Suami Istri Itu Harusnya Saling Memuliakan, Bukan Bisanya Cuma Menyalahkan

Fimela diperbarui 27 Nov 2017, 18:45 WIB

Bagaimana mendefinisikan suami yang baik dan istri yang baik? Untuk hal ini, setiap orang mungkin memiliki pendapat dan pandangannya masing-masing. Terlebih setiap orang memiliki situasi dan kondisinya sendiri dalam sebuah hubungan.

Tapi pernahkah kamu mendengar hal ini? Suami terbaik itu, "Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya." (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Karena istri adalah orang yang berhak untuk mendapatkan perlakuan yang mulia, akhlak yang baik, pemberian manfaat dan penolakan mudharat.


 
Jika seorang pria bertemu dengan istrinya dalam keadaan pelit, dan sedikit kebaikannya maka ia adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Namun jika ia bertemu dengan orang lain, ia akan bersikap lemah lembut, berakhlak mulia, hilang sikap pelitnya dan hal kebaikan yang dilakukannya. Tak diragukan lagi maka ia telah terhalang petunjuk dari Allah dan telah menyimpang dari jalan yang lurus.

Pria akan disebut pria paling baik kalau ia bisa memperlakukan istri kita dengan sebaik-baiknya. Sering-seringlah tersenyum kepada istri, sering-seringlah mengucapkan terima kasih kepada istri. Jika salah janganlah sungkan meminta maaf. Bicaralah dengan kalimat yang santun dan berikanlah pujian-pujian yang bisa memberi semangat serta bicaralah dengan lembut dan santun. Insyaallah semuanya bernilai kebaikan di mata Allah. Bahkan bercanda dengan hal kecil pun dinilai sebagai kebaikan. Subhanallah.

Seringkah kalian mendengar kalimat ini yang mungkin sering diucapkan oleh wanita untuk memperdaya para kaum lelaki, "Kami ini kan diciptakan dari tulang rusuk kalian, jadi janganlah ...... (blablabla)." Mungkin akan selalu terdengar klise karena kalimat tersebut hanya untuk alibi para wanita, tapi sesungguhnya memanglah sedemikan rupa adanya.

"Mintalah wasiat dari diri-diri kalian dalam masalah hak-hak para wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulung rusuk. Dan, yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian dari atasnya. Bila engkau paksakan untuk meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Namun, bila engkau biarkan, ia akan terus menerus bengkok. Maka, mintalah wasiat dari diri-diri kalian dalam masalah hak-hak para wanita."(HR.Al-Bukhari)
 
Maksudnya adalah jika istrimu melanggar syariat atau tidak baik di mata Islam maka kewajibanmulah memberinya pengertian. Berikanlah pengetahuan agama kepada mereka dan berikanlah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka. Berusaha memperbaiki akhlaknya dengan cara yang lembut. Dengan keteladanan dan kasih sayang.



Jangan membenci istrimu, meski ada satu atau dua sikap dan ucapannya membuatmu tidak senang. Kalau masakan istrimu terlalu asin, tidak pedas atau terlaku pedas, gosong dan bentuknya tidak semenarik makanan lain yang kau tahu, jangan lantas membencinya. Bukankah dia sudah berusaha, bukankah tangannya sudah banyak bekas goresan pisau diujung-ujung jarinya. Tidakkah kau menyadari bahwa tangan istrimu sudah tidak selembut sebelum kau menikahinya. Bukankah dia telah menjaga anak-anakmu dan rumahmu?Bukankah senyumannya selalu meneduhkanmu  Satu atau dua sifat istrimu yang kurang pas janganlah lantas membencinya. Bukankah banyak sekali kebaikan-kebaikan yang sudah diberikannya untukmu dan rumah tanggamu?

Nah, sekarang kalau istri yang paling baik itu...
Agak gimana gitu ya bahas dari sisi pandang sendiri sebagai wanita, udah baik belum sayanya? Wah pasti jauh banget ya. Jadi pada dasarnya sebagai istri, kita sebaiknya tidak hanya menuntut suami kita.

Susah sih membahas keburukan istri. Istri itu kalau merepet setiap pagi pahamlah pasti membangunkan suami dan anak-anak. Menyuruh sarapan, pakaikan seragam anak, belum lagi kaos kaki anak yang hilang entah kemana, sepatu yang tidak kelihatan sebelah, lagi sibuk mencari barang anak yang hilang entah kemana, tiba-tiba tercium bau tidak enak dari dapur, wah istri itu sangat kacau balau di pagi hari. Karena kemarahan istri biasanya untuk kebaikan para keluarganya. Tapi, terkadang sering sekali kita membuat suami kesal dengan sifat kita, keegoisan, kecemburuan kita, kekerasan kepala yang susah menerima saran dari suami yang menjadi perdebatan di dalam rumah tangga.

