Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.
***
Jika ditanya siapa perempuan yang paling menginspirasi dalam hidupku, tanpa ragu aku akan mengatakan bahwa mama adalah inspirasi terbesarku. Setiap pagi, Mama memanaskan mesin sepeda motornya untuk dipakai ke tempat kerja. Mama berprofesi sebagai kepala sekolah menengah pertama di sebuah desa yang terpencil, yaitu Desa Kuta Ujung di Sumatera Utara. Sebelum berangkat bekerja, Mama selalu memastikan bahwa anak-anaknya sudah siap berangkat ke sekolah. Selain hari Minggu, Mama selalu bangun pukul 05.00 pagi untuk menyiapkan sarapan bagi kami. Ia selalu siap berangkat ke sekolah sekitar pukul 07.00.
Saat ini, Mama berusia 52 tahun, namun semangatnya tidak pernah kalah denganku yang masih berusia 20 tahun. Sebelumnya, Mama ditempatkan di sekolah yang juga cukup terpencil dan jaraknya juga harus ditempuh selama satu jam perjalanan dengan sepeda motor. Akses jalan menuju tempat tersebut juga masih sulit. Bahkan, sinyal telepon pun masih sulit didapatkan. Walaupun demikian, aku tidak pernah mendengar Mama mengeluh soal itu.
Sejak diangkat menjadi PNS pada 1998, Mama telah merasakan bekerja di berbagai lokasi dengan profesi yang berbeda-beda. Awalnya, Mama mengajar sebagai guru mata pelajaran Sejarah di SMP N 1 Singgabur, sebuah sekolah yang berada di dekat rumah, masih di provinsi Sumatera Utara. Mama telah meluluskan banyak murid. Bahkan, beberapa mantan murid yang sempat mengajar bersamanya sebagai tenaga pengajar muda di sekolah yang sama.
Pada 2009, Mama diangkat menjadi pengawas di Dinas Pendidikan Pakpak Bharat. Saat itu, ia hanya diwajibkan ke kantor dua kali seminggu, yakni hari Senin dan Kamis. Namun, jarak kantornya cukup jauh, yakni ditempuh dengan sepeda motor selama kurang lebih 45 menit. Waktu itu, Mama belum mahir mengendarai sepeda motor, sehingga Papa harus mengantarnya setiap pagi. Namun, itu justru menjadi awal Mama memiliki keinginan untuk belajar mengendarai sepeda motor.
Pada 2012, jabatan Mama kembali berubah. Mama diangkat menjadi kepala sekolah di SMP N 2 Satu Atap Namuseng. Di tahun pertamanya bekerja, listrik belum masuk ke Namuseng. Jadi, untuk menggunakan laptop dan mencetak dokumen yang diperlukan, Mama harus pergi ke Singgabur terlebih dahulu. Sekali lagi, aku tidak pernah mendengar Mama mengeluh tentang itu.
Pada akhir tahun 2017, Mama dimutasi ke sekolah tempat ia bekerja saat ini. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, termasuk akses jalan yang cukup sulit menuju sekolah, Mama selalu mengatakan bahwa ia tetap mencintai pekerjaannya.
Meskipun posisinya di dunia pegawai negeri sudah berubah beberapa kali, Mama mengaku bahwa ia lebih senang menjadi pengajar biasa, karena ia memang senang berbagi pengetahuan dengan orang lain. Walaupun demikian, Mama tetap bersyukur atas posisinya menjadi kepala sekolah seperti saat ini. Itulah hal favoritku dari Mama, sikap bersyukurnya.
Selain berperan sebagai pemimpin di sekolah, Mama juga merupakan pemimpin di rumah, tentu saja bersama Papa. Tahun 2017 lalu, adik laki-lakiku dikeluarkan dari SMA favorit karena ketahuan bolos. Saat itu, aku mendengar Mama berdoa di kamar sambil menangis. Tapi ia tidak pernah menunjukkan kesedihannya saat di depan kami anak-anaknya.
Saat adikku dipindahkan ke sekolah lain yang tidak jauh dari rumah, aku ingat Mama selalu menasihatinya setiap pagi dan malam. Terkadang adikku merasa jengkel karena diberikan nasihat yang sama setiap hari, tapi Mama tetap terlihat kuat dan malah lebih erat merangkul adikku. Karena ketabahan itu, saat ini adikku sudah berubah menjadi lebih baik. Ia menjadi juara di kelas, aktif ekstrakuriler musik di sekolah, bahkan menjadi pemusik di gereja. Wah, betapa hebatnya Mama!
