Dituturkan ulang dari sebuah kisah dari seorang janda muda yang hidup sendirian, dalam perantauannya meninggalkan anaknya, karena sebuah penugasan oleh instansinya jauh di sebuah kota kecil di pulau penghasil terbesar tambang batu bara. Suatu hari terjadilah dialog melalui telepon antara dirinya dengan seorang satpam di perumahan di mana dia mengontrak rumah;
"Pak, bapak jadi ke rumah kontrakan saya untuk mengganti bola lampu yang mati?"
Sudah beberapa hari ini si janda memang kebingungan untuk mengganti bola lampu yang mati, karena posisi lampu yang berada di pojok beranda belakang rumah yang lumayan sulit dijangkau karena tinggi.
"Waduh, Bu. Mohon maaf saya tidak jadi ke rumah kontrakan ibu dan nggak bisa membantu mengganti lampu. Mohon maklum Bu, istri saya tidak memperbolehkan saya membantu, karena ibu seorang janda. "
Si satpam mengakhiri penjelasan lugasnya dengan sedikit tawa genit tertahan di ujung kalimatnya.
What? Si janda tertegun diam tak mampu bicara apa-apa demi mendengar jawaban yang tak disangka-sangkanya. Emang, ada urusan apa dengan mereka jika aku janda? Apakah aku terlihat seperti perempuan nakal yang akan menggoda dan 'memangsa' setiap lelaki yang datang ke sarangku bak Laba-laba hitam Black Widow? Di mana empati? Di mana kesetiakawanan sosial yang selama ini didengung-dengungkan? Di mana?
Berbagai pertanyaan yang muncul dari rasa ketersinggungan dan sakit hatinya, berseliweran di benak si janda yang baru saja 'diingatkan' kembali akan 'kejamnya' stigma masyarakat tentang seorang janda.
Ya janda, yang di satu sisi dinilai senantiasa menarik untuk digoda, namun di sisi lain dipandang hina dan selalu menjadi sasaran empuk untuk dicerca. Keberadaannya di lingkungan pergaulan antar manusia, terkadang ditempatkan di posisi yang tidak nyaman karena selalu dicurigai, disorot bahkan ada kalanya dijadikan bulan-bulanan gosip dan fitnah para tetangga. Sebuah simalakama karena jika memilih untuk tidak berinteraksi dengan lingkungannya maka dirinya akan dianggap asosial, sedangkan jika terlalu akrab bergaul dengan yang lainnya akan dicurigai dengan bermacam-macam praduga dan kecurigaan. Murahan, gampangan, tidak beretika serta berbagai predikat lain yang menyesakkan dada dan melukai harga diri para janda.
Tak heran jika status ini sering disembunyikan oleh para pemiliknya, yaitu perempuan-perempuan yang harus kehilangan pasangan resmi dalam perkawinannya akibat kematian atau perceraian. Mereka memilih untuk diam, atau menjawab pertanyaan akan status perkawinan mereka dengan kebohongan agar terhindar dari pandang mata atau penilaian negatif yang selama ini menjadi sering ditimpakan terhadap para janda. Sungguh menyedihkan dan semestinya hal ini bisa dihindari jika saja semua orang tidak memandang status perkawinan sebagai dasar penilaian atau alasan untuk menjalani pergaulan antar manusia dalam kehidupan.
SPINMOTION memberikan 5 butir tips untuk menghadapi stigma negatif dari orang-orang, yang selama ini ditimpakan kepada para janda, dalam STIGMA.
S - Singkat dan Sederhana
Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan seseorang atau sekelompok orang yang ditengarai telah memiliki stigma negatif terhadap janda berhematlah dalam kata-kata dan berhematlah dalam bersikap. Bukan pelit namun singkat secukupnya. Karena bagaimanapun cara penjelasannya, mereka terlanjur telah terjebak dalam stigma yang terbangun di dalam benak mereka sendiri tentang seorang janda. Terkadang kenyataan ini tidak bisa dihindari dan juga tak bisa diubah oleh siapapun, kecuali oleh mereka sendiri.