Tapi ada satu hadits Rasulullah,
Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?" Para sahabat menjawab dengan semangat, "Tentu saja, wahai Rasulullah!" Beliau kemudian menjelaskan, "Wanita yang penyayang dan subur. Apabila marah, diperlakukan buruk, atau suaminya marah kepadanya, ia berkata, "Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha."

Coba jadikanlah kalimat di atas sebagai penawar kemarahannya, insyaallah dia akan memaafkannya. Janganlah sungkan menjadikan dirimu seperti anak kecil yang melakukan kesalahan kepada orangtuanya, yang meminta maaf secara tulus dengan cara kekanak-kanakan. Pegang tangan suamimu dan ungkapkan maafmu dengan cara manjamu.

Hal yang terkadang membuat saya merasa bingung adalah ketika dua pasangan yang resmi menikah seakan diharamkan untuk bermesraan. Padahal sebelum menikah sang pria begitu romantis, memanjakan wanitanya, memanggil dengan sebutan paling romantis. Sang wanita begitu manja, begitu manis, begitu tidak malu memanggil dengan sebutan kesayangannya. Tapi setelah menikah seakan hal-hal di atas diharamkan untuk dilakukan. Tidak pernah memanggil dengan sebutan sayang, tidak pernah bermanja-manja seakan malu melakukannya karena telah menikah.



Padahal rumah tangga yang sakinah adalah surga sebelum surga. Bukan karena bentuk fisiknya, tapi lebih karena orang-orang yang ada di dalamnya. Rumah lah surga sebelum surga itu. Sebab, ada ketenteraman di dalamnya, cinta dan kasih sayang yang telah Allah anugerahkan ke dalam hati kita yang kita persembahkan tulus untuk pasangan kita. Kita tidak akan memdapatkan ketenteraman tersebut dari hubungan dan dari tempat lainnya kecuali di "Baiti Jannati".

Karena kita mencintai pasangan kita maka bahagianya adalah bahagia kita juga. Begitu pun sebaliknya. Kebahagiaan yang kita terima akan berlipat ganda karena adanya pasangan kita. Karena kita mencintai pasangan kita maka saat dia sedang sedih kita akan berusaha menemaninya. Saat kita yang bersedih, dia yang akan menghibur kita. Jadi, sedih yang mendera tak akan lagi kita rasakan hanya seorang diri.

Dalam sebuah rumah tangga, kita memiliki kekasih yang diciptakan Allah untuk mau berbagi suka dan duka. Jika dulu kita pergi kemana-mana hanya sendiri, tak ada yang mempedulikan bahkan sampai larut malam, maka setelah berumah tangga kita memiliki seorang kekasih yang sejati menanti kita dengan cintanya. Jika saat sendiri dulu kita mendapat musibah hanya mendapat ucapan bela sungkawa dari rekan dan teman-teman kita maka, saat berumah tangga kita mendapati seorang kekasih sejati yang akan berusaha melakukan segala cara agar kita kembali merasakan kebahagiaan.

Jika pasangan suami istri sudah bisa berbagi kebahagiaan dan saling meredakan kesedihan maka kehadiran masing-masing akan bermakna dan lebih berarti. Walau hanya melakukan hal sepele, sekadar duduk berdua dan berbincang sambil bercanda, sebelum tidur saling menceritakan harinya (suka ataupun duka) masing-masing, cukup rasanya.



Menikah juga membukakan pintu rezeki.
Jangan menunggu kaya untuk menikah. Menikahlah maka kau akan kaya! Ini adalah janji Allah.
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang patut menikah dari hamba-hamba sehayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunianya. Dan Allah Mahaluas pemberiannya lagi Maha Mengetahui". (Q.S. An-Nur: 32)

"Jika seorang muslim memberikan nafkah kepada keluarganya karena mencari pahala maka halnitu menjadi sedekah baginya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Nafkah dari suami adalah sedekah. Pemberian dari istri juga sedekah. Jadi seperti yang kita tahu, bukankah Allah yang maha menolong orang-orang yang bersedekah, dan akan melipat gandakan apa yang ia sedekahkan?

"Apapun yang engkau berikan berupa nafkah kepada keluargamu maka engkau diberi pahala, hingga sesuap makanan yang engkau masukkan kemulut istrimu." (HR.Bukhari dan Muslim)

Lalu masih ragu untuk melangkah?
Lalu masih mau mengkhianati suatu pernikahan dengan perbuatan yang menzalimi pasanganmu?
Berbuatlah yang indah maka rumah tanggamu akan menjadi surga yang sangat indah.





(vem/nda)
What's On Fimela