Setelah 5 Tahun Pacaran Dipaksa Putus karena Terhalang Hari Lahir (Weton)

Fimela diperbarui 21 Feb 2018, 13:00 WIB

Setiap wanita memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada yang penuh liku, luka, hingga akhir kisah yang mungkin tak pernah diduga. Seperti kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini.

***

Mungkin inilah nasib hidupku yang kurang beruntung dalam hal percintaan yang pernah kualami. Awalnya hubunganku dengan pasanganku itu baik–baik saja. Orangtua kami juga sudah saling mengenal satu sama lain tetapi setelah hubungan kami berjalan selama 5 tahun akhirnya kami dipaksa putus oleh orang tuaku, dengan alasan yang menurutku itu tidak lazim dalam kehidupan sekarang ini.

Mungkin alasan seperti ini bagi orang Islam tidak benar karena tidak sesuai dengan ajaran kami. Alasan hubungan kami tidak disetujui oleh orang tuaku yaitu hari lahir (weton) kami tidak cocok, karena jika hubungan ini dilanjutkan maka akan terjadi bencana yang bisa menimpa kami. Sungguh nasib baik tidak berpihak pada kami karena setelah kami punya banyak planning di masa depan, hubungan dipaksa kandas di tengah jalan oleh orangtuaku. Bayangkan saja kalau kalian ada di posisiku kalian pasti frustasi sama seperti yang sudah aku rasakan dan aku alami.

Kisah asmaraku dengan pasanganku (sebut saja dia A) berawal ketika kami di bangku SMA. Awalnya kami dulu tak saling kenal satu sama lain, pertama kali aku melihatnya ketika aku dan dia berada dalam satu organisasi yaitu PMR. Padahal aku dan si A sudah sering ketemu tetapi saat itu kami belum akrab, bahkan namanya saja aku tidak tahu. Hal ini tentu sangat aneh, di sana kami juga tak saling bicara karena memang dulunya aku dan si A juga tidak sekelas, jadi hanya sebatas tahu sama lain saja tetapi tidak pernah saling bicara.



Ada hal unik lainnya juga, dulu si A itu awalnya tidak pernah menyukaiku sama sekali dan tidak mengenalku, justru dulu dia menyukai teman sekelasku. Setiap dia melintas di depan kelasku, si A selalu menengok kelasku untuk melihat teman sekelasku dengan pandangan penuh rasa suka tetapi aku merasa jika dia juga melihatku karena bangkuku dan temanku itu sebelahan (merasa percaya diri) padahal yang murni dilihat adalah temanku.

Pertemuanku dan si A yang berujung pada perkenalan akrab itu ketika kami saling bertemu dalam hari raya Idul Fitri di rumah salah satu saudaraku dan ternyata si A itu juga masih memiliki hubungan kerabat dengan saudaraku. Ternyata sepupunya ayahku itu menikah dengan kakak kandung ayahnya si A. Entah ini kebetulan kami dipertemukan atau ketidaksengajaan kami dipertemukan dalam rumah yang sama–sama saudara kami berdua.

Pada saat pertemuan itu awalnya kami sama kagetnya karena tidak menyangka kalau kami bisa bertemu seperti saat itu. Orangtua kami di sana saling berbicara satu sama lain dan juga baru saling mengenal satu sama lain. Sejak pertemuan saat itu kemudian di sekolah kami juga sudah berani saling menyapa, dan saling tukar menukar nomor handphone kami dan semakin hari semakin akrab. Sering ali aku dan si A jalan bareng padahal nyatanya kami juga sudah mempunyai pasangan masing-masing tetapi semakin lama kami semakin dekat.



Tidak perlu lama kami menjadi teman mesra setelah kurang lebih tiga atau empat minggu si A menyatakan cintanya padaku. Ah, malu sekali rasanya, romantis juga sih si A dia menyatakan cintanya di atas sepeda motor dan mengatakannya secara langsung. Sungguh aku terkejut dan aku spontan menjawab iya dengan mudahnya dan aku langsung memutuskan hubungan dengan kekasihku yang lama. Tepat pada tanggal 8 November 2012 itu adalah hari di mana aku dan si A jadian.

