Kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Ayah Aku Rindu ini sungguh mengaduk perasaan. Ditinggalkan ayah sejak kecil, membuatnya tak bisa berbohong kalau rasa rindunya sangatlah besar saat ia tumbuh dewasa.
***
Dari Rahmi putrimu yang pernah kau kecup manis sewaktu kecil, rasanya sangat tidak sanggup untuk menuliskan ini untukmu.
Mengingat wajahmu saja air mata sudah menetes dengan deras apalagi bila harus mengingat dan mengenangmu. Namun apalah daya, rindu itu semakin melambung tinggi, tak sanggup aku pendam sendiri.
Ayah, dalam hitungan hari lagi aku akan berulang tahun yang ke-20. Sejak kepergianmu di umur 3 tahunku dulu, karena penyakit jahat yang menyerangmu membuat aku tak kuasa menahan rindu ingin bertemu. Ayah, kedua anakmu kini sekarang telah dewasa. Abang si anak pertama ayah sebentar lagi akan melaksanakan wisuda dan mendapatkan gelar S1-nya. Sedangkan aku masih dalam proses menempuh pendidikan dengan penuh semangat agar kau bangga di atas sana.
Ayah, Ibu baik-baik saja, kami bertiga selalu merindukanmu di sini. Ibu bekerja untuk kami dan berperan ganda sekaligus. Kadang ia menjadi ayah yang berkeringat lelah menghidupi kami. Kadang ia menjadi ibu yang selalu memberikan kasih sayang tak pernah henti. Ayah, apakah kau juga rindu denganku? Kenapa kau tak ingin bertemu denganku?
Aku sadar akan kehilanganmu, tapi yang aku harapkan adalah agar kau menemuiku, sekali saja pun tidak apa-apa. Setiap ingin tidur aku selalu berdoa agar kau datang dalam mimpiku, aku berdoa agar kau mendengar di atas sana. Tapi mengapa kau tidak datang, ayah?
Mengapa? Apa kau tidak sayang lagi denganku? Hampir 17 tahun sudah kau pergi, selama itu kau juga tidak pernah lagi mewujudkan keinginanku. Ayah, aku hanya ingin satu hal saja, agar d itidur malamku yang panjang, kau menemaniku walau lewat mimpi saja, hanya itu ayah. Apakah susah? Aku mohon ayah, jangan biarkan aku tenggelam dalam rindu ini. Tetesan air mata yang selalu menggambarkannya di setiap malam sunyi tanpa seorang pun, tetap saja hanya itu keinginanku ayah, aku ingin bertemu.
Ayah, aku pernah dibuat sakit hati oleh seorang lelaki, yang pernah berkata bahwa dia akan mencintaiku hidup dan mati. Ia berikan segala harapan serta janji manisnya kepadaku. Aku adalah perempuan kecil yang masih polos yah. Aku mempercayai semua yang diutarakannya. Namun, semua hal itu hanya kebohongan.
Setelah dia hadir, membuatku jatuh dan mencinta, setelah aku selalu memprioritaskan dia, setelah aku berbahagia, dia lenyapkan semua dengan dusta semata. Dia pergi tanpa memikirkan keadaanku seperti apa, saat itu aku rapuh, yah. Aku berdiri di pinggir jalan dengan pandangan kosong, aku tak ingin pulang ke rumah, aku takut ibu dan abang mengetahuinya.
Air mata tumpah sangat parah, hatiku sakit, yah. Saat itu aku hanya perlu sandaran dari sosok laki-laki yang tulus mencintaiku apa adanya, yaitu ayah. Bagaimana mungkin ayah bisa menjadi temanku lagi sementara ayah sudah tidak ada? Aku semakin menangis yah, luka hati yang paling terdalam bukan sekadar telah tergores, namun telah tertusuk hingga hancur.
Setelah kejadian itu, aku takut untuk jatuh cinta, yah. Aku takut akan laki-laki yang terlalu memandangiku dengan penuh arti. Aku takut akan laki-laki yang selalu mengatakan aku cantik. Aku takut akan laki-laki yang selalu memperhatikanku. Aku takut akan laki-laki yang menyatakan cinta dan aku takut akan laki-laki yang berkata akan selalu melindungiku, yah. Entah sampai kapan aku merasakan ketakutan ini.
Tapi aku sadar yah, cinta yang tepat tidak akan datang dengan cepat. Aku yakin, saat aku rapuh kemarin, kau menangis sedih di atas sana. Hapuslah air matamu, yah. Putrimu sekarang tidak apa-apa, justru sekarang menjadi lebih kuat dan dapat berpikir dewasa. Karena pengalaman telah banyak mengubahku, jangan bersedih lagi, yah.
Sekarang aku bisa tertawa lepas, aku memiliki banyak teman yang menghapus duka. Aku akan sukses, yah. Aku akan buat ibu bangga, aku sangat mencintai ibu sama halnya dengan aku mencintaimu. Yah, kadang aku suka cemburu, melihat teman-teman yang diantar jemput dan selalu diperhatikan ayahnya saat berada di lapangan. Aku duduk termenung di bawah pohon besar dan berusaha untuk tidak menangis.
Yah, aku pernah mendengar seorang teman dekatku sedang berbohong dengan ayahnya. Aku sedih sekali yah, mereka diberikan kesempatan untuk hidup bersama ayahnya namun disia-siakan. Oh iya, yah, aku pernah mendengar, “Selangkah anak perempuannya keluar rumah tanpa menutup aurat, selangkah pula ayahnya menuju ke neraka." Yah, ketahuilah, meskipun aku belum sempurna dalam menjalankan ibadah, aku akan berusaha untuk taat, kututup aurat dengan ikhlas untuk menjalankan kewajibanku dan untuk menjagamu lewat sini. Karena hal ini dan doa terbaik yang dapat kuhadiahkan untukmu, yah. Dimana pun kau sekarang, kau tetap di hati dan selalu kusayang.
Ayah, keinginanku masih sama seperti yang dulu dan tak akan pernah berubah, aku masih mengharapkan hadirmu dalam mimpiku, yah. I'm never stop loving you, dad.
- Untuk Cinta Pertamaku, Aku Sungguh Rindu Padamu
- Sejak Anak Perempuan Itu Merebutmu, Aku Merindukanmu, Ayah..
- Saya, Bapak dan Motor Butut Kesayangan Kami Berdua
- Meski Bukan Gadis Kuat, Ku Tak Mau Terlihat Cengeng di Depan Ayah
- Surat Cinta Untuk Ayah: Ia Tak Pernah Kurindu, Tak Juga Kubenci
(vem/nda)