Difteri, penyakit yang sudah sering didengar tapi jarang dibicarakan. Difteri sejatinya disebabkan oleh bakteri yang membuat seseorang terkena demam subfebris, nyeri tenggorokan, dan paling khas terlihat adanya selaput putih di tenggorokan yang bisa berdarah ketika disentuh.
Difteri bisa ditangkal dengan vaksin DPT (difteri, tetanus, pertusis/ pentavalen) yang biasanya diberikan ketika seseorang masih dalam usia anak-anak. Mulai dari usia di bawah setahun sebanyak tiga kali vaksin, lalu ditunjang dengan vaksin booster di atas usia 18 bulan, dan sekali lagi vaksin booster di usia 5 - 6 tahun.
(Baca: Mengenal Difteri, Penyebab dan Gejalanya)
Dikatakan dr.Febbiana Tanziah dari Rumah Vaksinasi, Cibubur, Jakarta Timur, vaksin DPT memiliki antigen khusus yang bisa melawan bakteri Corynebacterium diphtheriaev penyebab difteri.
"Vaksin itu seperti kunci. Untuk cegah difteri ya salah satu cara paling efektif adalah dengan vaksinasi DPT. Jika ada anak atau dewasa terpapar kuman penyebab difteri dan dia sudah divaksin, maka tubuhnya sudah akan membentuk sistem pertahanan sendiri terhadap penyakit tersebut," ujar dr.Febbiana dalam perbincangan dengan awak vemale.com, Selasa (5/12).
Orang dewasa yang belum mendapat vaksin DPT juga bisa mendapat vaksin macam ini. "Namanya TDAP (Tetanus, Difteri, aseluler Pertussis) dan bukan DPT lagi. Isinya sama tapi beda kadar antigen," tambah dr.Febbiana.
Difteri menyebar lagi
Apa yang dipaparkan dr.Febbiana adalah jawaban dari merebaknya kembali penyakit difteri di Indonesia. Sebelumnya, kekhawatiran sudah disuarakan lebih dulu oleh seorang dokter anak di Bogor, Jawa Barat, Fransiska Sri Susanti. Dalam status Facebook-nya yang viral Oktober 2017 lalu, dr.Fransiska merasa sesak dengan kembali merebaknya difteri --padahal harusnya sudah tidak ada lagi di Tanah Air.
"Bakteri difteri menghasilkan toxin yang bisa meracuni otot jantung dan menyebabkan kelemahan otot jantung. Angka kematian sangat tinggi, kalaupun sembuh maka penderita berisiko gagal jantung akibat kelemahan otot jantungnya. Bakterinya sendiri sangat ganas, sangat mudah menular.
Ingin terhindar? Lengkapi anak2 kita semua dengan vaksin DPT. 3x di usia bayi (
"Untuk kami para tenaga kesehatan kejadian seperti ini sangat menyesakkan karena difteri sebetulnya sudah bertahun2 tidak ditemukan lagi. Gara-gara trend antivaksin sekarang banyak penyakit yang sudah lama tidak muncul mulai bermunculan lagi," tegasnya kembali.
So please be wise, Moms. Vaksin ditemukan dengan uji coba penuh dan memakan waktu bertahun-tahun hingga akhirnya menghasilkan obat sehat untuk ragam penyakit di dunia. Kita para generasi pelanjut Baby Boomers bisa bertahan hidup hingga sekarang karena adanya vaksin-vaksin ini. Kenapa sekarang kita menahan hak anak kita untuk mendapat kesehatan sebaik-baiknya?
(vem/zzu)