Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.
***
Perempuan itu bernama Elisabeth. Dia seorang PNS yang bekerja di sebuah lembaga survei milik pemerintah. Hampir separuh hidupnya dihabiskan untuk pengabdian kepada negara. Sensus dan survei penduduk sudah menjadi makanannya sehari-hari. Bekerja hingga larut malam demi menemui responden tidak membuatnya mengeluhkan rasa lelah yang teramat sangat. Data, data, data, itulah yang harus diperjuangkannya dengan penuh kredibilitas. Bahkan ketika memasuki masa pensiun pun, dedikasinya tetap tinggi untuk pekerjaan ini.
Profesinya sebagai wanita karier tidak membuat Elisabeth lupa dengan kodratnya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Menyiapkan sarapan untuk keluarga tidak pernah ia abaikan walaupun ia terkadang kewalahan karena jam kerjanya yang juga pagi. Anak-anaknya memang bukan anak kecil lagi, tetapi mereka tetap bergantung pada ibunya terlebih ketika pagi, begitupula dengan suaminya. Jangan membayangkan keluarga Elisabeth sangat manja ataupun tidak harmonis. Keluarga ini sangat bahagia dan harmonis. Anak-anaknya tidak pernah merepotkan, mau mengerjakan pekerjaan rumah, rajin, bahkan kuliah dengan uang dari beasiswa berprestasi. Suaminya adalah karyawan swasta yang mau berbagi peran dalam urusan rumah tangga. Suaminya tak segan untuk memasak, menyapu, mencuci pakaian, bahkan mengurus anak-anak. Sebuah keluarga harmonis yang menjadi panutan di lingkungan sekitarnya.
Suatu ketika, Elisabeth mendapati tubuhnya menggigil, lemas, dan tidak berdaya. Suaminya segera membawanya ke dokter umum. Dokter menyimpulkan bahwa Elisabeth terkena infeksi karena tubuhnya demam kemudian dokter memberinya obat dan menyarankan untuk melakukan cek laboratorium. Keesokan hari setelah tubuh Elisabeth terasa lebih baik, suaminya mengajak untuk cek laboratorium. Usai cek lab dilakukan, Elisabeth bersikeras untuk tetap bekerja karena ia ada tanggungan pekerjaan survei lapangan ke salah seorang responden. Suaminya melarang Elisabeth untuk bekerja, tetapi Elisabeth berdalih bahwa ini tanggung jawabnya sebagai surveyor. Akhirnya sambil menunggu hasil cek lab, Elisabeth pun menjalankan survei lapangan.
Hasil cek laboratroium menyatakan bahwa Elisabeth mengalami infeksi ginjal. Ia harus melakukan operasi penyedotan cairan yang berada di area ginjal. Operasi pun dilakukan dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Infeksi ini ternyata telah menyebar dan merusak salah satu ginjal Elisabeth. Dokter spesialis bedah urologi yang saat itu menangani Elisabeth bingung. Ginjal kiri Elisabeth ini sudah 5 tahunan tidak berfungsi, tetapi mengapa Elisabeth tidak merasakan kesakitan atau keluhan-keluhan dari sejak dulu ya?
“Ibu ini memiliki daya tahan fisik yang sangat kuat sampai-sampai tidak merasakan kesakitan akibat gagal ginjalnya," kata dokter. Solusi akhir yang dilakukan oleh dokter adalah nefrektomi atau pengangkatan ginjal sebelah kiri yang sudah tidak berfungsi. Keputusan medis ini sangat berat bagi keluarga Elisabeth. Mereka harus menerima segala risiko yang akan ditimbulkan setelah Elisabeth hidup hanya dengan satu ginjal. Tetapi inilah jalan yang terbaik bagi Elisabeth. Hidup dengan satu ginjal bukanlah akhir dari segalanya. Dukungan dari keluarga merupakan support system terbesar bagi Elisabeth.
Nefrektomi mengubah hidup Elisabeth. Ia seperti memulai hidup dari nol lagi. Masa-masa pemulihan pasca operasi merupakan masa-masa terberat bagi Elisabeth. Kembali belajar berjalan, kembali belajar makan, tidak boleh terlalu capek, dan masih banyak lagi hal-hal yang harus ia lakukan. Elisabeth telah memasuki masa pensiun, namun kantornya memberikan penawaran untuk melanjutkan bekerja. Elisabeth berpikir bahwa ia harus memiliki kesibukan untuk melupakan sakitnya. Ia berpikir untuk menerima tawaran perpanjangan masa pensiunnya. Keputusan ini ditentang oleh keluarganya. Mereka tidak ingin Elisabeth kelelahan akibat bekerja, namun Elisabeth tetap bertekad untuk kembali bekerja dan mengabdi kepada negara.
Perempuan kuat itu bernama Elisabeth. Perempuan kuat itu adalah ibuku. Hidup dengan satu ginjal tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengabdi pada negara. Hidup dengan satu ginjal mampu menginspirasi orang-orang di sekitarnya untuk tidak mudah menyerah pada keadaan. Hidup dengan satu ginjal mampu membuatku, kakakku, dan ayahku makin sayang dengan keluarga. Kesehatan itu mahal harganya. Begitu pula dengan keluarga, tak ternilai harganya. Terima kasih ibu karena telah mengajarkanku cara untuk menjadi perempuan hebat sepertimu.
- Kuliah Sambil Berdagang, Tak Perlu Malu Menjalaninya
- Profesi Wartawan Tapi Tak Bisa Mengendarai Kendaraan, Aku Tetap Bertahan
- Jadi PNS Bukan Inginku, Tapi dari Jalan Inilah Aku Bisa Kuliah ke Jepang
- Dukungan Keluarga Jadi Faktor Penting Kesuksesan Seorang Wanita
- Meski Belum Dapat Karier Impian, Hidup Tetap Harus Dijalani Sebaik Mungkin
(vem/nda)