PELAKOR: 7 Perihal Menakar Pelakor 'Perebut Laki Orang'

Fimela diperbarui 23 Feb 2018, 13:15 WIB

Belum lama ini viral di dunia maya, seorang terduga pelakor yang 'disawer' uang, hendak dibeli harga dirinya oleh istri sah dari lelaki yang hendak 'direbutnya'. Rekaman videonya ditonton dan dipertontonkan dari orang ke orang sebagai bahan pembelajaran, sekedar pemuas rasa penasaran dan keingintahuan atau hanya untuk hiburan semata. Bahkan adegan tunggal tak berdurasi lama ini, kemudian ditiru dan diparodikan oleh orang-orang yang menganggapnya sebagai sumber ide kreatif untuk mencari kepopuleran. Sekali lagi, dunia maya dan media sosial menjadi hingar bingar oleh sebuah kejadian nyata nan langka sekaligus mengundang perdebatan, karena hampir setiap orang memiliki pendapat sendiri-sendiri dalam menyikapinya.

Pelakor atau 'perebut laki orang' telah lama dianggap sebagai 'hama' perusak rumah tangga oleh sebagian orang. Perempuan yang dianggap tak bernurani karena 'merebut' suami perempuan lainnya, yang terkadang telah memiliki anak-anak juga. Perempuan yang tak beretika, karena hadir untuk mengambil alih posisi dan hak perempuan lainnya sebagai istri sah atau sekedar pendamping bagi seorang lelaki. Jadilah para pelakor memiliki citra buruk, bahkan melebihi keburukan para lelaki yang direbutnya.

Ya, karena sebagian besar orang terkadang lupa untuk adil menilai dan teliti dalam mencerna fakta bahwa pelakor bisa leluasa berhubungan dengan 'laki orang' karena si lelaki juga membuka diri dan menawarkan kesempatan bahkan justru menjadi pihak pertama yang mengawali drama asmara mereka berdua. Sebuah hubungan dua arah yang memungkinkan perselingkuhan atau penyelewengan terjadi. Namun sudah sedemikian rupa pemahaman orang banyak tentang pelakor, sehingga semua kesalahan seolah harus ditimpakan kepada mereka, sebagai penyebab utama terjadinya huru-hara cinta segitiga.

Menyoal pelakor yang beberapa saat belakangan ini menjadi pembicaraan banyak pihak, berikut ini 7 hal yang bisa dijadikan tambahan pemahaman tentang sosok pelakor atau 'perebut laki orang'. Sebutan yang tengah tersohor dan menjadi buah bibir bagi warga net di dunia maya.

P - Perempuan juga sebenarnya, seperti separuh lebih penduduk bumi lainnya, baik gadis ataupun janda sebagai status perkawinan mereka. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu malah masih berstatus kawin dengan lelaki lain. Jika pelakor adalah lelaki dan apabila ini terjadi, maka berarti 'jeruk makan jeruk' dan sekaligus pembuka kedok bahwa suami yang selama ini dianggap lelaki ternyata hanya 'bencong' atau 'hombreng' yang berorientasi menyimpang dari definisi umum tentang seorang lelaki sejati. Malah hal ini menjadi patut untuk disyukuri oleh si istri, karena berarti terbukalah sebuah misteri terdalam dan tersembunyi milik si suami. Dan jika ini benar-benar terjadi maka pelakor mungkin akan berubah menjadi copelakor alias 'cowok perebut laki orang'.

E - Ekonomi disebut-sebut sebagai faktor penyebab dan alasan utama yang menyebabkan mayoritas pelakor melakukan aksinya. Jadi para lelaki jangan GR dahulu, jika bisa mendapatkan seorang pelakor, karena sejak awal, kemewahan, uang dan harta adalah bidikan utama mereka dan cinta, pada saatnya nanti, hanya akan menjadi 'dari bibir sampai ke perut saja' dan setelah beberapa saat kemudian, hasilnya ya 'itu-itu' juga. Tak perlu merasa terlalu kegantengan atau gagah menawan hati, karena pada umumnya pelakor tak melihat hal-hal tersebut dan lebih berorientasi pada hal-hal lain yang bermanfaat untuk mencukupi keinginan dan kebutuhannya sendiri, yakni uang dan materi.