Bukan hanya aktif di dunia karier dan menjadi panutan di keluarga, Mama juga aktif di gereja. Mama dinobatkan menjadi penatua gereja sejak tahun 2014. Tentu saja Mama dipilih karena kelembutan hatinya. Tidak heran kenapa Mama selalu mengingatkan seluruh anggota keluarga untuk berdoa, bahkan Mama meneleponku setiap hari Minggu agar tidak lupa beribadah, karena saat ini aku memang tinggal jauh dari keluarga, beda pulau.
Begitulah kesibukan Mama. Ia selalu ingat untuk membagi waktu agar semua kewajiban terlaksana. Namun, kebiasaan bekerja keras seperti itu bukan dimulai saat Mama sudah dewasa. Sejak kecil, Mama memang sudah sudah terbiasa berjuang.
Mama memiliki tujuh saudara kandung. Kakek dan nenek (orang tua Mama) berprofesi sebagai petani. Mama mengatakan bahwa saat itu penghasilan orang tua hanya cukup untuk menyekolahkan anak mereka hingga SMA. Padahal, Mama sendiri memiliki cita-cita menjadi dokter.
Oleh karena itu, sejak duduk di bangku sekolah menengah, Mama memutuskan untuk tinggal di rumah pamannya yang memiliki penghasilan lebih besar. Mama membantu paman dan bibinya untuk mengurus sepupunya yang berjumlah empat orang. Selain itu, Mama juga membantu mereka untuk hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan rumah.
Meskipun cita-cita menjadi dokter tidak tercapai, namun perjuangan Mama itu membuatnya bisa menjadi pegawai negeri seperti sekarang. Mama tetap bersyukur karena masih bisa menafkahi keluarga bersama Papa.
Papa juga selalu mengatakan bahwa Mama adalah orang yang baik. Ia tidak pernah membeda-bedakan pihak keluarganya dengan pihak keluarga Papa saat ia memang ingin membantu. Pada 2016, pamanku (adik bungsu Papa) ditahan polisi atas tuduhan KDRT yang menyebabkan bibiku kehilangan nyawa. Papa dan Mama yang yakin bahwa itu adalah fitnah, segera mencari pengacara dan membawa kasus tersebut ke pengadilan. Saat itu, hampir setiap hari Kamis, Papa dan Mama harus menempuh total perjalanan empat jam dari rumah ke gedung pengadilan. Proses tersebut berlangsung selama satu tahun hingga akhirnya pengadilan memutuskan untuk membebaskan paman.
Meskipun banyak biaya yang habis saat itu, Mama tidak pernah protes. Bahkan Mama sangat bersemangat memperjuangkan kebebasan pamanku, meskipun paman adalah keluarga dari pihak Papa. Bukan hanya itu, Mama juga merawat adik sepupuku yang masing-masing berusia 3 dan 5 tahun. Mama mengatakan bahwa ia akan merawat keduanya sampai pamanku siap untuk mencari pekerjaan baru dan membiayai mereka.
Selain ketiga adikku, rumah kami memang selalu ramai oleh anak-anak. Sebelumnya, Mama juga merawat tiga anak dari pamanku yang lain. Saat itu, bibiku meninggal karena sakit. Pamanku hampir frustasi, tidak mau bekerja, hingga akhirnya dipecat sebagai karyawan di sebuah kantor. Melihat itu, hati Mama tergerak untuk merawat dan menyekolahkan ketiga sepupuku tersebut. Ketiganya tinggal bersama kami selama kurang lebih empat tahun. Mama baru mengizinkan mereka kembali ke rumah mereka di Pekanbaru saat tahu dan yakin bahwa paman sudah mendapat pekerjaan dan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Begitulah cerita Mama. Jika kuceritakan hal-hal lain yang membuatku memposisikan Mama sebagai perempuan paling inspiratif, mungkin 100 halaman pun tidak akan cukup. Dan satu lagi, aku belum pernah mendengar ada orang yang membenci Mama.
- Dikucilkan di Sekolah Ditambah Masalah Keluarga, Aku Sempat Mau Bunuh Diri
- Mengharapkan Simpati Orang Lain Takkan Menyelesaikan Masalah Apapun
- Melepas Karier Bergengsi, Kini Lebih Bahagia Jadi Content Writer
- Kuliah Sambil Berdagang, Tak Perlu Malu Menjalaninya
- Profesi Wartawan Tapi Tak Bisa Mengendarai Kendaraan, Aku Tetap Bertahan