Kerja Keras demi Rawat Ibu yang Stroke dan Adik Keterbelakangan Mental

Fimela diperbarui 23 Mar 2018, 11:15 WIB

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Saya Nurhandayani Gitani. Seorang anak wanita yang sedang mengurusi ibu yang terserang stroke dan adik yang memiliki keterbelakangan mental. Seorang ibu yang mengidap stroke yang segala keperluannya harus diurusi karena tidak dapat bergerak cepat, berbicara tidak jelas serta berjalan lamban. Seorang adik yang hiperaktif yang ketika memiliki kemauan bila tidak segera dituruti akan mengamuk. Kedua orang terkasih harus dijaga perasaan dan kebutuhannya.

Saya bekerja sebagai project data entry pada perusahaan kontraktor tambang di Jakarta Industrial Estate Pulogadung. Tak banyak memang karyawan wanita di kantor karena mayoritas adalah laki-laki dengan jurusan Geologi yang mengerti ilmu kebumian. Jarak rumah di daerah Tangerang ke tempat kerja di Pulogadung hanya bisa ditempuh dengan cepat menggunakan commuter line (kereta). Perjuangan untuk sampai pun tidak mudah karena saya harus beberapa kali transit pindah kereta hingga stasiun terdekat. Setelah itu, ke kawasan membonceng teman atau naik ojek karena tidak ada angkutan dari stasiun yang masuk kawasan tersebut. Meski begitu saya bersyukur karena ada rezeki di situ yang saya peroleh. Ketika bekerja, saya mengalami kesulitan karena ibu dan adik di rumah tidak ada yang mengurusi sepenuhnya menunggu saya pulang. Tetangga kanan kiri pengganti saudara yang membantu menjadi andalan meskipun tidak selalu bisa.



Jika tidak sedang bekerja karena project tidak ada, saya harus berpikir mencari uang karena saya tidak bisa mengandalkan uang dari ayah yang jarang pulang. Berdagang secara face to face maupun online di sosial media biasanya yang saya lakukan. Memanfaatkan kemajuan teknologi dengan pola pikir positif. Disertai usaha gigih dan doa,mengharapkan rezeki itu datang. Saya merasa sangat senang ketika ada tetangga yang akan melaksanakan haji/umroh. Saya selalu menitipkan doa kepada mereka agar ibu bisa pulih dan adik bisa normal seperti anak yang lain. Harapan saya, Allah mengabulkan doa yang saya kirimkan karena Mekkah tempat yang diijabah doanya.



Suatu saat nanti saya sangat berharap bisa melaksanakan haji dan umroh bersama ibu. Ibu mempunyai mimpi umroh bersama saya. Saya ingin berdoa langsung semua yang saya cita-citakan di sana. Saya kumpulkan sedikit demi sedikit rezeki yang saya punya, meskipun banyak keinginan yang harus saya tunda demi mewujudkan mimpi ibu. Niat saya sebagai anak ingin harapan ibu tercapai sebagai bukti bakti kepada orangtua. Saya pasti bisa.





(vem/nda)