Judul: Sirkus Pohon
Penulis: Andrea Hirata
Penyunting: Imam Risdiyanto
Perancang sampul: Febrian & Adit Hapsoro
Ilustrasi sampul belakang: Welly Ardana
Ilustrasi isi: Arifah Insani & Rais Zakaria
Pemeriksa aksara: Pritameani
Penata aksara: Rio
Cetakan pertama, Agustus 2017
Diterbitkan oleh Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Andrea Hirata jelas bukan nama yang asing di telinga kita, khususnya para pecinta sastra. Setelah sukses dengan tetralogi Laskar Pelangi, Andrea terus membuat karya-karya terbarunya. Tahun ini sebuah karya baru dilahirkannya, berjudul Sirkus Pohon. Wah, membaca judulnya saja sudah bikin penasaran, ya. Jadi, Sirkus Pohon menceritakan soal apa?
Masih dengan gaya menulis khas Andrea yang penuh humor dan sindiran sosial, Sirkus Pohon ini secara umum menceritakan soal kehidupan masyarakat di Tanjong Lantai, Belitung dengan kondisi perekonomian menengah ke bawah. Seorang pemuda bernama Sobri berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, susah baginya sebagai seseorang yang tamat SMP saja tidak, untuk mendapat pekerjaan yang sesuai dengan harapannya. Tapi ia tak lantas menyerah, pertemuannya dengan Dinda membuatnya terus semangat untuk mencari pekerjaan dengan gaji tetap.
Tuhan menciptakan tangan seperti tangan adanya, kaki seperti kaki adanya, untuk memudahkan manusia bekerja.
(hlm. 37)
Novel Sirkus Pohon ini juga mengangkat kisah percintaan Tegar dan Tara. Perjumpaan pertama mereka yang terjadi di sebuah taman di usia yang masih kanak-kanak meninggalkan kesan mendalam. Tegar berupaya menemukan kembali sosok perempuan beraroma vanili tersebut. Tara pun mencoba untuk terus mengingat wajah si anak laki-laki dengan melukis wajahnya sampai tercipta lebih dari 90 lukisan.
Mengikuti kisah Tegar dan Tara membuat kita gemas sendiri. Apalagi saat terjadi sejumlah kesalahpahaman dan kondisi yang sempat menghalangi mereka bertemu kembali. Salah satunya adalah ketika Tara mengadakan pameran lukisan, tinggal selangkah lagi untuk bertemu kok ya gagal terus.
Boi, samudra dapat kau samarkan, gunung dapat kau kaburkan, apa pun dapat kau sembunyikan di dunia ini, kecuali cinta.
(hlm. 82)
Ada banyak sosok menarik di novel ini. Sahabat Sobri bernama Taripol yang awalnya memberi pengaruh buruk tapi ternyata malah sangat berjasa pada kehidupan Sobri, para calon kepala desa yang saling berebut mencari suara dengan pemenang yang tak pernah disangka-sangka, dan juga soal keteladanan sosok ayah.
Benar-benar bikin hati meleleh rasanya bagaimana Sobri menceritakan soal ayahnya. Nilai-nilai kehidupan yang ia pegang pun tak jauh dari petuah dan nasihat yang pernah diberikan oleh ayahnya. Meski akhirnya ia mendapat pekerjaan sebagai badut sirkus, ia berupaya untuk melakoni pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Ketika sampai di bab Hari Ketika Badut Menangis, dada jadi ikut dibuat sesak oleh kemalangan nasibnya.
Awalnya kisah Sobri dan percintaan Tara dan Tegar seperti kisah yang terpisah. Tapi lambat laun kemudian, kisah keduanya saling bertautan. Pahamlah akhirnya apa yang dimaksud dengan Sirkus Pohon yang dijadikan judul novel ini.
Bisa dibilang Sirkus Pohon ini novel yang "ramai". Banyak tokoh yang dimunculkan, banyak humor dan sindiran sosial yang diangkat, dan juga bisa membuat pembaca tertawa sekaligus terharu ketika mengikuti kisah masing-masing tokohnya. It's a good novel to read.
(vem/nda)