhnya menusukmu dari depan." Gio adalah orang yang selalu berani menegur dan mengkritik saat aku melakukan kesalahan. Dia melakukannya dengan harapan agar aku memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih matang. Dia juga seorang pendengar yang baik, setiap aku bercerita tentang masalah yang aku alami dia selalu memberi masukan dan nasihat tanpa nada menggurui. Saling bertukar cerita dan lelucon dengannya membuat beban berat dipundak serasa hilang dan membuatku bahagia. Dia adalah inspirasi dan menjadi pegangan utama untukku, ibarat telaga yang selalu menyediakan cukup air saat aku kehausan.
Richard Bach bertanya, “Bisakah jarak benar-benar memisahkanmu dari teman?” Jawabannya TIDAK! Dalam sebuah persahabatan jarak bukanlah halangan. Saat ini Gio telah lolos tes seleksi hakim dan menjalani pelatihan di Bali. Setelah menerima banyak kegagalan dan tantangan ia berhasil mewujudkan mimpi dengan kerja keras, integritas, dan karakter yang kuat telah mengantarnya sampai ke puncak.
Aku sangat bahagia dan selalu mendoakan yang terbaik untuknya meski terpisah ratusan mil jauhnya. Semoga dia menjadi seorang
hakim yang amanah, adil dan mampu menegakkan hukum. Saudara tak sedarahku, Giovani, selamat belajar dan jadilah pahlawan keadilan yang mengabdi untuk Indonesia tercinta. See you on top.
- Wanita Anak Pertama Itu Bahunya Sekuat Besi dan Hatinya Setegar Karang
- Juri Meremehkan Ideku Berbisnis Mainan Edukatif, Ini Caraku 'Balas Dendam'
- Dengan Kanker Payudara, Aku Tetap Semangat Bekerja sebagai Prajurit TNI AU
- Hebatnya Seorang Mama, Bisa Berkarier dan Menjaga Keluarga dengan Baik
- Hidup dengan Satu Ginjal Tak Mengurangi Tekadnya untuk Mengabdi pada Negara