Ini kisah nyata tentang seorang wanita dari sudut pandang saya. Saya lumayan mengenal wanita ini dan sejauh yang saya tahu, dia adalah wanita yang kehidupannya sangat jauh dari kata bahagia. Dari kisah hidupnya, kita akan lebih memaknai arti bersyukur.
Sebut saja namanya Anisa. Usianya 35 tahun, dia adalah seorang janda tanpa anak. Dia masih memiliki orangtua dan dua orang adik. Akan tetapi di usia yang tidak lagi muda tersebut, kehidupannya masih bergantung dari orangtua dan keberadaannya sedikit menjadi beban bagi keluarga. Orangtuanya saat ini sudah berusia senja dan tidak bekerja lagi. Sementara Anisa saat ini bekerja di perusahaan kecil yang gajinya juga sangat kecil bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sebagai seorang lulusan sarjana hukum, bisa dibilang keberuntungan tidak berpihak padanya dalam bidang pekerjaan.
Dalam hal percintaan pun nasib Anisa juga bisa dibilang menyedihkan. Semasa kuliah dulu, dia berkenalan dengan beberapa laki-laki, semuanya hanya pria yang tidak mencintainya dengan tulus. Mungkin Anisa ini terlalu lugu dan menganggap semua orang sebaik dia, padahal kebanyakan hanya ingin memanfaatkannya.
Yang paling meninggalkan bekas luka baik secara batin dan fisik adalah ketika dia menjalin hubungan dengan Eric. Laki-laki itu sangat memberikan pengaruh yang buruk kepada Anisa hingga akhirnya dia mengetahui bahwa Eric adalah seorang pecandu narkoba. Ibu Anisa dibuat sangat tersiksa melihat anaknya yang dimabuk cinta dengan seorang yang benar-benar rusak seperti Eric. Namun, dengan berbagai cara akhirnya ibu Anisa bisa memisahkan mereka untuk tidak menjalin hubungan lagi selama-lamanya.
Setelah dengan Eric, Anisa mengenal berbagai sosok pria yang lain. Akan tetapi semua pria tersebut tidak ada yang tulus kepada Anisa dan hanya meninggalkan bekas luka di hatinya. Begitulah kisah percintaan Anisa, hanya memberikan kebahagiaan semu kepadanya.
Anisa juga pernah mengalami kejadian pahit yang tidak disangka-sangka. Waktu masih berpacaran dengan Eric mereka pernah terlibat kecelakaan yang mengakibatkan kaki Anisa patah. Tepatnya di bagian paha. Setelah berangsur-angsur pulih, Anisa pernah tidak sengaja terjatuh di kampusnya dan mengakibatkan kakinya patah lagi dan butuh waktu lagi untuk benar-benar bisa berjalan normal.
Beberapa tahun kemudian, Anisa merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Dia merasa gampang sekali jatuh sakit. Hingga puncaknya dia kehilangan berat badan secara drastis dan suatu hari dia mengalami diare hebat hingga membuatnya lemas. Hal itu berlangsung berhari-hari dan membuat seluruh anggota keluarganya bertanya–tanya dan tentu saja panik luar biasa. Anisa seperti sudah akan meregang nyawa karena kondisinya benar-benar seperti orang yang sekarat. Setelah melewati pemeriksaan rumah sakit, Anisa dinyatakan positif mengidap HIV.
Orangtua dan saudara-saudara Anisa sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Diduga penyakit tersebut ditularkan oleh Eric akan tetapi mereka tidak bisa menuntut Eric karena dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kabarnya karena over dosis, tapi mungkin juga karena penyakitnya sudah sangat menjadi parah.
Untungnya pengidap HIV yang cepat mendapatkan pengobatan bisa diselamatkan dari maut. Pada saat itu Anisa langsung mendapatkan penanganan yang maksimal sehingga dia bisa kembali sehat seperti layaknya orang lain yang tidak memiliki penyakit. Akan tetapi virus HIV tidak bisa benar-benar hilang dari tubuh Anisa. Hal itu membuat Anisa harus mengonsumsi obat ARV setiap hari, dua kali sehari.
