Kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Ayah Aku Rindu ini menggambarkan sebentuk penyesalan. Meski begitu, cinta pertama itu tak akan pernah tergantikan.
***
Untuk cinta pertamaku, ayah.Ayah, aku mencintaimu.Andai dulu aku bisa mengatakannya dengan mudah padamu, mungkin aku tak akan merasa sesakit ini. Bukan karena tak bisa mengejanya dengan benar, bukan pula aku bisu. Aku hanya tak mampu mengucapnya di hadapanmu. Aku sekeras batu, juga sedingin es. Andai dulu aku bisa mengatakannya dengan mudah padamu, aku tak akan merasa semenyesal ini. Dari begitu banyak kata yang telah keluar dari mulutku selama lebih dari 20 tahun, kalimat itu bahkan tak pernah kusampaikan padamu. Atau mungkin pernah, dulu sekali, ketika aku masih sangat dekat denganmu, sampai akhirnya sekarang aku lupa.Ayah, maaf.Maaf karena tidak membuatmu bahagia. Maaf karena aku tak bisa menjadi anak yang baik untukmu. Maaf karena telah membuatmu kecewa. Maaf karena tak pernah ada untukmu. Maaf atas sirnanya kedekatan kita seiring bertambahnya usiaku. Maaf atas ketidakpedulianku padamu. Ayah, aku minta maaf karena baru menyadari betapa pentingnya hadirmu dalam hidupku, baru menyadari betapa aku mencintaimu segenap hatiku. Setelah kau pergi, kini aku menyesal. Ayah, aku rindu.Aku merindukan senyumanmu, tawamu, bahkan aku rindu amarahmu. Batu keras itu telah hancur, es telah mencair, kini aku rapuh. Aku rapuh karena rasa sakit dan penyesalan yang tiba ketika kau pergi. Lebih dari itu, aku rapuh karena merindu. Rindu yang tak berbatas, rindu yang tak berakhir, rindu yang tak akan bisa hilang. Sebuah rindu akan kehadiranmu.
- Saat Pernikahanku Baru Berusia 40 Hari, Bapak Pergi untuk Selamanya
- Setiap Akan Tidur, Aku Selalu Berdoa Agar Kau Datang di Mimpiku
- Untuk Cinta Pertamaku, Aku Sungguh Rindu Padamu
- Janji Terakhirmu Tak Kau Tepati, Tapi Aku Terus Berdoa Untukmu
- Ayah, Semoga Kita Bisa Segera Berkumpul Bersama Lagi di Rumah
(vem/nda)