Hubungan kami berjalan secara diam–diam dari kedua orang tua kami, karena dulu kami masih kecil jadi masih belum secara bebas untuk memiliki hubungan. Tetapi secara perlahan–lahan orang tua dari si A yang kebetulan sedang bekerja di luar negeri mengetahuinya lewat media sosial dan selanjutnya orangtuaku juga mengetahuinya.

Awalnya orangtuaku tidak tahu padahal si A juga sering ke rumah baik sebelum atau sesudah jadian, tetapi baru mengetahui setelah hubungan kami berjalan selama satu bulanan. Tetapi beberapa waktu orangtuaku sedikit melarangku berhubungan dengan si A karena sejak kami mempunyai ikatan pacar kami sering keluar dan lupa waktu. Dulu ayahku juga melarangku dengan si A karena alasan kepercayaan yang aneh.

Kalian tahu mereka melarangku hanya karena nama desa tempat tinggal kami itu diawali dengan huruf yang sama. Karena menurut kepercayaan orang di sekitar rumahku jika kami nanti menikah dengan seseorang dengan asal desa yang huruf depannya sama, maka akan menimbulkan bencana bahkan bisa menimbulkan kematian antara salah satu pasangan. Jadi menurut kepercayaan orang Hawa jika seseorang dari desaku menikah dengan seseorang yang tinggal di desa yang huruf depannya sama sesuai dengan huruf Jawa ini antara lain “Ma (M), Ga (G), Bha (B), Tha (T), Nga (Ng)” maka tidak diperbolehkan karena bisa menimbulkan bahaya. Kebetulan desaku namanya “GENUK” dan desanya si A dulu “GABRU” dan ini diyakini akan menimbulkan bahaya jika diteruskan tetapi di Gabru ini ternyata rumah dari kakeknya aslinya di Wonocatur juga masih di wilayah Kediri.



Kepercayaan akan hal tersebut masih sangat melekat di desaku sehingga banyak orang yang berasal dari desa lain menganggap bahwa orang sini masih primitif padahal agama Islam sudah menjadi budaya baru tetapi masih saja mereka mempercayai adanya roh dan buku kami peninggalan kebudayaan terdahulu. Aku menganggapnya juga aneh kenapa asal desa saja juga dipermasalahkan dalam sebuah hubungan? Tetapi setelah orang tuaku mengetahui asal desa si A bukan di Gabru mereka memperbolehkan hubungan ini berlanjut hingga saat ini.

Si A tetap saja memintaku untuk tetap bersamanya karena dia merasa sudah nyaman denganku. Meskipun bagiku dia menyayangiku tetapi tetap saja dia juga pernah mengkhianatiku dengan memacari adik kelasku. Hingga suatu waktu dia ketahuan belangnya ketika sedang berkunjung ke rumahku, selingkuhannya (sebut saja F) itu mengirim pesan di ponselnya dengan memanggil nama Sayang. Lalu si A aku usir dari rumah dan si F aku peringatkan besoknya untuk memiliki si A seutuhnya dan aku juga sudah tidak mengharapkannya. Setelah itu si A tetap saja tidak mau diputus. Dia mengatakan bahwa lebih memilih aku dibandingkan dengan di F dan seringkali dia datang ke rumah membawa makanan, bunga, cokelat, dll untuk mendapatkan maaf dariku. Hingga setelah beberapa bulan dia menanti aku memaafkannya.

Hubungan kami lalu terus berlanjut seiring berjalannya waktu, hingga tiba di saat kami kuliah kami terpaksa harus berpisah atau berhubungan jarak jauh (LDR) karena kami masuk dalam kampus yang berbeda. Si A di Malang dan aku di Jember tetapi hubungan kami tetap berjalan dengan baik. Setiap dua minggu sekali kami selalu bertemu entah itu di Jember maupun di Malang secara bergantian.

