Kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Ayah Aku Rindu ini memberi pesan penting. Pesan bahwa ayah tetaplah akan jadi sosok yang tak tergantikan dalam hidup.
***
Gemercik hujan adalah salah satu keadaan yang menenangkan dan secara perlahan selalu berhasil menarikku pada sebuah ingatan, tentang satu proses perjalanan hidup yang menakjubkan sebelum aku memahami arti cinta dalam sebuah diam. Dahulu aku sempat merasa asing kepada sosok ayah. Mungkin karena jarak kami yang memang berjauhan setelah perpisahan ayah dan ibu, di mana ayah dengan keluarga barunya, dan aku memilih tinggal bersama nenek di sini setelah tak lama saat aku menginjak kelas 3 SD, ibu pergi kembali pada dekapan sang Illahi setelah perpisahan itu.Waktu terus berjalan dari mulai aku menginjak sekolah menengah pertama hingga pada akhirnya aku sudah mulai belajar di perguruan tinggi, masih saja aku belum dapat meraba hati ayah. Aku selalu dengan prasangkaku, aku selalu dengan sifat ketusku saat berbicara dengan ayah, bahkan ketika ayah sesekali datang untuk menengokku aku selalu memperlihatkan sifat keras dan acuh. Hingga sampai pada satu waktu, aku mulai berpikir mau sampai kapan aku bersembunyi di balik sikap kerasku terhadap ayah? Bukankah sekarang hanya tinggal ayah satu-satunya orang tua yang aku punya setelah ibu pergi kembali pada pemilik-Nya? Bukankah aku hanya akan membuat bongkahan sesal pada suatu waktu jika aku terus memendam kesal pada ayah?
- 19 Tahun Lalu, Telepon yang Berdering Itu Mengabarkan Kepergian Bapak
- Sudah 15 Tahun Kita Berpisah, Apakah Ayah Sehat-Sehat Saja?
- Kata-Kata Ini Seharusnya Kuungkapkan Saat Ayah Masih Hidup
- Ayah, Kepergianmu Kuikhlaskan Meski Banyak Cerita Kita yang Belum Usai
- Pulang Nak, yang Abah Butuh Itu Kamu dan Bukan Uangmu
(vem/nda)