Judul: Mata Malam (Human Acts)
Penulis: Han Kang
Penerjemah: Dwita Rizki
Penyunting: Arif Bagus Prasetyo
Pemeriksa aksara: Moh. Sidik Nugraha
Penata isi: Aniza Pujiati
Perancang sampul: Wirastuti - TEKOBUKU
Ilustrasi sampul: Freepik
Penerbit PT Bentang Aksara Cahaya (bacabaca.co)
Gwangju, Korea Selatan, 1980. Di tengah kecamuk demonstrasi mahasiswa yang dihadapi dengan kekerasan dan peluru tajam oleh penguasa, seorang pemuda mencari jenazah kawannya. Kisah berkelindan dengan beragam cerita lain yang menyentuh hati dan diracik dengan amat menarik oleh seorang pengarang jempolan.Karya baru Han Kang yang dikenal melalui Vegetarian—novel laris pemenang Man Booker International Prize—ini adalah kisah tak terlupakan tentang kemanusiaan, persahabatan, dan cinta kasih.***Dong Ho, di tengah usahanya mencari jenazah kawannya, ia jadi ikut terlibat membantu proses memindahkan jenazah dari koridor Pusat Layanan Umum ke Aula Pertemuan. Ia pun bertemu dengan beberapa sukarelawan lain. Ada Kak Seon Joo seorang operator mesin di sebuah butik. Kak Jin Soo yang sebenarnya berkuliah di Seoul tapi sedang pulang ke Gwangju. Juga ada Kak Eun Sook seorang siswwi kelas 3 SMA. Di tengah kecamuk demonstrasi mahasiswa dalam peristiwa Pergerakan Demokratisasi Gwangju, Jeong Dae akhirnya menyibukkan diri membantu proses pemindahan jenazah, sekaligus membantu warga yang sedang mencari jenazah kerabatnya.Sebagai informasi, Pergerakan Demokratisasi Gwangju merupakan sebuah peristiwa berserjarah, pergerakan demokrasi yang terjadi di Gwangju, Korea Selatan pada tahun 1980. Ketika presiden Park Chung-hee terbunuh pada tahun 1979, Jenderal Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo mengambil alih kursi kekuasaan. Hal itu kemduian mengakibatkan kekecewaan rakyat Korea Selatan yang menginginkan transisi yang demokratis. Pada perisitiwa itu banyak sekali korban dari kelompok demonstran yang tewas. Bahkan warga biasa yang tampak melakukan gerakan protes atau mencurigakan pun bisa langsung dihabisi dengan kejam.
Ketika orang yang masih hidup menunduk memandangi orang mati, apakah jiwa si mati juga menunduk memandangi wajahnya sendiri?(hlm. 12)
Apakah roh orang-orang di aula pertemuan juga mendadak pergi meninggalkan tubuh mereka seperti burung? Ke mana burung-burung itu pergi?(hlm. 26)
Baca juga: Review Novel Vegetarian Karya Han Kang.Membaca Mata Malam kita akan dibuat terhanyut, tegang, merinding, tapi juga tersentuh hingga menititkkan air mata. Ada sisi kemanusiaan yang diangkat di novel ini. Ada pertanyaan-pertanyaan soal kehidupan dan kematian yang dilontarkan. Soal keadilan yang diperjuangkan tapi harus dibayar dengan berbagai kepahitan dan kegetiran. Membaca novel ini pun membuat kita kembali bercermin dengan sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di Indonesia. Namun, aku tidak mengenal dunia setelah kematian. Apakah di sana juga ada pertemuan dan perpisahan, apakah di sana juga ada wajah dan suara, apakah di sana juga ada kegembiraan dan kesedihan? Aku tidak tahu apakah aku harus kasihan atau iri terhadap ayahmu yang sudah tidak bernyawa.(hlm. 225)Di novel ini, kita juga akan diajak berdialog dengan arwah. Meraba sosok-sosok misterius yang ada di dalamnya. Juga ikut terhanyut dengan emosi dan ketidakadilan yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalamnya. Untuk menikmati Mata Malam, membacanya sebaiknya pelan-pelan untuk meresapi setiap emosi yang dirasakan setiap tokohnya.
- Review: Novel Vegetarian Karya Han Kang
- Review: Buku #GIRLBOSS Karya Sophia Amoruso
- Review: Novel Crazy Rich Asians Karya Kevin Kwan
- Review: Hijrah Bang Tato Karya Fahd Pahdepie
- Review: Buku Free Writing Karya Hernowo Hasim
(vem/nda)