Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.
***
Menjadi ibu tumah tangga full time adalah sebuah kenyataan hidup tapi bukan mimpi saya. Sejak kecil impian saya adalah menjadi wanita karier. Inspirasinya justru dari ayah saya yang seorang wirausahawan kecil-kecilan, dari mulai membuka warung kecil dan jualan botol-botol bekas. Namun ketekunan dan kerja kerasnya mampu mengantarkan saya dan kakak saya sehingga bisa menjadi sarjana. Kami pun memiliki rumah yang layak tinggal.
Sampai ketika saya kuliah saya memilih untuk bekerja sambilan di sebuah kantor Panwas Pemilu Kota Manado sebagai staf. Di saat teman-teman kantor lain tidak mau mengambil lembur, saya memilih untuk lembur walau dengan bayaran kecil, supaya bisa mendapat uang lebih dan bisa belajar lebih banyak untuk menggunakan perangkat komputer karena kebetulan saya kurang pintar menggunakannya, sedangkan pekerjaan saya sebagai staf berkutat di masalah administrasi dan membuat laporan.
Lulus kuliah saya langsung diterima bekerja di sebuah organisasi internasional berlokasi di Kabupaten Halmahera Barat, jauh dari keramaian kota, harus menyeberang lautan dengan speedboat selama berjam-jam untuk bisa setiap waktu pergi bekerja. Dan selama hampir dua tahun saya harus jauh dari keluarga, karena keluarga saya tinggal di Manado sedangkan daerah tempat saya bekerja adalah daerah pasca konflik karena agama. Sungguh sebuah hal yang menantang, sekaligus menakutkan karena dikelilingi oleh orang-orang yang masih trauma dengan kondisi masa lalu karena konflik berdarah, tapi inilah titik balik hidup saya, karena akhirnya pengalaman ini membuka pola pikir saya untuk melihat lebih luas tentang keragaman. Membuat saya lebih percaya diri bergaul dengan banyak kalangan dan latar belakang budaya yang berbeda, dan belajar banyak tentang nilai-nilai hidup yang sesungguhnya.
Setelah selesai kontrak kerja, kembali ke kota Manado dan menikah, saya memilih untuk tetap bekerja. Di LSM juga, namun karena hidup terpisah lagi dari suami dan anak, ditambah anak yang seringkali sakit, saya harus mengubur mimpi untuk bekerja. Ada selang waktu 2-3 bulan saya di rumah, tapi bawaan saya yang tidak bisa diam membuat saya tidak betah berlama-lama di rumah.
Akhirnya saya membujuk suami untuk diizinkan bekerja lagi, dan suami pun menyetujui. Tanpa berlama-lama saya langsung menyebar CV ke kantor-kantor yang sedang membuka lowongan kerja. Tidak mudah memang, karena waktu itu saya sudah berumur 30 tahun dengan status sudah menikah. Saya harus bersaing dengan kandidat yang punya CV fresh graduate, masih muda, cantik dan bertubuh semampai. Wajarlah sempat ciut nyali karena saya pendek, berkulit hitam, dan umur sudah tidak muda lagi. Namun kelebihan dan kekuatan saya bisa mengendarai motor, pengalaman bekerja di lapangan (alias tidak takut panas matahari), berani berhadapan dengan banyak orang, dan komunikatif, membuat saya tidak mudah mundur. Saya pun tidak kecewa ketika saya harus gagal berkali-kali diterima bekerja, walaupun sudah sempat mengikuti interview.
Selalu ada waktunya TUHAN. Hasil tidak akan mengkhianati proses, itulah yang saya yakini dengan iman saya. Tak pernah terpikir, setelah berbulan-bulan menunggu akhirnya saya diundang interview di sebuah bank swasta. Awalnya saya melamar sebagai marketing, sempat digoda dan ditawari posisi lain yang lebih bagus pada saat interview tapi saya tetap bersikukuh untuk di posisi awal yang saya lamar, karena saya berpikir sudah dipanggil interview saja sudah lumayan baik apalagi diterima bekerja. Sampai saya sempat berpikir inilah mimpi saya,yang menjadi kenyataan, saya diterima bekerja, menjadi seorang wanita karier di sebuah bank.
Kebanggaan yang tak terkira, tak peduli seberapa besar target pencairan dana setiap bulan, seberapa stres karena setiap hari dimarahi, dikejar oleh pimpinan jika target tidak tercapai, seberapa repot dan lelahnya karena jam kantor dari pagi sampai sore saya di jalan dengan motor mencari nasabah setiap hari selama 6 bulan. Hingga akhirnya kerja keras saya terbayar, saya berhasil mencapai target pencairan dalam kurun waktu 6 bulan. Saya dipromosikan untuk jabatan yang baru sebagai Credit Officer, dan tak lama berselang saya diminta untuk mengisi posisi sebagai HRD di bank tersebut, gambaran itu seperti dibuka lagi saat saya bermimpi menggunakan jas kerja, duduk di depan laptop, interview calon karyawan, lolos atau tidak diterima bekerja harus rekomendasi dari saya, dan hal-hal lain yang membuat saya sangat diakui dan dihormati.
