Setiap wanita memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada yang penuh liku, luka, hingga akhir kisah yang mungkin tak pernah diduga. Seperti kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini.
***
Ini kisah cintaku waktu SMP tahun 2003, kalau orang bilang sih cinta monyet, tapi kalau aku boleh jujur ini cinta pertamaku dan kisah ini berlangsung sampai tahun 2017. Saat itu aku menjalin hubungan dengan dia, ya dia yang menurutku pria yang baik. Hubungan kami berjalan harmonis untuk seumuranku waktu itu. Sampai saat dia mengajakku ke taman bermain saat itu suasana hatiku sangat amat bahagia.
Di sela-sela kebahagiaan kami saat itu dia mengatakan hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dia memutuskan untuk break. Terdengar aneh untukku saat itu. Alasan dia waktu itu kami harus break karena kami mau ujian jadi harus fokus. Dengan polos dan bodohnya aku mengiyakan alasan itu dengan senyum dan dia menjanjikan kalau ujian sudah selesai kami akan bertemu lagi di tempat ini.
Hingga tiba saatnya ujian telah selesai dan saat itu juga aku menunggu dia di tempat yang dijanjikan, menit dan jam pun berlalu tapi dia tidak kunjung datang sampai aku merasa aku tidak pernah selelah itu menunggu. Hingga Keesokan harinya aku tetap mencari tahu keberadaannya. Aku bertanya ke semua teman-temannya tapi mereka hanya memberikan jawaban yang tidak pasti. Aku merasa seperti dipermainkan tapi saat itu tidak ada sedikit pun pikiranku kalau dia sedang mempermainkanku.
Setahun berlalu dan aku masih menunggu kabar darinya, mungkin terlihat berlebihan untuk cinta anak SMP saat itu. Sampai kemudian aku mendengar bahwa ia telah menjalin kasih dengan orang lain. Dan saat itu juga aku sangat amat merasa kecewa.
Waktu terus berjalan, aku berusaha membuka hati untuk orang lain tapi jujur aku tidak bisa. Setahun berlalu tidak ada hujan tidak ada angin tiba-tiba dia muncul lagi dengan sebuah pesan singkat dan dengan bahagia aku menyambutnya lagi tanpa bertanya ke mana saja selama ini. Kami saling komunikasi karena dia mengaku sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa pun aku sangat senang bisa berkomunikasi dengan nya lagi.
Tapi hal yang sama terjadi, dia hilang lagi bagai di telan bumi. Tapi kali ini aku tidak mencari di mana dia berada dengan harapan dia akan datang lagi. Dua tahun kemudian dia datang lagi dan saat itu aku dekat dengan seseorang, tapi meskipun aku dekat dengan seseorang aku belum bisa melupakan dia. Aku tetap menyambutnya seperti biasa, tanpa bertanya ke mana saja selama ini, kemudian pada suatu saat ada seseorang yang SMS mengatakan bahwa ia adalah pacarnya, dan wanita tersebut mengajak ketemuan karena dia merasa cemburu denganku karena masih berkomunikasi dengan pacarnya. Aku dan wanita itu bertemu di taman, dia bertanya apakah aku masih memiliki rasa dengan pacarnya dan aku jawab tidak walaupun jauh dalam hati kecilku aku masih berharap dan aku juga bilang padanya untuk tidak usah khawatir karena aku sudah memiliki kekasih padahal aku berbohong, maaf.
Tidak lama kemudian aku terima surat undangan pernikahan mereka. Aku menangis? Iya aku menangis karena aku benar-benar kehilangan dia. Aku datang di pernikahannya? Iya aku datang, aku bahagia dia menemukan wanita yang bisa membahagiakan dia, begitu pikirku dalam hati. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, sedikit demi sedikit aku bisa melupakan dia.
Aku mulai membuka hati untuk orang lain, hingga aku berpacaran dengan seorang yang menurutku waktu itu bisa membantu menghilangkan rasaku terhadapnya, walaupun aku membohongi diriku, karena aku masih sedikit terkadang mengingat dia. Aku tahu ini salah dan aku tahu ini tidak boleh karena bisa menjadi duri dalam hubunganku dengan pacarku.
Kurang lebih lima tahun aku menjalin hubungan dengan pacarku saat itu.Tetapi awal tahun 2016 aku dan pacarku putus, saat itu aku sedih karena aku sudah sangat mencintanya tapi dengan hal yang sama aku ditinggalkan begitu saja dan dia memilih dengan wanita lain. Aku mencoba berpikir positif bahwa dia bukan yang terbaik untukku dan aku bukan yang terbaik untuknya.
