Selain isu kesehatan, permasalahan lingkungan akibat tingginya pemakaian styrofoam juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Banyak yang menganggap bahwa kemasan ini sulit sekali terurai dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Menanggapi hal ini, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institute Teknologi Bandung (LPTM ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D memaparkan bahwa kemasan makanan polistirena adalah kemasan yang paling berkelanjutan untuk lingkungan.
“Kita harus menilai suatu bahan ramah lingkungan adalah jika dari sisi produksi sampai ke sampahnya paling sedikit menggunakan energi dan sampah tersebut bisa di daur ulang. Jangan menyerahkan sampah untuk diurai oleh alam saja, tetapi kita harus bertanggung jawab atas sampah tersebut. Sampah polistirena adalah sampah yang 100% bisa digunakan kembali. Sampah produk dari polistirena bisa dipecah, dan kembali dibentuk menjadi produk baru” ujarnya saat ditemui dalam “Strawberry Tidak Menyebabkan Kanker - Mitos dan Fakta Di Balik Kemasan Makanan Styrofoam”, di kawasan Senayan, Jakarta Selatan pada hari Kamis (18/1).
Dibandingkan sampah lainnya, plastik dan polistirena adalah sampah yang paling bernilai, karena bahannya dapat didaur-ulang dengan semaksimal mungkin. Pimpinan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim menjelaskan ,membagikan tantangan apa yang mereka hadapi dalam mendaur-ulang plastik, termasuk polistirena.
“Di Indonesia, kami menghadapi beberapa hal yang harus diatasi dalam mengembangkan industri daur-ulang plastik. Beberapa dari tantangan tersebut adalah pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan sampah yang masih rendah dan kebijakan pemerintah yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Jadi semua sampah plastik bisa didaur ulang, hanya saja konotasi sampah itu jelek,” tuturnya saat ditemui dalam acara yang sama.
Libby Fong, selaku Product Stewardshio Specialist dari Triseno Hong Kong pun menanggapi hal yang sama bahwa stryofoam tidak mencemari lingkungan. Ia mengatakan, di tempat pembuangan sampah atau TPS hanya 1 persen sampah dari kemasan ini, bahkan emisinya sangat rendah.
“Bahkan mencegah terbuangnya makanan. Plastik ini lebih baik untuk makanan karena ekonomis dan higienis,” tutupnya. Demi kebersihan dan kesehatan lingkungan bersama, usahakan agar mendaur ulang sampah di rumah menjadi berbagai benda yang lebih bermanfaat.
- Sumber Listrik Terbatas, 100 Lampu Kini Terangi Terentang Hulu di Kalbar
- Kursus Bahasa Inggris Kini Bisa Hanya Lewat Video Call
- Menciptakan Transportasi Publik yang Aman Buat Perempuan & Anak, Caranya?
- Ini Penjelasan Tentang Manfaat Nuklir yang Belum Banyak Diketahui
- Wah, Aneka Produk Kreatif Dalam Negeri Bisa Dilihat di Pameran CRAFINA 2017