Di Tahun ke-10, Jakarta Fashion Week 2018 Usung Tema Bhinneka & Berkarya

Fimela diperbarui 17 Okt 2017, 11:55 WIB

Di usia penyelenggaraannya yang ke-10 tahun, Jakarta Fashion Week yang mengusung tema “Bhinneka dan Berkarya”, semakin memantapkan misinya untuk membawa desainer Indonesia ke pentas dunia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, berbagai kolaborasi pun dijalin oleh Jakarta Fashion Week dengan para mitra internasional. Tak hanya dengan mitra di kawasan Asia Pasifik, melainkan telah meluas hingga ke Eropa.

Lewat kemitraan-kemitraan tersebut, Jakarta Fashion Week menggelar aneka program pengembangan kapasitas desainer Indonesia, yang terbungkus dalam proyek Indonesia Fashion Forward, dan membawa mereka memasuki pasar internasional. Sebut saja collaborative collection antara Bateeq, yang juga tergabung dalam Indonesia Fashion Forward, dengan Suzuki Takayuki dari Jepang, di Jakarta Fashion Week 2016 dan 2017. Selain itu, ada juga kolaborasi Norma Hauri dan Restu Anggraini, keduanya juga merupakan desainer Indonesia Fashion Forward, dengan dua perusahaan tekstil asal Jepang, yaitu UTIC dan Toray Industries.

Dan tahun ini, kemitraan internasional Jakarta Fashion Week berhasil mengantarkan 8 desainer Indonesia Fashion Forward ke panggung 5 pekan mode dunia. Kolaborasi dengan British Council yang sudah terjalin selama ini lewat program residensi, misalnya, pada akhir Februari lalu, berhasil menampilkan Lekat di Hati atau LEKAT di ajang Fashion Scout AW17 dalam rangkaian London Fashion Week 2017. Tak hanya itu, kemitraan JFW dengan sejumlah organisasi dan institusi internasional yang lain juga mengantarkan 7 desainer IFF lagi ke 4 panggung pekan mode dunia berbeda selama bulan Maret 2017.

Ketujuh desainer Indonesia Fashion Forward itu adalah I.K.Y.K dan Peggy Hartanto di Virgin Australia Melbourne Fashion Festival 2017, Rani Hatta dan Bateeq di Amazon Fashion Week Tokyo 2017, serta Ria Miranda dan SOE Jakarta di Seoul Fashion KODE Fall/Winter 2017.

Tak ketinggalan Novita Yunus yang tampil di Amazon India Fashion Week Autumn/Winter 2017, dan akan kembali tampil secara kolaboratif dengan Nisha, desainer usungan Fashion Design Council of India, serta berbagi panggung dengan desainer kontemporer Nitin Bal Chauhan asal India. Partner Jakarta Fashion Week dalam program Indonesia Fashion Forward, British Council, juga akan turut membawakan inspirasi dari negeri monarki tersebut, yaitu Derek Lawlor.

Sederet prestasi juga menghiasi deretan keberhasilan Indonesia Fashion Forward tahun ini. Misalnya, desainer TOTON yang berhasil menembus babak final internasional untuk International Woolmark Prize 2016 di Paris dengan kategori busana wanita. Tahun ini, Indonesia Fashion Forward kembali menjadi bagian dari jajaran nominasi kategori busana wanita tingkat regional Asia melalui karya apik Peggy Hartanto.

International Woolmark Prize memang sangat bergengsi. Alumninya saja tidak sembarangan, termasuk di antaranya adalah Yves Saint Laurent dari Prancis dan Karl Lagerfeld dari Jerman. Dua tahun lalu, panggung Jakarta Fashion Week pun sempat menghadirkan salah satu pemenangnya, yaitu Rahul Mishra dari India.

Untuk tahun ini, salah satu nominasi asal Australia selama dua tahun berturut-turut, yaitu Chris Ran Lin, akan ikut memeriahkan perayaan 10 tahun Jakarta Fashion Week.

“Kami ingin menghadirkan kebhinekaan di panggung tahun ini, tidak hanya dalam hal karya, namun juga inspirasi. Dengan adanya bermacam-macam desainer dan talent yang mengisi Jakarta Fashion Week, diharapkan saling memacu kreativitas para stakeholder. Nantinya bisa jadi menghasilkan karya, kolaborasi, bahkan mungkin para partner juga bisa menarik inspirasi untuk produk-produk mereka,” pungkas Lenni Tedja, Direktur Jakarta Fashion Week.

Kebhinnekaan karya yang dinanti tentunya tetap mengemban misi yang digalakkan Jakarta Fashion Week sejak tahun 2015, yaitu mode berkelanjutan atau sustainable fashion. Menggandeng MandiriART, beberapa desainer Indonesia Fashion Forward, yaitu Norma Hauri dan SOE Jakarta, didapuk untuk membesut koleksi ramah lingkungan dan pekerja hasil bimbingan intensif program BINA di Labuan Bajo, Flores. Selain lebih ramah lingkungan, pelatihan dan pengembangan ini diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup para perajin lokal.

Isu sustainability juga diembuskan secara intensif oleh salah satu partner internasional, yaitu Kedutaan Swedia, yang mewakili Kerajaan Swedia. Melalui Swedish Fashion Council, label-label asal Swedia yang dikenal sebagai pelopor dan penegak sustainable fashion dihadirkan di panggung Jakarta Fashion Week 2018. Mereka adalah House of Dagmar, Uniforms for The Dedicated, dan Hope Stockholm.

Bukan hanya desainer dan perajin yang jadi fokus Jakarta Fashion Week, selaku platform penggerak industri mode, melainkan juga para model. Tahun ini, Jakarta Fashion Week Model Search dilaksanakan di empat kota besar untuk pertama kali. Didukung oleh Korea Model Association, pencarian bakat model yang dapat tampil di Jakarta Fashion Week ini menyedot nyaris 1.000 peserta yang dinyatakan lolos kualifikasi awal. Lima model yang terpilih juga mewakili Indonesia di ajang Asia Model Festival 2017 di Korea Selatan, di mana mereka digembleng tak hanya sebagai model, namun juga entertainer.

Bianca Fischer, Michelle Frendiaz, Evanny Wityo, Lie Buntaran, dan Adrianus Yudha, pulang dengan membawa sederet prestasi membanggakan, termasuk di antaranya nominasi sepuluh besar terbaik. Di ajang yang sama, Face of Jakarta Fashion Week, Rahmawati Juwita, atau Wita, juga mendapat penghargaan Indonesian Model Star 2017, atas kontribusinya pada dunia modeling nasional di Indonesia.

Kerja sama yang baik dengan Korea Selatan itu juga berdampak ke panggung Jakarta Fashion Week 2018. Tahun ini, Korea Creative Content Agency (KOCCA) menampilkan panggung "K-Invasion" dengan label August Alive dan Daily Mirror, serta menghadirkan idola K-pop, Thunder. Wah, seru sekali ya ladies.

(vem/feb)
What's On Fimela