Menjalin LDR, Perasaan Takut Dilupakan Lebih Menyiksa dari Menahan Rindu

Fimela diperbarui 13 Nov 2017, 14:30 WIB

Menjalani hubungan jarak jauh (long-distance relationship (LDR)) selalu ada tantangannya sendiri. Memang teknologi makin canggih dan ada banyak cara untuk berkomunikasi meski terpisah jarak. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa ada saja masalah yang muncul dalam usaha untuk menjaga hubungan tetap baik dalam situasi tak bisa  tatap muka setiap saat.

Salah satu hal yang terbilang cukup menyiksa dalam menjalin LDR adalah kecemasan bahwa diri kita akan dilupakan olehnya. Bahkan seringkali perasaan takut dilupakan terasa jauh lebih menyiksa daripada menahan rindu. Ketika pikiran sudah dikuasai oleh hal-hal negatif, hari-hari yang kita habiskan tanpanya membuat hati tak pernah tenang.

Kita Tak Bisa Memonitor Kesehariannya Setiap Saat
Tak bisa bertatap muka dalam waktu yang lama memang bisa meningkatkan prasangka. Kita jadi berpikiran yang macam-macam dan seringkali tanpa alasan. Apalagi kalau komunikasi tak dijaga dengan baik, hal-hal negatif terus memenuhi pikiran kita. Akibatnya, rasa percaya kita padanya yang dibangun dari awal lama kelamaan luntur. Jika dibiarkan begitu saja, kita bisa paranoid dan ketakutan sendiri. Cemas bahwa dia sedang melupakan kita.



Perasaan Curiga yang Dipendam Terlalu Lama Bisa Berdampak Buruk
Kalau setiap ada masalah tidak pernah diobrolkan dan cuma dipendam saja, lama kelamaan hubungan jadi penuh rasa curiga. Apalagi kalau kamu dan pasangan mulai merasa diri paling benar dan menyalahkan pasangan, yang ada hanya akan saling menyalahkan. Saat prasangka bahwa dia di sana justru sedang melupakanku muncul di benakmu, kamu akan terus dihantui perasaan cemas yang tak beralasan.



Rindu Mungkin Bisa Ditahan, Tapi Prasangka Sulit Dikendalikan
Rasa rindu mungkin masih bisa ditahan. Atau setidaknya masih bisa disalurkan dengan saling bertukar sapa dan mengobrol di telepon atau video call. Tapi mengendalikan prasangka bisa jauh lebih sulit daripada sekadar menahan rindu.

Apalagi kalau hubungan masih di situ-situ saja, tak ada kemajuan atau perkembangan. Komunikasi yang semakin hambar pun jadi memperburuk situasi. Kita merasa hubungan yang dipertahankan sudah tak memiliki arti, hingga pada akhirnya jadi memilih jalan sendiri-sendiri lagi.

Kalau kamu sendiri bagaimana, ladies? Punya pengalaman terkait menjalin hubungan jarak jauh? Biasanya hal apa yang paling sulit untuk diatasi ketika terpisah jarak dari sang kekasih hati?



(vem/nda)