Review: Novel Mata di Tanah Melus – Okky Madasari

Fimela diperbarui 04 Mar 2018, 17:00 WIB

Judul: Mata di Tanah Melus
Penulis: Okky Madasari
Editor: Anastasia Mustika W.
Ilustrasi sampul & isi: Restu Ratnaningtyas
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Pesawat kecil kami mendarat di negeri antah-berantah. Saat pesawat itu mulai merendah, aku bisa melihat hamparan hijau yang tak terlalu lebat, juga tak benar-benar hijau. Hijau yang kering dan lesu, namun justru terlihat ramah dan tak menakutkan untukku.

Perjalanan ke salah satu wilayah terluar Indonesia mengantarkan Matara, gadis berusia dua belas tahun, pada petualangan menakjubkan yang belum pernah ia bayangkan. Dunia yang serbaganjil pun menjadi sebuah kenyataan baru untuknya.

***

Bagaimana rasanya tiba-tiba berada di tempat yang asing sendirian dengan orang-orang yang menggunakan bahasa yang aneh? Hanya sendirian, tidak ada yang dikenal, dan terpisah dari mama? Inilah yang dialami oleh Matara atau yang lebih akrab disapa Mata. Liburannya bersama sang Mama berujung pada dirinya yang berada di Tanah Melus dengan berbagai hal ajaib yang tak pernah ia sangka sebelumnya.

Mata tumbuh dengan seorang nenek yang seorang pendongeng handal dan ibu yang berprofesi sebagai penulis. Liburan bersama Mama ke Belu menjadi pengalaman barunya, terlebih selama di sekolah ia tak pernah mengikuti acara liburan bersama. Tapi begitu sampai di Belu ada sejumlah hal ganjil terjadi. Mobil yang ditumpanginya menabrak sapi. Ritual upacara yang begitu misterius sampai membuat Mata malah terdampar ke Tanah Melus dan berpisah dengan ibunya.

Seperti yang pernah aku bilang, orang dewasa selalu tak punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sederhana. Anehnya, mereka selalu berpura-pura tahu segalanya.
(hlm. 34)

Tanah Melus dihuni oleh orang-orang yang sangat menjaga adat istiadatnya. Mereka memiliki bahasa sendiri yang tak bisa dipahami Mata. Anehnya, mereka bisa berbicara bahasa Indonesia meski tidak tahu di mana Indonesia dan Jakarta tempat Mata berasal. Mata sempat was-was dirinya tidak bisa selamat. Beruntung Ema Nain memberi perintah untuk tetap menjaga Mata. Mata pun memiliki teman bernama Atok di sana sehingga tak terlalu merasa kesepian meski terpisah dari Mama.

Dari sini kemudian Mata berusaha mencari berbagai cara agar bisa keluar dari Tanah Melus. Bagaimana pun dia harus keluar dari tempat asing itu. Dia harus mencari Mama. Namun, ternyata usaha untuk menemukan Mama kembali itu tak mudah. Ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Bahkan nyali dan keberaniannya pun diuji. Apakah Mata bisa berjumpa kembali dengan Mama?

Novel anak karya pertama Okky Madasari ini menjadi referensi bacaan baru untuk anak-anak. Sekalipun novel anak, orang dewasa pun juga bisa menikmatinya. Ada nilai-nilai penting yang disampaikan melalui novel ini. Soal keberanian, persahabatan, dan juga pentingnya keluarga. Cukup seru mengikuti petualangan Mata.

Kita akan diajak untuk mengenal Tania dan Mamanya yang baik hati. Ada Ema Nain dan Maun Iso yang memegang peranan penting di Tanah Melus. Ratu Kupu-Kupu yang memiliki kisah begitu sedih. Juga ada soal Dewa Buaya dan kisah masa lalu Tanah Melus. Rasanya seperti dibawa memasuki sebuah dimensi ajaib yang selama ini tak pernah kita temui sebelumnya. Mata di Tanah Melus ini pun bisa jadi referensi bacaan menarik yang bisa dinikmati bersama keluarga.

(vem/nda)