Saya sangat menikmati dan nyaman dengan pekerjaan itu hampir 6 tahun. Sampai pada akhirnya saya hamil lagi. Melahirkan anak kedua dan masalah yang sama itu datang lagi. Anak sakit, anak masih terlalu kecil, pengasuhnya tidak betul dalam bekerja, tidak ada keluarga lain atau orangtua yang bersedia dititipkan anak-anak ketika saya dan suami bekerja, sehingga ada sempat beberapa bulan setiap hari ketika anak pulang sekolah terpaksa saya bawa ke kantor, menunggu sampai saya pulang bekerja di tengah malam buta. Segudang masalah itu membuat saya bergumul sekali lagi apakah harus berhenti atau lanjut? Bagaimana dengan mimpi saya menjadi wanita karier, apalagi kondisi beberapa bulan ke depan akan ada promosi jabatan yg lebih tinggi lagi? Sebuah pilihan yang sangat sulit. Tapi akhirnya saya memilih keluarga lah yang terpenting.
Saya sudah pernah menikmati mimpi menjadi wanita karier, namun ada satu sisi hidup yang tidak bisa terisi hanya karena bekerja, memiliki jabatan, dan sisi lainnya itu adalah menikmati waktu penuh dengan anak-anak, suami, dan keluarga. Ternyata saya lebih bahagia, walau kebahagiaan itu terus saya kejar setiap hari dengan belajar menjadi ibu yang baik bagi anak-anak, istri yang baik bagi suami. Ketika akhirnya semua proses itu Tuhan izinkan saya lalui, dan pilihan terakhir adalah melayani Tuhan dan melayani keluarga.
Saya bersyukur hari ini bahwa saya tidak salah memilih. Menjadi ibu rumah tangga adalah anugerah dari Tuhan. Kenyataan hidup yang saya syukuri. Mengantar anak sekolah, membangunkan mereka di pagi hari, menidurkan mereka, mengurus makan, minum, dan sebagainya. Sangat melelahkan tapi sungguh menenangkan hati ini. Sekali lagi memang ini bukan mimpi saya, tapi akhir hidup saya.
Tuhan ternyata memberi kado atas pilihan saya, saya mengembangkan bakat yang tersimpan sejak kecil, yakni kreativitas membuat kerajinan tangan untuk souvenir ulang tahun anak, pernikahan, dsb. Awalnya kecil-kecilan tapi sungguh luar biasa pada akhirnya usaha saya berkembang. Dari jualan di rumah saya bisa membuka outlet dan tetap lancar jualan online lewat FB. Karya kreativitas tangan saya mulai digemari sampai di luar kota Manado, seperti ke Papua, Ternate, Makasar, dll.
Dengan belajar terus menerus walau hanya secara otodidak akhirnya usaha berkembang sampai dengan jasa dekorasi pernikahan, ulang tahun pernikahan, sweet seventeen, dll. Saya tetaplah ibu rumah tangga, mengurus sendiri keluarga tanpa ada jasa pembantu RT. Meski begitu, saya adalah ibu rumah tangga berpenghasilan, pengalaman hidup telah membuat saya bertahan walau tidak lepas juga dari namanya kesulitan hidup.
Kini usaha jasa RUMAH SOUVENIR Manado sudah diakui keberadaannya dan diperhitungkan oleh banyak orang yang telah memakai jasa saya selama hampir tiga tahun usaha ini berjalan. Saya pun telah memiliki 3 orang karyawan dan 1 supir. Saya bisa mencicil mobil pribadi yang hampir lunas dan kendaraan operasional usaha dari usaha saya sendiri.
Harapan dan komitmen saya adalah mungkin saya bukan siapa-siapa, tapi hidup yang sekali ini harus memberi arti. Kelak jika saya dipanggil Tuhan, saya sudah mengisi hidup ini dengan baik, dan bisa menjadi inspirasi untuk wanita-wanita di luar sana agar tidak cuma berdiam diri. Hanya orang malas yang tidak bisa makan, karena sekecil apapun peluang itu, jika kita punya tekad dan ketekunan, Tuhan pasti akan menolong dan menyulap peluang kecil itu menjadi sumber-sumber berkat untuk memberkati kehidupan banyak orang.
Semangat pagi! Salam perjuangan. GBU all!
- Kegagalan Tak untuk Diratapi, Tapi Motivasi untuk Membuka Pintu Baru Lagi
- The Healing Power of Love: Sakit Tak Jadi Halanganku untuk Berkarya
- Sempat Terpuruk, Aku Sukses Jadi Wanita Karier Meski Bukan Lulusan PTN
- Punya Anak Saat Jadi Mahasiswi, Aku Sempat Dikira Korban Pergaulan Bebas
- Wanita Tak Perlu Takut Kesepian, Selalu Ada Kekuatan di Balik Kesendirian
(vem/nda)