Mengutip ujaran bijak dari George Bernard Shaw yang cocok dengan kondisi ini adalah; The single biggest problem in communication is the illusion that it has taken place. Ya, ilusi atau tepatnya stigma mereka tentang janda yang terlanjur menguasai pikiran mereka, telah menghalangi sebentuk pergaulan yang sehat dan cara berkomunikasi yang bermartabat antar manusia yang beradab.
T- Tegas
Janda terlanjur dinilai lemah dalam kodrat keperempuanannya, juga mudah terpengaruh setelah ketiadaan pasangan resmi yang sebelumnya menjadi tempatnya berlindung dan bergantung. Sebuah keterlanjuran yang juga mempengaruhi cara pandang orang-orang yang telah jauh tersesat dalam kesalahpahaman yang mereka ciptakan sendiri. Oleh karenanya, perlu bagi para janda untuk mengambil sikap tegas dalam berucap, bersikap dan bertindak.
Tunjukkan bahwa mereka salah orang, keliru sasaran, karena Anda bukanlah janda yang ada dalam ilusi mereka yang timbul karena stigma yang selama ini terlanjur dipercaya. Melelahkan memang saat harus selalu waspada terhadap bully dan persekusi yang mungkin akan terjadi dalam setiap aktivitas sehari-hari. Namun dengan selalu berlatih menggunakan insting dan intuisi terhadap setiap keadaan, orang atau aktivitas yang tengah terjadi, maka Anda akan selalu bisa menguasai situasi dan mengendalikan diri sendiri.
I - Intuitif dan Inspiratif
Ya, seperti yang telah disampaikan dalam bagian sebelumnya, harus bisa intuitif dalam meramalkan arah pembicaraan, kelanjutan dari sebuah tindakan seseorang yang ditengarai sedang berupaya hendak melakukan bully terhadap diri sendiri, karena Anda seorang janda. Dan sekali-sekali sampaikan kepada mereka kalimat-kalimat menyindir yang inspiratif. Baik kalimat-kalimat perumpamaan sederhana atau kutipan ayat-ayat kitab suci tentang pentingnya menghormati para janda.
Misalnya; "Di dalam JANDA kan ada ANDA, kenapa mesti dijadikan CANDA?" atau "Bukankah agama memerintahkan untuk menghormati dan melindungi para janda dan anak-anaknya?". Terkadang sindiran-sindiran halus semacam ini bisa mengena untuk sebagian orang, namun jangan berharap banyak pula, karena ada banyak juga dari mereka yang tetap setia dengan stigma negatif tentang janda yang telah dimiliki sejak sekian lama. Sekali lagi bukan salah Anda dan tugas Anda untuk mengoreksi hal ini, melainkan mereka sendiri.
G - Grouping
Sebagai bagian dari kelompok minoritas di lingkungan, bukanlah hal yang salah jika Anda harus memiliki orang-orang yang selalu bisa menjadi tumpuan yang siap mendukung dan membantu di setiap permasalahan. Berteman dan bersahabatlah dengan mereka yang tulus serta memahami kondisi Anda sebagai seorang janda. Tak mudah untuk menjadikan orang lain sebagai sahabat sejati para janda, namun bukan pula sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
Jika perlu, bergabunglah dengan sesama janda atau jadilah anggota dalam komunitas yang memiliki program bermanfaat khususnya dalam bidang pengembangan diri dalam diskusi-diskusi untuk saling memotivasi. Tujuan utamanya adalah menghadirkan rasa percaya diri sekaligus pemahaman bahwa bukan Anda sendiri yang mengalami perlakuan negatif ini. Dan jika beruntung, mungkin akan mendapatkan tips-tips lain sebagai langkah antisipasi.
