Setiap wanita memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada yang penuh liku, luka, hingga akhir kisah yang mungkin tak pernah diduga. Seperti kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini.
***
Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya akan menyukai kakak tingkat saya saat kuliah. Sekilas saya hanya melihat penampilannya saja, rambutnya yang gondrong dan sering nongkrong membuat saya berpikir bahwa dia adalah orang yang sedikit “nakal” dan tidak serius dalam menjalani proses perkuliahan. Dan selama saya kuliah empat tahun tidak ada sedikit pun getar-getar yang saya rasakan.
Dua tahun pun berlalu sampai akhirnya saya mendengar kabar bahwa dia mendapatkan beasiswa kuliah master di luar negeri. Saya merasa sangat terkejut dan langsung mencari informasi tentangnya. Saya mencari namanya di akun media sosial saya. Tapi ternyata saya tidak berteman dengannya, namun saya melihat beberapa postingan fotonya yang berada di luar negeri dan hati saya berbicara, “Hari ini saya resmi menjadi pengagum rahasiamu (Oktober, 2016).”
Dia berhasil mengalihkan dunia saya, penilaian saya selama ini tentangnya runtuh seketika. Saya tak henti-hentinya mencari informasi tentang dia, mulai dari saya berteman dengannya di dunia maya dan bertanya kepada teman-temannya. Mungkin awalnya saya menyukainya dengan alasan dia kuliah di luar negeri namun di samping itu ternyata saya mendapatkan informasi bahwa kisahnya mendapatkan beasiswa ke luar negeri penuh dengan hambatan, sehingga rasa kagum saya meningkat menjadi rasa suka.
Sampai akhirnya pada tahun 2017 tanpa sepengetahuannya saya memutuskan untuk mengangkat kisah tentangnya ke dalam cerpen dari hasil informasi yang saya dapatkan. Cerpen berjudul Senyuman Ibu itu terinspirasi dari salah satu statusnya di media sosial. Kemudian saya mengikuti lomba cerpen di salah satu universitas dan bernazar bahwa jika saya menang dalam lomba ini maka saya akan memberitahu dia. Walaupun sebenarnya saya tidak percaya diri untuk berbicara dengannya.
Dan ternyata saya menjadi juara 1 lomba cerpen tersebut, jelas saja saya merasa senang namun saya juga harus menepati janji saya untuk memberitahunya. Kemudian saya memberitahunya dan mengucapkan terima kasih karena sudah menjadi inspirasi untuk saya. Lagi-lagi pikiran negatif tentangnya perlahan mulai pudar, awalnya saya menyangka respon darinya akan cuek ternyata dia orangnya ramah dan mau berbagi pengalaman untuk orang yang baru saja dia kenal.
Semenjak itu saya sesekali sering muncul di akun media sosialnya hanya untuk bertegur sapa dan memberinya semangat agar dia bisa cepat menyelesaikan kuliahnya, walaupun mungkin kehadiran saya tidak diharapkan. Rasa suka saya sepertinya telah meningkat menjadi rasa cinta, sehingga sampailah saya pada satu titik di mana saya menginginkan dia menjadi jodoh saya. Namun saya tidak mau mendahului takdir dan perasaan saya terhadapnya hanyalah sebuah kesalahan. Saya merasa tidak sejajar dengannya, dengan kata lain bagaikan pungguk merindukan bulan.
Di tahun 2018 saya memutuskan untuk tidak menampakkan diri di dunia maya karena semakin saya ingin mendekatinya maka semakin besar pula nafsu saya untuk memilikinya. Saya hanya bisa mendoakannya karena bertegur sapa dalam doa jauh lebih indah. Semoga suatu saat nanti saya bisa bertemu dengannya, namun jika Tuhan berkehendak lain saya tetap merasa senang karena telah diberikan kesempatan untuk mengenal orang hebat seperti dia.
- Lomba Menulis Februari 2018 'Bukan Cinta Biasa', Ceritakan Serunya Kisahmu!
- Gadis Mualaf Nikahi Kekasih Pengidap Kanker Stadium Akhir, Cinta Sejati?
- Istri Curhat Kematian Suami Karena Kanker Lidah, Kisahnya Menyayat Hati
- Usai Berjuang Lawan Kanker, Tuhan Berikan Kado Pernikahan Terindah
- Tepat Sebelum Wali Nikah Datang, Ayah Mengembuskan Napas Terakhirnya
- 3 Bulan Sebelum Bayiku Lahir, Suamiku Berpulang dan Foto Ini Jadi Kenangan
(vem/nda)