Perceraian hampir selalu menghadirkan suasana yang awkward alias kikuk di dalam keluarga baru yang selanjutnya harus tetap menjalani kehidupan. Hak asuh yang dimenangkan oleh salah satu pihak tetap berimplikasi pada pengakuan sekaligus penghormatan terhadap hak berkunjung (visiting right) dari mantan pasangannya sebagai pihak lainnya. Hal ini sudah menjadi ketetapan hukum yang berlaku, kecuali ada kondisi-kondisi atau kesepakatan-kesepakatan lainnya atas diri anak-anak dan masa depan mereka.
Pola saling berbagi peran, tugas serta tanggung jawab dalam upaya pengasuhan anak ini seringkali tetap menimbulkan konflik-konflik tersendiri yang disebabkan oleh berbagai faktor dan alasan, yang salah satunya adalah cara dan citra berkomunikasi antara sepasang mantan. Ketidaklancaran dalam berkomunikasi yang lebih disebabkan oleh masalah ego ketimbang masalah tekno saat di zaman serba ada dan bisa dalam berkomunikasi sebenarnya telah lebih memudahkan manusia untuk dihubungi dan menghubungi manusia lainnya dimanapun berada. Apalagi dengan adanya beragam aplikasi percakapan daring berbasis android yang memanjakan serta memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi secara real time, dalam wujud audio visual bahkan telewicara dengan menggunakan fasilitas panggilan video.
Tak salah lagi jika teknologi komunikasi telah dianggap mampu meringkas batas, mengurai kendala jarak dan waktu dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bergaul antar sesama manusia. Hampir-hampir tak ada alasan teknis lagi untuk merasa kesulitan dalam berkomunikasi di manapun dan kapanpun.
Berkaitan dengan komunikasi antara sepasang 'alumni' sebuah perkawinan yang bercerai karena satu alasan atau beberapa sebab permasalahan, sebaiknya komunikasi tetap dilakukan jika masih memiliki komitmen terhadap tumbuh kembang anak yang turut menjadi korban perceraian. Tinggal di masing-masing kediaman yang terpisah dan berlainan, hendaknya tidak menjadi alasan untuk 'gagal komunikasi', jika mengingat berbagai cara dan jalan untuk saling berhubungan bisa dilakukan.
Demi anak-anak yang terlanjur dilahirkan, mestinya kedua belah pihak tetap menjalankan peran dan fungsi masing-masing sebagai orangtua yang tak bisa begitu saja diabaikan. Hal ini dikarenakan anak-anak, apalagi yang masih berusia belia dan dalam fase tumbuh kembang, masih sangat membutuhkan kehadiran kedua sosok orangtuanya dalam keseharian. Yang jika tak mendapatkannya sesuai kebutuhan, dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan perilaku dan masalah kejiwaan. Karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua, akan memicu perilaku yang menyimpang dalam berbagai wujud pelampiasan-pelampiasan, salah satunya berwujud tindakan yang berbentuk kenakalan-kenakalan atau bahkan cenderung tindakan kriminal yang mengakibatkan kerugian-kerugian. Seperti paham yang selama ini diyakini, bahwa anak-anak yang paling kurang kasih sayang dan membutuhkan perhatian, biasanya akan menunjukkannya dengan cara yang paling tak simpatik dan cenderung menyimpang.
Jika diperbolehkan untuk memberi saran, dan apabila dikaitkan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di masa-masa sekarang ini, jadilah Go-Mom atau Go-Dad bagi anak- anak Anda yang juga harus menanggung perubahan karena perceraian yang terlanjur terjadi. Sebagai Go-Mom atau Go-Dad, selalu berkomunikasilah secepat dan setepat mungkin dengan anak-anak secara berkala, terutama di saat mereka membutuhkan.
Jika tak mampu hadir, tampilkan sosok yang tetap selalu memberi perhatian walau sekadar melalui panggilan video atau sebatas pesan yang simpatik dan penuh perhatian. Kalimat, "Selamat pagi, apa kabar Nak?" atau "Selamat malam, bagaimana aktivitasmu hari ini?" adalah sesuatu hal yang cukup untuk menunjukkan bahwa sebagai orang tua, Anda masih tetap peduli. Atau ajaklah bertelewicara melalui panggilan video di waktu yang senggang dan nyaman, sesering mungkin dan jangan hanya sekali-sekali. Karena sejatinya kebutuhan anak-anak akan kehadiran sosok orangtuanya adalah setiap saat dalam hidup sehari-hari. Dan kebutuhan mereka akan hal ini sebenarnya adalah kebutuhan mereka hingga mereka dewasa nanti, bahkan sepanjang hayat.
Komunikasi yang baik adalah pembentuk hubungan yang kuat antar manusia, yang bagai oksigen, tanpa komunikasi maka kehidupan manusia akan tiada. Dan komunikasi yang baik di dalam keluarga adalah penjamin kebahagiaan dan kesuksesan masing-masing individu anggotanya, sekalipun dalam keluarga yang orangtuanya bercerai. Justru jika sebuah keluarga harus menghadapi perceraian dari kedua orangtuanya, maka komunikasi antara kedua orangtua dan anak menjadi jauh lebih penting lagi dalam mengobati luka-luka, untuk mencerahkan kembali suramnya suasana dan menceriakan hari-hari yang harus dijalani.
Bercerainya kedua orangtua dan terpisahnya salah satu orang tua dari anak-anaknya, semestinya tidaklah menjadi kendala atau justru menjadi alasan untuk ketidakmampuan membangun komunikasi yang baik. Jadilah Go-Mom atau Go-Dad sebaik- baiknya, cepat tanggap dalam menjawab permintaan kebutuhan anak-anak, terutama kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian. Janganlah hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik, uang atau barang, karena yang jauh lebih dibutuhkan oleh anak-anak kehadiran kedua orang tuanya, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Jika setelah perceraian Anda, Anda bisa menjadi Go-Mom atau Go-Dad yang baik bagi anak-anak Anda, maka selain hubungan orang tua dan anak tetap berlangsung dengan baik, kepuasan hidup anak-anak pun turut terjamin. Kepuasan yang akan dilambangkan oleh mereka dalam bentuk penilaian atau penghargaan terhadap jasa Anda, yang sekaligus juga akan mengantarkan mereka menjadi manusia dewasa seutuhnya. Selain itu, keberhasilan Anda ber Go-Mom atau Go-Dad, suatu saat nanti akan menjadikan anak-anak anda menjadi Go-Kids yang baik, yang akan membalas budi baik dan jasa anda sebagai orang tua mereka. Bahkan hingga mereka seolah lupa, bahwa Anda dan pasangan Anda sudah pernah menghadirkan drama perceraian di dalam rumah tangga. Who knows?