Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Kocok-Kocok Ceria ini memberi kita arti baru soal sosok sahabat. Sahabat bukan cuma yang selalu memberi pembelaan, tapi juga yang bisa membantu kita memperbaiki kesalahan.
***
Ada yang bilang kalau sahabat adalah orang yang paling tahu tentang kita. Orang yang akan selalu ada saat kau butuh, entah di saat senang bahkan di saat susah. Selalu mengerti kita tanpa harus ada kata, "Tolong ngertiin aku." Tapi nyatanya, yang kurasakan bukan hanya yang seperti itu-itu saja.
Sahabatku memang selalu ada saat aku butuh. Selalu ada saat aku senang dan saat aku sedih. Selalu mau mengerti sifat-sifat buruk yang kumiliki. Tapi ya, bukan hanya seperti itu saja.
Sahabatku selalu ada? Ya, selalu ada bahkan saat aku dalam keadaan memalukan seperti tanpa sengaja menabrak tiang saat berjalan sambil menunduk. Saat tanpa sadar melepas sandal di depan Indomaret. Selalu ada sahabatku dan selalu mereka lah yang tertawa paling keras di saat memalukanku. Yang seperti itu sahabat? Tapi ya, seperti itu sahabatku.
Dua sahabatku yang selalu paling keras menertawakanku memang benar-benar seorang sahabat. Selalu mengkritikku, menunjukan kelemahanku padaku, dan selalu protes tentang betapa buruknya aku. Tapi, mau siapa lagi yang akan secara langsung mengatakan betapa buruknya aku kalau bukan sahabatku sendiri. Tujuannya jelas, agar aku berubah lebih baik lagi.
Kalau selalu mengerti kita tanpa harus kita minta memang benar, tapi sahabatku meski aku bilang, "Tolong ngertiin aku," mereka tetep nggak mau mengerti. Mereka selalu saja bilang agar jangan meminta untuk dimengerti, kalau nyatanya aku hanya fokus pada diriku sendiri. Jangan hanya melihat dari sudut pandang sendiri, tapi lihat juga dari posisi sahabat kita. Apakah benar, kalau hanya aku yang tersakiti?
Yang seperti itu lah yang sebenarnya sahabat. Bukan yang hanya mendukungku saat aku berselisih dengan orang lain. Bukan membiarkan aku melakukan kesalahan karena tidak ingin ikut campur urusan orang lain. Sahabatku bahkan ikut campur dalam pekerjaanku. Mereka tidak membiarkan aku yang seorang tentor matematika menjadi "hanya" sebagai seorang tentor. Mereka mengajakku mengenal seperti apa rasanya berwirausaha.
Kalau mau menuruti jiwa, aku sama sekali tidak memiliki jiwa pengusaha. Tidak kreatif, tidak inovatif, tidak pandai dalam manajemen, mudah menyerah, tidak berani ambil risiko, pokoknya jauh lah dari jiwa wirausaha. Tapi ya itu tadi, sahabat kadang memang lebih suka membuat kita keluar dari zona aman.
Aku dan dua sahabatku akhirnya mulai berwirausaha. Jualan brownies. Padahal di antara kami tidak ada yang pandai memasak apalagi membuat brownies. Tapi kalau sudah ada kemauan, pasti ada jalan. Weekend yang biasanya dihabiskan untuk haha hihi di cafe, justru kami habiskan untuk mengaduk telur dan teman-temannya demi menciptakan brownies yang bisa diterima semua kalangan.
Kalau dipikir-pikir, sayang memang kalau menghabiskan masa muda yang harusnya punya banyak waktu untuk bersenang-senang justru waktunya habis di dapur. Tapi entah kenapa, kebahagiaan justru perlahan tercipta dari hal-hal kecil seperti saat melihat pelanggan yang senang melihat hasil brownies kami. Kepuasan saat semakin banyak orang yang menganggap brownies kami enak dan beda dari yang lain. Kebahagiaan yang tidak mungkin kudapat dari haha hihi di cafe.
Tapi, ada tidak yang merasa kalau semakin kita dekat, justru semakin mudah kita tersinggung akan hal-hal kecil? Seperti itu yang sering aku dan sahabatku rasakan. Sering sekali kami cekcok akan hanya kecil. Beda pendapat lah, masalah salah order lah, masalah customer yang suka gaje lah. Dan masih banyak hal yang sebenarnya masalah kecil, tapi menumpuk jadi besar hingga akhirnya, bukan ngobrol santai saat nongkrong, tapi saling evaluasi diri agar tak lagi melakukan hal yang sama lagi. Tapi yang membuatku justru semakin sayang pada sahabatku adalah, ketika kami beradu argumen, kami justru semakin dekat.
Jadi, sahabatku adalah orang yang tertawa paling keras saat aku melakukan hal yang memalukan. Sahabatku adalah orang yang tidak mau mengertiku dan memaksaku agar memposisikan diriku sebagai orang lain. Sahabatku adalah orang yang membuatku keluar dari zona aman dan berusaha bersama agar masuk dalam zona nyaman. Sabahatku adalah orang yang tidak segan-segan mengkritikku agar aku bisa lebih baik lagi. Dan sahabatku adalah orang yang tidak mengajakku nongkrong untuk haha hihi bercanda gurau, tapi yang mengajakku berusaha bersama agar bisa sukses bersama.
- Salah Satu Temanku Hamil di Luar Nikah dan Nyaris Bunuh Diri
- Suka Duka Tinggal di Asrama, Rasa Senasib Ciptakan Persahabatan yang Kuat
- Tak Ingin Keutuhan Rumah Tangga Terancam, Persahabatan 15 Tahun Dikorbankan
- Diam-Diam Ikut Kocok-Kocok Ceria demi Bantu Teman yang Pernah Berkhianat
- Astutiers, Geng Arisan Seru yang Berawal dari Kelompok Tugas Kuliah
(vem/nda)