L - Lebih muda dan relatif lebih cantik dari perempuan yang menjadi istri pemilik sah si laki-laki. Ironisnya, hal ini sebenarnya sekaligus menunjukkan kelemahan lelaki dalam menghadapi godaan perempuan yang bersifat ragawi, artifisial dan sementara. Kelemahan klasik yang malah dijadikan kebiasaan dan hobi yang asyik, padahal justru menunjukkan kredibilitas seorang laki-laki yang tak baik, dengan 'terjun bebas' dan 'berjungkir balik' dalam perselingkuhan atau penyelewengan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini juga menunjukkan begitu 'rapuhnya' bangunan relasi yang dibangun oleh si pelakor dengan laki-laki yang 'direbutnya'. Karena saat rahasia terbuka atau kejenuhan telah melanda di antara mereka berdua, maka berakhirlah kompromi dalam konspirasi cinta rahasia di antara mereka berdua.

A - Awal mulanya biasanya dari perbuatan yang iseng-iseng saja. Saling bertegur sapa, yang berlanjut menjadi saling menggoda. Teman berdiskusi menjadi sahabat dekat tuk curhat. Mitra kerja sama menjadi partner dalam asmara. Keisengan yang diulang-ulang menjadi kebiasaan, lalu meningkat menjadi kebutuhan, kemudian menjadi ketagihan. Sekali batasan dilanggar, maka perselingkuhan akan keterusan seiring dengan sikap menggampangkan kemungkinan terjadinya permasalahan, karena toh nanti juga ada jalan keluarnya, demikian cara berpikir mereka. Cara berpikir yang jauh dari citra manusia dewasa sepenuhnya.

K - Korbannya bukan saja perempuan lain, istri sah dari laki-laki yang direbutnya, namun jika ada, bisa juga berdampak kepada anak-anak yang harus terlibat di dalamnya, baik dari pihak si pelakor maupun pasangan selingkuhnya. Ada anak-anak yang akan menanggung malu atas sebutan pelakor untuk ibunya, ada anak-anak yang menanggung luka hati dan kecewa karena ayahnya ternyata cuma 'segitu saja' kredibilitas dan loyalitasnya. Dampak negatif yang akan ditanggung oleh mereka sepanjang masa, sekaligus sebentuk pelajaran buruk bagi anak-anak dari dunia pergaulan bebas tak beretika milik orang dewasa.

O - Omong kosong jika alasannya kemudian adalah 'takdir' Ilahi. Karena Tuhan senantiasa menawarkan pilihan-pilihan lain yang jenis, bentuk dan jalannya beragam dalam setiap permasalahan. Tuhan sudah menyiapkan berbagai macam pintu masuk dan jalan keluar atas segala problem manusia untuk dipilih sendiri sesuai keyakinan setiap manusia. Namun semestinya setiap pilihan harus didasari oleh gerak nurani dan kinerja akal pikiran dengan berpegang teguh pada norma dan etika juga ajaran agama.

R - Rusaknya citra, hancurnya nama baik,seiring dengan perubahan hidup drastis yang terjadi pada diri si pelakor, si lelaki dan korban-korban lainnya. Jika pun hidup nantinya masih memberikan kenyamanan, seiring berjalannya waktu kecemasan akan datang. Bukankah 'karma' adalah sesuatu yang sering terjadi dalam kehidupan? Belum lagi pertanggungjawaban final di hadapan Tuhan. Si pelakor cemas akan mengalami akibat yang sama sebagai balasannya, si lelaki akan takut ditinggalkan oleh si pelakor untuk mencari lelaki lainnya. Jangan lalu menyalahkan takdir atau malah menyalahkan pihak lain yang dinilai memberikan kesempatan dan membuka peluang. Bak maling yang menyalahkan korbannya, yang membiarkan pintu rumah terbuka sehingga tergoda untuk mencuri harta benda yang ada di dalamnya.

Demikianlah 7 perihal seputar pelakor di antara berbagai macam mitos, fakta dan beragam fenomena kehidupan yang timbul tenggelam dalam pergaulan keseharian manusia di seputar kita.

Akhirnya tulisan ditutup dengan sebuah kutipan;
Kepercayaan dibangun di atas kredibilitas, dan kredibilitas muncul dalam perilaku dan sikap seseorang yang menghormati dan mendahulukan kepentingan orang lain yang lebih berhak. Jadilah orang yang kredibel maka dirimu akan menjadi manusia yang layak untuk dipercaya.

(vem/feb)