Beberapa tahun kemudian, Anisa berkenalan dengan seorang laki-laki. Hubungan mereka tanpa diduga menjadi serius hingga akhirnya membawa Anisa pada indahnya sebuah mahligai pernikahan. Keluarga Anisa pun bahagia sekali karena mereka sudah pesimis kalau ada laki-laki yang mau menerima Anisa apa adanya termasuk penyakitnya. Harapan agar kehidupan Anisa menjadi lebih baik dan bahagia akhirnya muncul dari orangtua dan adik-adik Anisa. Akan tetapi ternyata penderitaan Anisa dalam rumah tangganya baru akan dimulai.
Sebut saja namanya Bagas. Beberapa bulan setelah menikahi Anisa, Bagas menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Bagas ternyata adalah orang yang sangat egois dan tidak bertanggung jawab. Penghasilan Bagas tidak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka berdua sehingga Anisa masih harus menumpang tempat tinggal di rumah orangtuanya. Bagas tidak peduli dengan ketidakmampuannya dalam menafkahi Anisa. Belum lagi orangtua Bagas yang juga mertua Anisa adalah tipe orangtua yang suka ikut mencampuri rumah tangga anaknya. Sehingga bertambah rumit lah pernikahan Anisa dan Bagas. Kurang lebih hanya satu tahun menikah, Anisa memutuskan untuk mengajukan gugatan cerai kepada Bagas. Setelah bercerai, Anisa akhirnya bisa merasa sedikit lega.
Begitulah nasib Anisa. Sejak kecil mungkin dia sudah ditakdirkan untuk menderita. Ibunya sempat bercerita kalau waktu Anisa masih bayi, hidup kedua orangtuanya dalam kekurangan sehingga Anisa tidak diberi asupan gizi yang cukup. Sehingga Anisa sering sakit-sakitan dan sering sekali mengalami kejang–kejang karena demam tinggi. Sejak dari kecil hingga dewasa, Anisa seperti ditakdirkan untuk harus selalu mengonsumsi obat-obatan. Hal itu saja sudah cukup membuat ibunya sangat prihatin dengan keadaannya.
Akan tetapi berbeda dengan ayah Anisa. Dia seperti sangat membenci anaknya sendiri. Seumur hidup bisa dihitung dengan jari, ayahnya berbicara dengan Anisa. Mungkin sikap itu adalah bentuk kekecewaan ayahnya karena merasa gagal dengan anaknya itu. Akan tetapi akibatnya adalah Anisa terlihat sangat jauh dari kasih sayang ayahnya. Dia punya seorang bapak, tapi terasa tidak punya karena bicara dengan Anisa pun ayahnya hampir tidak pernah. Anisa juga sering dimarahi oleh ayahnya. Dan terkadang dia cuma bisa menangis sendiri dan bertanya-tanya dalam hati kenapa ayahnya sendiri sangat membencinya.
Saat ini Anisa masih melajang dan tinggal bersama orangtuanya. Dia masih memimpikan untuk memiliki seseorang yang mencintai dirinya apa adanya dan membangun rumah tangga bersama layaknya orang lain. Penyakit HIV membuatnya sulit menemukan kekasih dan pekerjaan yang pantas. Saya pun juga bertanya–tanya kenapa hidupnya sangat menyedihkan. Memang, dia pernah melakukan kesalahan, akan tetapi begitu banyak orang di luar sana melakukan kesalahan yang sama bahkan lebih besar tapi juga tetap diberi kebahagiaan.
Sebagai sesama wanita, saya cuma bisa berharap dan ikut mendoakan untuk kehidupan Anisa supaya bisa segera menemukan kebahagiaan yang sudah seharusnya dia dapatkan. Karena setiap manusia berhak untuk merasakan bahagia.
- Di Matanya, Aku Tak Secantik Cewek Selebgram
- Terlahir Cacat Tanpa Kasih Sayang Keluarga, Hanya Tuhan Sumber Kekuatanku
- Tubuhku Memang Gendut, Tapi Tolong Jangan Memvonisku Nggak Bisa Punya Anak
- Rambut Keriting yang Dulu Pembawa Sial Kini Justru Jadi Kebanggaan
- Si Kurcaci Kekar dan Mimpinya: Aku Gadis Broken Home yang Bertahan Hidup
(vem/nda)