Milenial, demikian sebutan untuk mereka yang 40 persennya lahir di pertengahan tahun 1980-an hingga 1997. Definisi lain menyebut generasi milenial adalah mereka yang lahir di antara tahun 1982 hingga 2004.
Generasi ini menjadi pendorong apa yang tengah tren di dunia. Dari sudut pandang dan kesukaan merekalah sebuah brand bisa maju dan berkembang pesat. KapanLagi Network mencoba menelaah kegemaran milenial untuk kemudian berbagi bersama para peserta IDEAFEST 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Tema yang diangkat adalah 'Voice of Authority; How to Get Millenials Listen to You' dan menampilkan tiga pembicara; Danny Purnomo (Brilio.net), Winston Utomo (IDN Times), dan Ardyan Erlangga (Vice Indonesia). Menurut Danny, situs yang dikelolanya kini lebih menyukai artikel atau pun foto dalam betuk meme. Selain itu ada pula bantuan video-video pendek yang berselera milenial.
"Tadinya kami adalah text based media, tapi sekarang kami menjadi video based media. Video-video ini pendek saja karena milenial mudah teralihkan," ujar Danny di Nolan Room, Jakarta Concention Center, Kamis (5/10). "Milenial berevolusi, maka media pun harus berevelousi," tambahnya.
Sedangkan Winston mengaku bahwa krunya di IDN Times harus tahu lebih dulu mengenai konten viral yang akan disebarkan oleh milenial. Sebab, konten macam ini harus memiliki beberapa ketentuan. Mulai dari pertimbangan social currency seseorang, trigger, emotion, public, practical values, dan story.
"Artikel seksual, seedukatif apapun, sharenya pasti rendah. Karena membuat social currency seseorang turun," kata Winston memberi penjabaran.
(Baca juga: Pulang Bulan Madu, Raisa Bicara Pentingnya Kolaborasi di IDEAFEST)
Lain halnya dengan Ardyan dari VICE. Ia dan medianya berakar dari majalah komunitas yang berubah menjadi media gaya hidup. Namun demikian Ardyan menolak mendefinisikan milenial dalam satu wadah tertentu. Sebab, VICE bisa bertahan bukan karena artikel-artikel yang viral ala milenial, melainkan karena mereka bertahan dengan karakter utamanya yakni menabrak aturan yang baku.
"Kami percaya di tengah konten yang membanjir, justru yang paling penting adalah ada media yang bisa menyatukan sekian segmen yang terpisah pada kanalnya masing-masing," ujar Ardyan.
Well semoga sesi sharing ini bermanfaat untuk para peserta. Sedangkan kamu yang berminat tahu lebih banyak soal IDEAFEST 2017, ikuti terus situs kesayangan kamu ini ya, Ladies.
(vem/zzu)