Dengan hubungan LDR ini hubungan kami semakin harmonis meskipun kami banyak bertengkar satu sama lain karena kesibukan masing–masing tetapi hal itu membuat kami menyadari bahwa rasa rindu itu sangat berarti. Selama semester 1–4 hubungan kami baik–baik saja apalagi ketika aku terbaring sakit di rumah sakit, dengan setia si A juga merawatku dengan baik. Selama itu orangtuaku berusaha untuk mengetahui hari lahir (weton) dari si A untuk dicocokkan dengan hari lahirku. Tetapi belum juga terlaksana karena terhalang beberapa hal. Padahal di sisi lain keluarga si A merupakan keluarga yang benar–benar mendalami apa yang menjadi kepercayaannya dan hal itu menunjukkan bahwa kedua keluarga kami itu bertentangan.

Lalu suatu ketika di saat aku liburan di rumah, selama libur semester orangtuaku berusaha mengetahui weton dari si A yang ternyata saat dicocokkan itu memang tidak cocok. Sungguh malang nasibku harus menerima kenyataan seperti ini. Saat itu juga aku dipaksa untuk memutuskan hubungan dengan si A. Jika aku terus meneruskan hubungan dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh orangtuaku sampai kapanpun ayahku tidak akan menikahkannya karena akan terjadi bencana.

Kedua orangtuaku memang fanatik dengan adat kebudayaan Jawa yang terlalu melekat dalam diri mereka. Ayahku bilang padaku, “Wethonmu karo calonmu iku tibo pathi,” yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bahwa tanggal lahirku dan di A ketemu pathi atau  mati. Jika nanti diteruskan bisa menyebabkan kematian, bisa calon pengantin yang mati, orangtua yang mati, atau anak kami nanti yang akan mati terlebih dahulu. Selain itu weton yang ketemu pathi itu juga bisa menyebabkan rumah tangganya hancur/ cerai, rezekinya akan sulit. Saat itu aku menangis secara terus menerus karena aku tidak bisa menerima keadaan harus dipaksa untuk putus. Sungguh tragis nasibku dalam percintaan dengan pasanganku.



Aku masih tak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi, apakah hubungan seseorang akan terputus hanya karena ketidakcocokan weton? Seharusnya setelah kepercayaan baru muncul tidak ada lagi hal seperti itu. Bukannya rezeki, jodoh, dan maut itu hanya Allah yang Tahu? Manusia itu tidak boleh meramalkan masa depan sendiri karena segala sesuatu yang menyangkut duniawi itu sudah ada yang mengatur, bukan semerta–merta karena ketidakcocokan weton.

Sebagai orangtua harusnya itu mendoakan yang terbaik untuk anak, bukan malah begitu. Setelah aku memberitahu akan hubunganku dan si A kepada orangtua si A, mereka kaget dan mereka tetap mendukung jika itu pilihan kami dan harus berusaha untuk memperjuangkannya jika kami memang ingin tetap bersma.

Orangtua si A sudah sangat senang denganku. Setiap kali mereka bepergian aku pun tak ketinggalan untuk ikut. Tapi kenapa baru sekarang yang aku heran dari sikap orangtuaku, jikalau dari dulu sebelum hubungan ini berjalan selama lima tahun maka rasanya akan berbeda. Di sisi lain aku tidak mau menentang orangtuaku. Tetapi di sisi lain aku ingin menyadarkan mereka bahwa hidup itu tidak harus berpacu pada weton karena hidup sudah berevolusi.

Inilah kisah dukaku yang harus kuterima bahwa setelah hubungan kami berjalan selama lima tahun harus seperti ini. Untuk saat ini kami tetap berhubungan tetapi secara diam–diam, dan kami akan selalu berusaha untuk mendapatkan restu dari orangtuaku serta berusaha menyadarkan kepercayaan mereka. Kami hanya bisa berdoa untuk hubungan kami ini, selebihnya terserah pada yang Maha Kuasa karena rezeki, jodoh, dan mati hanya Allah saja yang tahu.




(vem/nda)
What's On Fimela