Ketika sudah menikah, memang keuangan akan dikelola berdua untuk mengatur berbagai kebutuhan rumah tangga. Biasanya separuh gaji suami akan diberikan kepada sang istri untuk mengatur semua pengeluaran tiap bulannya. Agar keuangan dalam rumah tangga stabil.
Sayangnya, ada beberapa suami yang enggan untuk memberikan gajinya untuk dikelola sang istri. Bahkan, semua keperluan istri seperti berbelanja tidak diberikan, menggunakan uang sangat diatur, sampai-sampai tidak boleh membeli kebutuhan sehari-hari.
Jika hal ini terjadi, menurut Ayoe Sutomo, selaku M.Psi, selaku Psikolog Citra Ardhita Psychological Services, pasangan telah melakukan kekerasan finansial.
“Di Indonesia sendiri, kekerasan terhadap perempuan banyak terkait oleh sosial-ekonomi. Faktornya pun beragam, kurangnya konsep diri dan kurangnya kemampuan berkomunikasi membuat seseorang rentan menjadi korban kekerasan. Salah satu kekerasan yang jarang disorot ialah kekerasan finansial,” ujarnya saat dihubungi tim Vemale.com.
Ayoe mengatakan, kekerasan finansial masuk ke dalam bentuk kekerasan psikologis. Ciri-ciri kekerasan ini ialah posesif mengontrol keuangan, jika ingin menggunakan uang harus melalui persetujuan, serta keuangan sangat di atur oleh pasangan.
“Jika kita merasa tidak nyaman dengan apa yang pasangan lakukan, itu sudah termasuk kekerasan,” tambahnya.
Jika hal ini sudah terjadi padamu, Ayoe menyarankan untuk berdiskusi atau membicarakan hal tidak nyaman ini bersama pasangan. “Saat berdiskusi sebaiknya ada orang ke-3 seperti Psikolog. Tujuan dari diskusi ialah bisa membenahi nilai, kepercayaan, diluruskan keyakinannya dan pola keuangannya,” tutupnya.
- Cara Mencegah Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan
- 5 Fakta Penting yang Perlu Diketahui Terkait Kekerasan terhadap Perempuan
- Memahami Getirnya Penyintas Kekerasan Seksual Tanpa Perlu Menjadi Korban
- Wanita yang Jadi Korban Kekerasan Mengalami Tekanan dari Berbagai Sisi
- Pria Perlu Ikut Serta dalam Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan
(vem/asp/mim)