Juri Meremehkan Ideku Berbisnis Mainan Edukatif, Ini Caraku 'Balas Dendam'

Fimela diperbarui 23 Mar 2018, 13:45 WIB

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

"Usaha mainan anda ini saya yakin susah berkembang. Paling hanya bertahan dua atau tiga tahun saja," ujar salah seorang juri  lomba wirausaha di salah satu televisi swasta. Dan kata-kata itu ditujukan pada saya yang menjadi peserta saat itu. Down? Tentu saja, apalagi waktu itu saya baru setahun berwirausaha memproduksi mainan edukasi. Dan si bapak juri adalah seorang pengusaha sukses saat itu.

Untungnya ada bunda yang selalu menyemangati saya, "Juri itu cuma manusia, dia bisa salah. Yang  penting kamu percaya sama Allah akan memberikan yang terbaik untuk hidupmu. Yang penting kerja keras dan banyak berdoa untuk mewujudkan impianmu menjadi pengusaha sukses." Ucapan itu seperti menjadi api semangat buat saya apalagi di saat saya mengalami masa sulit.



Sejak kematian anak pertama saya, saya memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi jurnalis. Saya ingin fokus untuk mengurus anak kedua saya. Waktu benar-benar saya fokuskan untuk keluarga, mengasuh dan mendidik anak. Di saat anak masuk usia dua tahun, saya mencoba membuat mainan edukasi dari kain untuk anak saya yang saat itu masih dua tahun. Saya buat playboard dari bahan flanel. Ternyata anak saya suka sekali dan teman-temannya pun suka. Mereka bermain dengan mainan yang saya buat tapi mereka tidak merasa bahwa sebenarnya mereka belajar. Belajar sambil bermain. Di sini saya melihat peluang bisnis. Karena saat itu mainan edukasi masih sangat jarang.

Dimulai di sebuah milis balita, saya mencoba menjual produk yang saya buat sendiri. Dan alhamdulillah, dari mulai satu sampai sekarang ada 150 produk mainan yang saya buat. Tidak hanya mainan edukasi dari berbahan kain yang saya buat tapi juga dari kayu. Dibantu beberapa ibu rumah tangga juga beberapa pemuda sekitar rumah, saya memproduksi mainan edukasi tersebut.



Di usaha ini juga saya banyak mendapatkan pengalaman baru, seputar parenting dan psikologi anak. Saya jadi banyak terlibat dalam kegiatan anak. Saya mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmu kepada guru-guru TK tentang cara membuat media pembelajaran yang menarik untuk anak didik. Menjadi trainer untuk calon pengajar muda di sebuah yayasan pendidikan untuk penempatan guru-guru di daerah terpencil. Alhamdulillah saya senang sekali karena bisa berbagi ilmu. Dan yang terpenting dari semua itu, dengan berwirausaha sendiri, saya bisa mengatur waktu saya sendiri. Mengurus keluarga tetap yang utama, apalagi anak. Saya tidak ingin kehilangan momen yang penting dalam masa tumbuh mereka.

Dan satu lagi, saya jadi memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Sebagian besar mereka adalah konsumen yang membeli produk mainan saya. Beberapa adalah orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Berjualan dengan hati dan perasaan. Ungkapan itu yang bisa saya katakan jika melayani mereka. Suatu ketika seorang ibu datang ke saya. Menceritakan sedikit ke saya perihal anaknya yang autis. Dia butuh mainan edukasi untuk anaknya. Dia borong semua jenis mainan saya. "Saya beli semua jenis mainan edukasi yang ibu punya, saya ingin anak saya seperti anak normal," kata ibu muda itu dengan berapi api. Tapi saya lihat kegelisahan di wajahnya.



"Bunda, sebaiknya bunda beli mainan bertahap saja. Nanti anaknya malah bingung kalau semua dikasih," ujar saya pada ibu tersebut. Agak aneh ya, konsumen borong mainan tapi saya malah tidak membolehkan. "Bunda kasih pelan pelan ya mainannya, one by one. Supaya mereka tidak bingung," minta saya pada ibu itu. Dan hal ini tidak hanya sekali tapi sering saya temui. Banyak orangtua seperti syok dan tidak siap menerima kondisi anak mereka yang berbeda dengan anak yang lain. Mereka ingin anak mereka tidak tertinggal dengan anak sebayanya. "Meski mereka berbeda dengan anak lain, tapi perbedaan mereka menjadikan mereka spesial. Karena Tuhan pasti meletakkan kelebihan di antara kekurangan yang mereka miliki." Itu kata-kata harapan dan semangat yang saya ucapkan pada mereka. Supaya mereka tidak down atau merasa sendiri.



Dan tak terasa sudah hampir 10 tahun saya menggeluti usaha mainan ini. Dan alhamdulillah prediksi seorang juri di lomba wirausaha itu tidak terjadi. Karena saya masih bisa survive dengan usaha yang dia anggap tidak akan berkembang.

Meski banyak halangan dan rintangan, semoga saya bisa melewatinya. Dengan tidak mau muluk-muluk, saya ingin usaha saya ini terus berkembang dan maju, agar banyak orang yang bisa bekerja di dalamnya, agar banyak kemiskinan bisa dikurangi, agar banyak kejahatan bisa dihindari. Agar banyak produk kreatif yang diciptakan. Ada banyak anak tambah cerdas dengan bermain mainan edukasi. Ada banyak anak yang memiliki keterbatasan, bisa terbantukan. Ya Allah tolong untuk selalu bersamaku.

(vem/nda)
What's On Fimela