Pengaruh Obesitas Anak Terhadap Psikososial, Berikut Penjelasannya

Fimela diperbarui 22 Nov 2017, 09:30 WIB

Mom obesitas pada anak, bukan hanya mempengaruhi fisik si kecil. Melainkan berdampak pada psikososial obesitas pada anak, terutama dalam hal penerimaan sosial.

Kegemukan juga berdampak pada emosi dan perilaku. Sebagai contoh, obesitas memiliki stigma atau stereotip yang cenderung negatif. Dari sudut pandang anak-anak misalnya, apakah anak gemuk nyaman diajak bermain bersama teman-temannya? Untuk permainan fisik yang kompetitif umumnya anak dengan obesitas tidak dapat bergerak aktif atau lamban. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada harga diri dan kepercayaan diri rendah.

"Remaja dan anak perempuan lebih terkena dampak sosial ini daripada remaja laki-laki yang gemuk," ujar Aurora Lumbantoruan, MPsi., Psi, saat ditemui di Jakarta.

Pencegahan pun dibagi menjadi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer dilakukan pada anak yang belum mengalami kegemukan, dengan cara menerapkan kebiasaan makan sehat dan aktivitas sehat.

Ada semacam Food rules, yang harus dipatuhi yaitu mematuhi jadwal makan anak, hanya saat jam makan. Anak obesitas umumnya disebabkan berlebihan minum susu atau kebanyakan makan. Makan sebaiknya tidak boleh lebih dari 30 menit, dan tidak ada makanan lain di antara waktu makan kecuali buah.

Penerapan nutrisi seimbang lebih diutamakan dan tidak ada teori diet apapun untuk anak. Teori seimbang terdiri dari karbohidrat 50-60%, protein 15-20%, dan lemak

Untuk anak yang sudah terlanjur obesitas, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Caranya dengan memantau BMI secara rutin, dan mendeteksi deposit lemak sejak dini. Deposit lemak sejak dini sebelum usia 6 tahun berkaitan dengan obesitas saat dewasa.

Salah satu langkah penting dalam mencegah obesitas adalah mengurangi gula. WHO merekomendasikan asupan gula bebas pada anak maupun dewasa, kurang dari 10% total asupan kalori dalam sehari. Yang dimaksud gula bebas adalah monosakarida dan disakarida yang ditambahkan ke makanan dan minuman olahan, termasuk gula alami pada madu, sirup, jus buah, dan buah-buahan kaya kalori.

Konsumsi gula, dijelaskan Aurora Lumbantoruan M.Psi , ada hubungannya dengan faktor pendidikan dan sosial ekonomi pada keluarga. “Kurang pengetahuan tentang makanan sehat menyebabkan orangtua cenderung membeli makanan tinggi lemak dan murah,” jelas Aurora. Tidak semua anak berisiko obesitas. Anak yang overweight cenderung memiliki orangtua yang overweight.

Well, semoga informasi ini bermanfaat ya mom.

(vem/asp/apl)