Tidak Banyak Diketahui, Berikut Bahaya Diet Keto dari Ahli

Fimela diperbarui 18 Jan 2018, 12:15 WIB

Banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan tubuh ideal. Salah satunya melakukan diet ketosis, atau yang lebih dikenal dengan diet keto.

Keto sendiri menambahkan tubuh menuju ketogenesis yang dimanfaatkan untuk menurunkan masa tubuh. Spesialis gizi klinik dari RS Pondok Indah Bintaro, dr. Diana F. Suganda, SpGK mengatakan, cara kerja diet ini ialah mengurangi asupan karbohidrat, sehingga tubuh mencari sumber energi lain seperti lemak hati yang dipecah menjadi sumber energi.

“Jadi nasi,mie, pasta, kue itu ngga dikonsumsi. Jadi hanya memanfaatkan energi dari lemak. Bahkan tubuh akan adaptasi sumber energi baru dari lemak, bukan dari glukosa,” papar dr. Diana saat ditemui dalam acara ‘Menyambut Hari Gizi Nasional’, di Senopati, Jakarta Selatan, Rabu (17/01).

Bahkan menurut dr. Diana penggunaan lemak menjadi energi mencapai 60 persen. Padahal, tubuh tetap membutuhkan karbohidrat, inilah mengapa untuk mendapatkan energi dari karbohidrat, tubuh akan mengeluarkan insulin. Sehingga tubuh memakan lemak sebagai cadangan.

“Lemak menjadi sumber energi membuat penurunan lemak menjadi lebih cepat,” tambahnya.

Tapi, cadangan lemak yang dipecah ini akan mengalir dalam darah, dan pada pemeriksaan laboratorium diketahui lipid, kolesterol, HDL, LDL, dan trigliseridanya dalam angka yang mengkhawatirkan. dr. Diana menjelaskan inilah mengapa diet keto dalam jangka panjang akan berefek buruk pada pembuluh darah yang menyebabkan terkena risiko jantung koroner, stroke, hingga serangan jantung.

“Awalnya, mereka mungkin mengonsumsi lemak sehat seperti dari alpukat, kacang-kacangan, atau minyak kelapa murni.

Tapi, karena pemikiran mereka yang salah hanya mengonsumsi lemak maka semua jenis makanan berlemak konsumis seperti ayam yang dimakan kulitnya saja, santan, yang akhirnya lemak jenuh atau tidak sehat yang disantap,” ujarnya.

Diet keto sendiri dikembangkan sebenarnya untuk pasien anak epilepsi. Ada serangan di otak akan terangsang oleh glukosa, makannya diberi makanan rendah kalori. Untuk mencegah kejang, parkinson. Padahal otak satu-satunya sumber adalah glukosa, tapi justru kini digunakan untuk diet.

“Dalam jangka panjang bukan hanya berbagai penyakit mengintai, namun diet ini cepat turun, cepat juga naik berat badannya,” tutupnya.

(vem/asp/apl)