A - Analisa Permasalahan
Ada kalanya janda harus mengalah dan justru melakukan langkah introspeksi diri atas perlakuan negatif yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sekali lagi, sebagai bagian dari kelompok minoritas, seorang janda memang harus pandai menyikapi setiap peristiwa dengan mengambil langkah inisiatif untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa perubahan sikap dan penilaian dari lingkungan sekitar bisa terjadi.
Cobalah menganalisa permasalahan dan menemukan inti permasalahan yang sebenarnya terjadi, kenapa perlakuan negatif masih saja terus dialami. Ajaklah diskusi teman atau sahabat yang memiliki pengalaman sama untuk mendapatkan solusi, sehingga langkah selanjutnya bisa diambil untuk memperbaiki keadaan, atau setidaknya meminimalkan perlakuan negatif di kemudian hari. Mintalah nasihat dan masukan dari orang-orang yang dituakan dan disegani di lingkungan tempat tinggal, di lingkungan pekerjaan ataupun wilayah-wilayah lain dalam aktivitas sehari-hari.
M - Memotivasi Diri
Seringkali perlakuan-perlakuan negatif yang diterima seorang janda menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri atau minder, kesedihan yang mendalam juga kemarahan yang tak terlampiaskan. Dampak negatif ini jika dibiarkan akan merusak diri sendiri dan celakanya akan menimbulkan gegar psikologi yang efeknya akan berlangsung lama dan susah untuk disembuhkan. Salah satu cara untuk menghindari kemungkinan ini adalah dengan selalu memotivasi diri dengan cara bergaul dan berdiskusi dengan orang-orang yang tepat, membaca dan belajar dari berbagai sumber yang bisa didapat, serta mengulang-ulangnya dalam kehidupan sehari-hari. Menghadirkan aura positif dalam diri sendiri adalah obat yang manjur untuk mengikis dampak negatif yang timbul dari setiap tindakan bully atau persekusi yang diterima oleh seorang janda dalam kehidupan.
A - Alihkan Perhatian dan Jauhkan Diri
Jika memang berbagai upaya di atas tetap tak mempan untuk mengurangi perlakuan negatif dalam berbagai bentuknya terhadap seorang janda, maka satu-satunya jalan yang bisa ditempuhnya adalah berusaha menghindar. Bukan melarikan diri karena merasa terkalahkan, namun cenderung untuk menyelamatkan diri dari dampak negatif yang mungkin bisa terjadi. Banyak orang yang belum bisa melepaskan diri dari stigma negatif tentang janda yang dimilikinya, namun banyak juga orang yang bisa menerima status janda sebagai bentuk kewajaran dalam kehidupan di dunia. Alihkan perhatian kepada mereka yang memiliki pengaruh positif sembari menjauhkan diri dari mereka yang memperlakukan diri Anda secara negatif. Ingat tugas Anda di dunia bukan untuk memuaskan dan menyenangkan semua orang, jika masih saja ada yang tak memahami diri Anda yang sebenarnya, maka hal itu bukanlah kekeliruan Anda dan lebih baik tinggalkan saja.
Demikianlah tips melawan stigma negatif tentang janda dengan STIGMA, dan untuk mengakhiri tulisan ini dikutiplah kembali jawaban si janda muda kepada si satpam yang tak mau membantunya hanya karena istrinya curiga dan melarang untuk mendekati si janda;
"Owh, baik Pak, tidak apa-apa. Sampaikan salam hormat saya kepada istri Anda dan titip pesan kepadanya, semoga dia tak menjadi janda seperti saya karena kematian suaminya atau karena suaminya selingkuh dengan pembantu di perumahan lalu meninggalkannya."
- Membeku Rindu Seorang TKW di Negeri Jiran
- Hati Wanita Sedalam & Seluas Samudera, Harus Hati-Hati Mengarunginya
- Tidak Ada Pembenaran dari Selingkuh, Pikirkan Akibatnya
- Anak itu Digendong lalu Digandeng, Anak itu Dijunjung bukan Dijinjing
- Memahami Lebih Jauh Perasaan Rapuh & Hancurnya Anak Korban Perceraian