Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Bukti janji setia sehidup semati kamu dan pasangan adalah pernikahan. Namun tahukah kamu jika dalam pernikahan ada tradisi yang tidak dapat dipisahkan dalam prosesi pernikahan? Well, tradisi dalam pernikahan ini memiliki sejarah yang berbeda. Yuk, cari tahu sejarahnya di bawah ini.
- Jaman Spartan kuno diyakini sebagai awal berlangsungnya pesta bujang pertama. Mereka mengadakan pesta dan acara memanggang di malam terakhir ketika besok sang mempelai pria menikah.
- Tahun 1215, Paus Innocent III menggunakan cincin sebagai masa tunggu dari prosesi pertunangan hingga di hari pernikahan. Cincin tersebut digunakannya sebagai bentuk komitmen kedua mempelai. Karena itu di masa tersebut cincin diisyaratkan sebagai status sosial, karena hanya kaum elite saja yang memakai cincin permata mewah.
- Sekarang di Eropa Timur, tradisi penculikan pengantin wanita sudah tidak terjadi lagi. Dulu sampai abad ke-18 tradisi ini masih saja dilakukan, di mana seorang pria menculik wanita yang ingin dia nikahi. Hingga kini masih ada beberapa negara yang melakoni tradisi tersebut lho, seperti di Moldova, Kyrgyzstan, Chechnya, Armenia, Ethiopia, Kazakhstan, dan Afrika Selatan.
- Wow, ada juga yang memilih lelaki terbaik sebagai calon pengantin pria dilihat berdasarkan kemampuan tempur dan penculikan.
- Kebiasaan orang-orang Perancis yang selalu mengikatkan kaleng-kaleng bekas di bagian belakang mobil pengantin ini, dulunya sebagai ungkapan permintaan maaf sang mempelai pria karena telah menculik seorang wanita dari pelamar lain.
- Suatu pernikahan, biasanya pendeta memulai dengan mengumumkan siapa mempelai pria dan juga wanitanya, yang akan sah menjadi suami istri. Ini dimaksudkan untuk mencegah adanya hubungan sedarah yang mana banyak tempat melarang hal tersebut.
- Pengantin wanita berdiri di samping kiri mempelai pria. Ini dimaksudkan agar tangan kanan mempelai pria bisa melawan jika ada pesaing lain yang ingin merebut mempelai wanita.
- Di Romawi Kuno, para pengiring mempelai wanita mengenakan baju yang sama. Ini dimaksudkan para pengiring seperti dijadikan umpan bagi mempelai wanita. Di masanya mereka meyakini bahwa di hari pernikahan roh-roh jahat berdatangan. Jadi untuk mengelabuhi roh-roh jahat tersebut, pengiring mempelai wanita menggunakan baju yang sama.
- Sebagai hadiah pernikahan, pengantin baru akan mendapatkan 'mead' selama satu bulan penuh. 'Mead' sendiri terbuat dari campuran madu'. Itulah awal dari ungkapan dari 'bulan madu'.
- Di abad pertengahan, tamu undangan akan merobek gaun mempelai wanita untuk memperoleh keberuntungan. Mulai dari situ, agar tidak merusak gaun pengantin lagi, maka digantikan dengan cara melempar buket bunga. Bagi tamu yang mendapatkan buket tersebut dipercaya akan memperoleh keberuntungan.
- Tahun 1840, Ratu Victoria mengenakan gaun berwarna putih di hari pernikahannya bersama Pangeran Albert. Sesuatu yang tidak biasa di zaman itu, untuk itu Ratu Victoria adalah orang yang mengawali tradisi mengenakan gaun pengantin berwarna putih saat menikah.
- Dulunya buket pengantin berasal dari bebauan yang menyengat seperti terbuat dari campuran berbagai rempah-rempah, seperti bawang dan rosemary. Tujuannya sendiri untuk menangkal roh jahat.
- Di hari pernikahan, ayah selalu mengantarkan putrinya sang mempelai wanita berjalan untuk sampai ke depan altar, yang mana mempelai pria sudah menunggu. Maksud dari tradisi ini adalah sang ayah menyerahkan tanggung jawab atas putrinya tersebut ke pengantin pria yang akan menjadi suaminya.
- Saat Romawi kuno, sang pengantin diantar oleh para keluarga dan undangan ke depan pintu gereja, hal ini untuk melindungi mereka dari roh jahat yang masuk ke dalam tubuh kedua pengantin.
- Kue pengantin yang menjulang dan di atasnya ada patung pengantin sedang berciuman ini, hal ini berawal dari sebuah tantangan untuk kedua mempelai. Mereka ditantang untuk saling berciuman ketika kue-kue tersebut sedang ditumpuk ke atas. Mereka berdua harus berusaha mencium satu sama lain di antara kue yang berada di tengah mereka. Hal ini sulit dilakukan karena kue tersebut terdiri dari beberapa tingkatan. Maka dari itu, untuk kedua mempelai disimbolkan melalui kedua patung tersebut.
Bagaimana ladies? Ternyata banyak kisah di balik tradisi pernikahan ya. Punya pengalaman yang lain? Share di kolom komentar.
Sumper: kapanlagi.com
- Sibuk Bukan Halangan untuk Mempersiapkan Pernikahan, Baca Tipsnya
- Saat Tak Lagi Sepakat, Kapankah Waktu Terbaik untuk Bercerai?
- Serba Kuning, Begini Akad Nikah Beauty Vlogger Tasya Farasya
- Bagaimanakah Menjadi Single Parents yang Baik? Begini Caranya
- 5 Mitos Larangan Pernikahan Berdasarkan Adat Jawa, Percaya Nggak Sih?
- Bertabur Bintang, Ini Tren Pernikahan Stardust yang Bakal Hits Tahun 2018