Menikah Memang Ibadah, Tapi Bukan Hanya Sebatas Menyegerakan Kata Sah

Fimela diperbarui 05 Mar 2018, 12:30 WIB

Pernikahan. Apa yang ada di benak kamu setiap kali mendengar kata pernikahan? Apakah menjalin hubungan untuk menyempurnakan separuh ibadah? Hubungan dua orang yang telah sama-sama yakin satu sama lain, bisa menerima kekurangan dan kelebihan dengan tulus, atau melepas status lajang dalam ikatan yang sah?

Setiap orang tentunya memiliki persepsi sendiri-sendiri mengenai pernikahan. Tapi yang pasti, pernikahan adalah hubungan yang sakral, yang penting dilakukan dengan kesiapan maksimal dan harus dilakukan dengan rencana yang terarah. Memang, pernikahan adalah perkara yang penting untuk disegerakan demi ibadah. Tapi bukan berarti pernikahan adalah perkara yang harus dilakukan dengan terburu-buru hanya sebatas menyegerakan kata sah.

Menikah Bukan Hanya Menyatukan Kamu & Dia, Tapi Juga Dua Keluarga Berbeda

Selain kamu dan pasangan, ada dua keluarga yang memiliki peran besar dalam kelancaran pernikahan kalian. Pernikahan dan menyegerakan kata sah ini tidak hanya untuk menyatukan kamu dan pasangan. Lebih jauh, ini adalah aktivitas menyatukan dua keluarga yang berbeda. Dua keluarga yang bisa saja tak saling mengenal satu sama lainnya, dua keluarga yang punya pola pikir dan cara pandang berbeda.

Sebelum memantapkan hati untuk menikah, pastikan bahwa kamu mengenal dengan baik keluarga calon pasangan. Buat calon pasangan juga mengenal baik keluarga kamu. Apa yang terlihat dari sebuah keluarga sebelum pernikahan dan setelah pernikahan tidak jarang akan sangat berbeda jauh. Tak hanya menyatukan dua keluarga yang berbeda, kamu dan pasangan sebaiknya juga menyatukan teman-teman kalian dalam kesatuan yang penuh penerimaan.

Sebelum benar-benar memantapkan hati untuk menikahi pasangan, alangkah baiknya jika kalian lebih saling menguatkan satu sama lain. Bukan tidak mungkin setelah menikah kehidupan yang kalian jalani akan lebih sulit. Perkara-perkara yang dihadapi lebih menguji kesabaran serta kesetiaan.

Tidak Ada Pribadi yang Sempurna Termasuk si Dia, Sudahkah Kamu Siap Menerimanya?

Tanyakan lagi pada hati kamu apakah kamu sudah siap menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam diri pasangan? Sudahkah kamu bisa menerima sifat-sifatnya yang mungkin akan tidak sejalan dengan apa kamu harapkan? Sudahkah kamu bisa menerima kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam keluarganya?

Penting buat kita yakini, tidak ada pribadi yang sempurna di dunia ini. Pasangan yang kamu anggap sangat sempurna, bukan tidak mungkin ternyata memiliki kekurangan yang bisa saja membuatmu sangat kecewa. Tapi dalam ikatan pernikahan, apapun dan bagaimana pun pasangan, mau tidak mau kamu harus menerimanya dengan lapang dada, ikhlas dan sabar.

Memang, ikatan pernikahan akan membawa kita ke dalam kehidupan yang lebih bahagia dan nyaris sempurna. Namun bukan berarti tidak akan ada masalah dalam hubungan pernikahan. Masalah-masalah yang kamu alami sebelum menikah dengan pasangan bisa saja tak akan seberapa jika dibandingkan dengan masalah yang muncul setelah kalian menikah. Jika kamu berpikir setelah menikah tidak akan ada lagi ujian dalam hidup segala masalah selesai, kamu salah. Ujian di dalam ikatan pernikahan yang sah, ikatan yang dibangun semata-mata untuk beribadah, akan terasa lebih berat dan mengharuskan kamu lebih sabar.

Modal Itu Hal Penting, Ada Rasa Bahagia Tersendiri Saat Kamu Bisa Mencarinya Tanpa Menyusahkan Orangtua

Menikah di usia muda adalah suatu hal yang baik dan bikin bangga. Ini juga memiliki segudang manfaat termasuk membantu kamu jadi pribadi yang makin dewasa. Namun, ketika kamu belum memiliki modal sendiri untuk membangun pernikahan dan terus menyusahkan orangtua akan hal ini, bukankah tidak mungkin akan ada sedikit rasa kasihan terhadap orangtua? Terlebih lagi, ketika setelah pernikahan kamu dan pasangan, orangtua masih memiliki peran besar untuk memastikan kebutuhan kalian terpenuhi dengan baik setiap harinya.

Menikah dengan modal yang diusahakan sendiri atau diusahakan sama-sama dengan pasangan akan membuat perasaan jadi makin bahagia. Ada rasa haru, bahagia sekaligus bangga di dalam dada meski pesta pernikahan yang dilakukan cukup sederhana. Ada rasa bahagia ketika kamu dan pasangan bisa menapaki hidup ke depan secara lebih matang, siap dan terencana.

Seperti kata pepatah, menikah bukan lomba lari yang siapa cepat dia jadi juaranya. Menikah adalah hal yang penting dilakukan di waktu yang tepat, di saat seseorang benar-benar telah siap. Memang, menikah adalah ibadah. Hanya saja, menikah bukan perkara yang harus dilakukan secara terburu-buru demi kata sah. Menikah harus dilakukan secara lebih terarah demi meminimalisir terjadinya berbagai masalah setelahnya.

(vem/mim)