Setelah setahun aku putus dengan pacarku, di awal tahun 2017 entah ada ujian apa lagi untukku. Tiba-tiba dia datang lagi untuk kesekian kalinya, dia yang sudah jauh pergi dan aku sudah mulai melupakannya. Dia tiba-tiba mengajakku ketemuan dengan alasan ada yang ingin dia bicarakan penting. Aku tidak mau hal yang dulu terulang terjadi lagi apa lagi dia sekarang sudah memiliki istri dan dua anak, aku bersikeras menolak ajakan dia untuk bertemu denganku.
Tapi usahanya tidak sampai di situ, dia terus menerus meminta bertemu dengan alasan yang sama. Sampai saat di mana entah setan apa yang masuk ke dalam diriku aku mengiyakan untuk bertemu dengannya, tapi dengan catatan aku tidak mau bertemu kalau hanya berdua dan akhirnya aku mengajak sahabatku. Aku tidak memiliki niat lain selain bersilaturahmi.
Setelah sekian lama kami tidak bertemu tidak banyak yang berubah darinya, dia tetap pria yang sangat sulit untuk aku lupakan padahal kalau mau dibilang dia pria paling jahat yang pernah aku temukan yang bisa datang dan pergi sesuka hatinya tanpa rasa salah. Dan semenjak itu aku tahu apa yang membuat dia mengajakku kembali bertemu, dia bilang bahwa selama ini yang dia lakukan salah karena pernah meninggalkanku dan memilih wanita lain yang tidak lain istrinya sekarang. Miris bukan? Aku tidak percaya begitu saja.
Keesokan harinya salah satu teman sekolah kami dulu menghubungiku dan mengatakan semuanya bahwa dia telah diduakan oleh istrinya. Aku langsung kaget karena aku pikir istrinya sangat mencintainya. Dari saat itu komunikasi kami mulai berjalan lagi, tapi aku tetap dengan pendirianku bahwa aku akan menyatukan dia dan istrinya. Tetapi tetap saja dia berkata bahwa rumah tangganya tidak bisa diselamatkan lagi bahkan dia sudah menalak istrinya dan menginginkan aku hidup bersamanya. Aku langsung menolak tapi dia tetap memaksa hingga suatu saat dia mengajakku makan malam di sebuah restoran.
Saat kami sedang makan aku kaget karena tiba-tiba dia memberiku cincin dengan alasan hadiah ulang tahunku, aku menolak tapi dia tetap memaksa sehingga akhirnya aku terima. Aku cerita ke sahabat-sahabatku dan mereka marah dengan sikapku yang seperti ini karena aku berkomunikasi lagi dengan dia dan sudah sejauh ini. Saat itu hati kecilku terketuk apa yang telah aku lakukan itu benar-benar salah.
Memang rumah tangga mereka sedang di ambang perceraian, tapi tetap posisiku di sini salah. Aku menjauh darinya. Aku blokir semua pertemanan kami di media sosial, nomor teleponnya pun aku blokir dan dia mencari tahu kenapa aku begini di sahabat-sahabatku. Sampai saat mungkin di mana dia lelah mencariku, dan kalau boleh jujur saat itu aku sangat amat terluka meninggalkan dia yang sedang dihadapkan masalah besar di hidupnya.
Setahun berlalu aku sudah memulai dengan kehidupanku yang baru walaupun belum ada sosok pria yang mendampingiku saat ini. Tetapi aku mendapat kabar baik dari temanku kalau dia ternyata bisa mempertahankan rumah tangganya dan sekarang mereka diberi karuniai lagi satu anak perempuan yang sangat cantik.
Terkadang memang cinta tidak harus memiliki, dengan melihat orang yang aku sayang bahagia saja sudah membuat aku ikut bahagia. Karena cinta yang tulus itu cinta yang memberi tanpa harus menerima.
- Memiliki Weton Sama, Aku dan Ibu Tak Pernah Akur Tapi Saling Rindu
- Melanjutkan Pendidikan dan Jauh dari Orangtua, Kutemukan Makna Cinta Sejati
- Terlahir dengan Penyakit Bawaan, Aku Sering Merasa Takut Jatuh Cinta
- Menikah Muda dengan Pria Psikopat, Siksaan Fisik dan Psikis Kualami
- Dijerat Utang dan Dikhianati Suami Sendiri, Bolehkah Aku Bunuh Diri?
(vem/nda)