Berlimpah Kreasi Anak Bangsa di Local Start Up Fest.2.0

Fimela diperbarui 18 Okt 2017, 12:13 WIB

Anak muda Indonesia kaya akan kreasi. Penuh dengan hal baru yang bisa mempermudah kelanjutan hidup dan bisa menjadi penggerak ekonomi digital yang berkelanjutan. Hal ini terlihat dalam ajang Local Startup Fest 2.0 yang berlangsung selama dua hari, 18 - 19 Oktober 2017 di Ballroom Kuningan City, Jakarta Selatan.

Ada sekitar 70 pembicara nasional dan internasional yang hadir dan terbagi dalam tiga stage. Ini belum termasuk booth-booth mungil berisi para perintis usaha digital kecil dan menengah. Salah satunya adalah tumbas.in, aplikasi karya anak muda Semarang, Jawa Tengah, yang mencoba memenuhi kebutuhan masyarakat lokal yang ingin berbelanja ke pasar. Aplikasi ini membuat para penggunanya bisa memilih barang apa saja yang ingin dibeli di pasar tradisional sekitar Semarang untuk kemudian langsung diantar ke rumah.

"Dengan aplikasi kami, harga barang jadi lebih murah, pengantaran cepat, dan kualitas barang baik. Saat ini kami masih menyajikan produk tapi nanti ke depannya kami akan menyajikan pilihan-pilihan pasar tradisional," ujar Bayu, Founder dari tumbas.in yang dalam Bahasa Jawa berarti 'Beli'.

Bayu dan timnya datang ke Local Startup Fest2.0 karena ini adalah event nasional yang memiliki banyak peluang. "Kami berharap bisa mengembangkan operasional sampai di Jakarta," tambahnya.

Menurut Ricky Pesik sebagai Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), usaha rintisan (startup) berhubungan dengan banyak aspek. Kesemuanya ini coba dibantu oleh pihak Bekraf dengan cara mengakselerasi nilai tambah para digital startup.

"Bekraf bertugas sebagai pendukung fasilitasi dalam konteks bertugas di hilir. Di sinilah sebenarnya nilai tambah bisa didapat," ujar Ricky dalam pembukaan 'Local Startup Fest 2.0' di Main Stage Ballroom Kuningan City, Rabu (18/10).

Ditambahkannya bahwa ada beberapa indikator sebuah startup bisa mendapat nilai lebih. Di antaranya kontribusi nilai ekonomi kreatif terhadap PDB nasional, peningkatan jumlah tenaga kerja, dan kontribusi terhadap nilai ekspor. "Kami meyakini digital economy adalah salah satu faktor yang bisa meningkatkan ekspor secara finansial," tegasnya.

Sementara menurut Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Samuel A.Pangerapan, pihak pemerintah mencoba mengembangkan digital economy melalui Keputusan Presiden no.74. Namun demikian, masih ada beberapa faktor penghalang yang harus diatasi lebih dulu. Seperti masalah sumber daya manusia, pendanaan, perpajakan, logistik, komunikasi infrastuktur, dan cyber security.

Khusus untuk cyber security, Samuel meminta agar para pemilik digital startup bisa melindungi para pelanggannya."Edukasi pada masyarakat sudah dilakukan tapi para pelaku bisnis juga wajib menjamin kerahasiaan data-data pelanggan," ujar Samuel.

Perkembangan digital ternyata bukan hanya menumbuhkan gaya hidup yang lebih mudah. Tapi juga menyemai benih kreasi-kreasi positif yang mampu mewadahi kreativitas anak muda Indonesia. Go startup lokal!

(vem/zzu)
What's On Fimela