Pustakawan Itu Pekerjan yang Membosankan, Eh Siapa Bilang?

Fimela diperbarui 24 Mar 2018, 19:30 WIB

Waktu di bangku sekolah dasar pasti kita tidak asing dengan pertanyaan ini, “Kalau besar cita-citanya mau jadi apa?“ Sebagian anak rata–rata pasti menjawab ingin jadi dokter, polisi, guru, dan pekerjaan tenar lainnya. Pertanyaannya sekarang mengapa jarang dari mereka yang menjawab ingin menjadi pustakawan? Kalaupun ada mungkin karena orangtuanya adalah seorang pustakawan. Apa yang salah dengan profesi pustakawan?

Realita tersebut secara tidak langsung merupakan sebuah tamparan bagi dunia kepustakawanan, karena bagaimanapun dengan rendahnya minat seseorang untuk menjadi seorang pustakawan merupakan suatu bukti bahwa pekerjaan pustakawan masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, parahnya lagi bagi segelintir orang masih ada yang beranggapan pustakawan bukanlah sebuah profesi karena setiap orang bisa menjadi seorang pustakawan. Padahal secara jelas telah disebutkan di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.



Dewasa ini masyarakat Indonesia sedikit banyak telah mengenal atau mengetahui perpustakaan dan pustakawan melalui media massa yang ditulis sebagai artikel atau berita biasa diradio dan televisi. Sekolah-sekolah perpustakaan pun telah banyak didirikan, dan seminar-seminar untuk peningkatan perpustakaan pun telah banyak diselenggarakan. Pustakawan boleh sedikit merasa bangga perjuangannya selama ini sudah mulai didengar dan diperhatikan.

Menjadi seorang pustakawan bila kita lihat dari segi pengabdian ke masyarakat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan profesi guru, polisi, dan dokter. Sebagai gambaran saja, dalam dunia pendidikan tidak mungkin dapat dipisahkan dari yang namanya buku, bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia atau baca buku buka dunia. Sekarang bagaimana kita mendapatkan sebuah buku secara lengkap? Jawabnya hanya dua, yaitu membeli dan meminjam. Mungkin bagi mereka yang berkantong tebal membeli merupakan sesuatu yang logis, tapi bagi golongan menengah ke bawah membeli hanyalah sebuah mimpi, maka meminjam merupakan sebuah solusi.



Berbicara tentang Meminjam buku, pasti tidak asing dengan yang namanya perpustakaan, di tempat inilah biasanya tersedia bermacam-macam jenis buku yang terletak secara terstruktur sesuai subyek di rak-rak yang telah tersedia, pertanyaannya sekarang apakah buku-buku tersebut bisa tertata sesuai subyek, bila tidak ada yang mengolah? Tentu tidak, karena di balik semua itu ada pustakawan-pustakawan yang senantiasa mengolah, merawat, hingga mengelola jajaran buku sehingga ketika ada pemustaka yang menginginkan buku tersebut sudah tersedia di rak. Bayangkan saja bila di perpustakaan tidak ada pustakawan, mungkin banyak pemustaka yang jadi stres gara-gara mencari buku di antara ribuan tumpukan buku yang tersedia.



Selain dari segi pengabdian, profesi pustakawan juga bisa sejajar dengan guru, dosen, dsb. Bila dilihat dari segi pendapatan. Karena akhir-akhir ini sedang gencar UU tentang sertifikasi pustakawan, dengan UU ini pustakawan tidak perlu lagi was-was soal gaji. Dari segi peluang pun profesi pustakawan bisa dikatakan lebih menjanjikan, karena seperti kita tahu masih banyak instansi perpustakaan yang membutuhkan pustakawan, itu masih bertolak belakang dengan sedikitnya calon pustakawan, jadi bisa dipastikan bahwa menjadi pustakawan peluangnya lebih besar bila dibandingkan profesi lain, semisal guru dan sebagainya.

Melihat kenyataan di atas, seharusnya tidak ada lagi alasan profesi pustakawan dianaktirikan. Sekarang yang perlu dilakukan dunia kepustakawanan, yaitu membangun lagi citra pustakawan di lingkungan masyarakat, sehingga ke depannya akan dijumpai seorang anak yang dari kecil memiliki cita-cita sebagai pustakawan. Dengan begitu orang akan bilang, “Jadi pustakawan, mengapa tidak?”




(vem/nda)
What's On Fimela