Judul: Happy Yummy Journey
Penulis: Eje Kim
Penerjemah: Lovelyta Panggabean
Perwajahan isi: Nur Wulan Dari
Ilustrasi: Yosefine Pangestuti
Perwajahan sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
“Wahai para perempuan Korea! Saat hidup terasa melelahkan dan kalian hilang harapan, bayangkanlah Pulau Sumatra di Indonesia yang dipenuhi kebahagiaan dan kaya akan durian. Ingatlah kemenangan para perempuan Minangkabau, pembuat masakan Padang yang lezat itu!”
Durian, kebahagiaan, perempuan. Tiga kata ini tepat mewakili buku dalam genggaman Anda, Happy Yummy Journey. Penulis tidak hanya menginspirasi pembaca Korea untuk mendobrak sistem nilai sosial yang mengekang dan merendahkan perempuan—yang sangat bertolak belakang dengan gambaran yang dimunculkan dalam banyak drama Korea—tapi juga menyadarkan betapa beruntungnya hidup di tengah masyarakat yang menghargai dan menjunjung perempuan. Dan bahwa kebahagiaan bisa hadir melalui hal-hal sederhana seperti makan durian atau melihat orang lain bahagia, seperti yang dialami Penulis ketika bertemu orang-orang di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Menikmati buku ini, larut dalam keragaman masyarakat, budaya, dan kuliner, membukakan mata kita bahwa traveling sungguh lebih dari sekadar bertualang dari satu tempat ke tempat lain.
***
Kalau mendengar soal buah durian, hal pertama apa yang terlintas di benak kita? Mungkin kita langsung terbayang akan aromanya yang khas atau rasanya yang lembut. Tapi bagi Eje Kim, durian memiliki makna yang lebih dalam. Baginya, durian adalah lambang cinta dan kebahagiaan, di samping buah ini juga dikenal sebagai viagra alami.
Happy Yummy Journey, buku ini berisi catatan perjalanan Eje Kim, si ahli geografi gaul yang jatuh cinta pada durian. Mungkin agak aneh bagaimana seorang wanita Korea Selatan bisa begitu menyukai durian. Berawal ketika ia melakukan penelitian di Asia Tenggara, ia mendapat pengalaman tak terlupakan. Khususnya soal sosok gambaran perempuan-perempuannya yang tangguh di matanya dan pastinya durian yang begitu lezat.
Memiliki latar belakang dan masa lalu yang meninggalkan trauma cukup dalam soal diskriminasi dan kehidupannya sebagai ibu sekaligus wanita karier, Eje menjelajah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia untuk mengumpulkan berbagai cerita menarik. Dia mengupas peran dan sosok perempuan inspiratif yang ditemuinya di tiap negara. Aneka kuliner istimewa dengan rasa otentik. Tak lupa juga soal perbandingan rasa, budaya, dan makna di balik setiap cara berbeda dalam mengonsumsi buah durian.
Korea Selatan adalah negara yang berpegang teguh pada sistem patriarki. Jika aku mengingat kembali kehidupanku sebelumnya di Korea Selatan, rasa-rasanya lebih banyak penderitaan dan air mata daripada kejayaan dan kebahagiaan.
(hlm. xii-xiii)
Sangat menarik mengikuti cerita yang dituturkan oleh Eje Kim. Kita akan diajak untuk menemukan berbagai fakta menarik soal wanita di Asia Tenggara. Mulai dari bagaimana ia menggambarkan soal Singapura yang menjadi surganya para perempuan bekerja, teladan yang bisa didapat dari putri kerajaan Thailand, tentang perempuan di Filipina yang justru tidak disukai bila mudah bergaul dengan laki-laki, pandangannya soal pernikahan di Indonesia, soal korban tsunami di Aceh yang kebanyakan perempuan, dan masih banyak lagi.
Dari tulisan Eje Kim kita juga akan mendapat banyak pengetahuan baru soal kehidupan wanita dan pernikahan di Korea Selatan sana. Memang yang terjadi sebenarnya tak seindah drama-drama Korea. Ia mengungkapkan soal masih kentalnya sistem patriarki di Korea Selatan dan bagaimana negara ini juga memiliki tingkat bunuh diri tertinggi. Yang cukup mengejutkan lagi adalah soal bagaimana masih banyaknya orangtua Korea yang lebih berharap putrinya bisa menikah dan membangun rumah tangga yang baik, dibandingkan sukses dalam pendidikan atau karier.
Untuk para perempuan yang "galau" karena berpikir bahwa usia muda adalah segalanya, tidak usah terburu-buru! Nikmatilah hidup kalian sepuasnya seperti yang dilakukan Lydia. Sembari kalian mengejar mimpi, pasti akan ada saatnya kalian bertemu pasangan hidup yang kalian idam-idamkan.
(hlm. 118)
Tulisan dalam buku ini tak sekadar menggambarkan pengalaman soal 'apa saja yang dikunjungi' dan 'melakukan apa saja selama perjalanan'. Lebih dari itu, Eje mengupas dan mengungkap banyak hal dari setiap pengalaman yang ia peroleh. Sehingga setiap tulisan jadi terasa lebih kaya dan bermakna.
Selain mencintai durian, Eje juga menyukai kupu-kupu. Ada cerita menarik yang ia tuliskan soal kupu-kupu Monarch. Dalam ceritanya itu pun ia menggambarkan dirinya sampai menangis mengetahui soal kehidupan kupu-kupu tersebut. Juga ketika ia menjumpai seseorang yang mengatakan bahwa kupu-kupu adalah hewan misterius.
Pernikahan di Indonesia pada umumnya didasari pada cinta, bukan harta. Hubungan antara suami-istri pun bersifat setara sebagai partner, tidak seperti hubungan suami-istri Korea yang berlandaskan ajaran Konfusianisme yang meletakkan kedudukan perempuan di bawah kedudukan laki-laki.
(hlm. 152)
Perjalanannya menjelajahi Indonesia pun sangat menarik. Ia mendapat dan menggambarkan banyak kesan positif dari perjalanannya di Indonesia. Selain bisa menikmati durian yang lezat, ia juga menemui sejumlah wanita Indonesia yang sangat inspiratif.
Selama di Indonesia, Eje mendapat kesan mendalam soal kopi yang begitu semerbak, pulau Bali yang begitu romantis, soal bahasa Indonesia, rendang sebagai makanan terenak, populernya rumah makan Padang, cinta dan pernikahan orang Indonesia, para perempuan Indonesia yang perkasa, kiprah perempuan Indonesia dalam politik, perempuan yang kilaunya mengalahkan Madonna, dan adat serta budaya Minangkabau yang begitu memukaunya.
Happy Yummy Journey lebih dari sekadar bacaan yang menyenangkan tapi juga penuh inspirasi. Kita akan diajak untuk menjelajahi berbagai sudut negara Asia Tenggara sembari mengungkap budaya dan keindahannya masing-masing. Setelah membaca buku ini, kita akan dibuat makin penasaran untuk bisa mencoba menjelajahi sendiri daerah-daerah yang dikunjunginya.