Curhatanku: Wanita Bertubuh Gemuk Juga Punya Hati dan Perasaan

Fimela Editor diperbarui 27 Agu 2021, 19:17 WIB

Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba My Body My Pride ini memberi kita pelajaran yang berharga. Menyikapi omongan negatif orang lain memang tak mudah, terlebih saat orang itu tak tahu apa yang sebenarnya sedang kita perjuangkan.

***

“Mana mungkin aku nikah sama cewek gembrot kayak kamu?”Cuma sebaris, tapi sakitnya masih terasa sampai sekarang. Ya saya akui saya memang memiliki berat badan di atas rata-rata. Bahkan menurut Index BMI, saya tergolong dalam overweight. Beberapa hari lalu, saya memberanikan diri untuk menimbang berat badan, dan hasilnya jeng-jeng... berat badan saya melampaui berat badan biasanya. Hampir menyentuh 3 digit. Kerisauan pun mulai menyelimuti saya. Saya berusaha membangkitkan kembali niat untuk mengatur pola makan alias diet.Sebenarnya, bagi saya diet bukanlah hal baru. Sejak tahun 2005 saya sudah mulai berdiet. Selama hampir 12 tahun berbagai metode diet telah saya coba jalankan. Mulai dari yang ringan hingga yang berat. Mulai dari yang murah sampai yang menguras kantong. Hasilnya? Ada. Namun kembali ke berat badan semula karena kelalaian saya sendiri.Menurut buku easy langsing yang saya baca, seseorang lebih mudah melangsing bila menerima kondisi tubuhnya yang sekarang. Saya berusaha untuk itu. Berusaha berdamai dengan kondisi tubuh saya, dan memaafkan kesalahan saya yang tidak memperhatikan pola makan dengan benar.

Di tengah usaha saya yang penuh tantangan, saya juga dihadapkan pada pandangan dan omongan orang tentang diri saya. Butuh effort yang besar sekali untuk menerima yang satu ini. Bagaimana tidak? Pandangan dan omongan orang itu terlalu sering dan berulang-ulang, yang tak jarang membuat saya down.Sejak dalam pandangan orang bahwa berat badan saya berlebih, sepertinya ada kesenangan tersendiri ketika mereka bisa tertawa memanggil saya dengan sebutan “Gendut”, “Nduts”, atau “Gembrot”. Bahkan terkadang dijadikan semacam identitas. Itu loh si Steffi yang gendut, badan besar. Atau ketika bercanda, lagi-lagi tubuh saya ini menjadi sasaran empuk untuk di bully, “Hati-hati tuh entar ban motornya kempes”. Lucu ya, tapi miris :(  Tak jarang juga bentuk tubuh saya disamakan dengan hewan seperti “Gajah”, “Beruang”, “Badak”, "Paus", atau pun hewan besar lainnya. Atau juga disamakan dengan benda seperti “Kapal Tanker”,”Botol Galon”,”Truk Ton-Ton”, sampai segala “gentong” di bawa-bawa. Parahnya lagi, ketidakidealan  ini pun pernah dijadikan alasan yang wajar untuk selingkuh, hingga pada akhirnya tercetuslah kalimat pembuka yang menyayat hati itu. :(

Saya yakin, setiap kegemukan pasti ada awal mulanya dan setiap orang gemuk punya ceritanya masing-masing. Ada yang gemuk karena pola makan yang tidak sehat, ada pula yang gemuk karena keturunan, atau ada pula yang gemuk karena habis melahirkan, dan lain-lain.Apapun alasannya tetap saja yang dipandang orang adalah “Gemuk”. Mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang wajar berkata demikian untuk becandaan atau hanya kesenangan belaka. Tapi saya ingin memberitahu bahwa hal itu MENYAKITKAN. Saya sempat berpikir, apakah dengan tubuh yang gemuk ini saya mengganggu hidup orang-orang tersebut? Apakah saya meminta mereka untuk selalu membelikan saya makanan ketika saya lapar? Atau saya meminta mereka membelikan baju baru ketika baju lama tidak muat? Atau mungkin saya meminta mereka untuk menggendong saya kemana-mana sehingga menjadi beban bagi mereka?Sebegitu bermasalahnya kah kegemukan saya bagi mereka hingga mereka menyamakan saya dengan “binatang-binatang besar” ataupun “benda-benda besar”?

Saya hidup, bekerja dan memenuhi kebutuhan diri saya sendiri. Sempat terpikir oleh saya, apa pernah mereka tahu ketika mereka memanggil saya dengan sebutan yang menyakitkan tadi, saya juga sedang berusaha mati-matian untuk mengembalikan berat badan saya menjadi ideal? Tak jarang saya hanya bisa menelan ludah melihat mereka makan enak. Sampai saya sempat masuk rumah sakit karena kelelahan diet?Siapa sih yang tidak ingin memiliki tubuh yang ideal? Yang mudah kalau mencari baju, yang tidak mendapatkan kata-kata menyakitkan dari orang lain.

Mungkin mereka membela diri dengan berkata itu kan bentuk tantangan, harusnya jadi motivasi. Sayangnya mungkin juga mereka lupa kalau tidak semua manusia bisa di motivasi melalui hal-hal seperti itu.Mungkin mereka membela diri dengan berkata itu hanya becandaan. Sayangnya mungkin juga mereka lupa bahwa hidup ini bukan becandaan. Gimana kalo mereka yang dibandingkan dengan benda atau binatang dengan konotasi negatif. Mau?Bahkan mereka juga bisa berkata bahwa saya terlalu lebay alias berlebihan menanggapi sesuatu. Sayangnya mungkin mereka juga lupa kalau manusia punya perasaan. Bukankah terkadang lidah lebih tajam dari pedang?Pada akhirnya terserah apakah masih akan ada orang yang memanggil saya dengan panggilan menyakitkan itu atau tidak. Yang terpenting melalui tulisan ini saya sudah menyampaikan apa yang ada di hati saya. Bila ada hal yang ingin saya utarakan untuk menutup tulisan ini adalah bila kalian tidak dapat berkontribusi dalam usaha saya menuju berat badan ideal, cukuplah menjaga lisan kalian untuk tidak membicarakan bentuk tubuh saya. Syukur-syukur kalau kalian bisa berkontribusi di dalamnya. Seperti menyediakan makanan diet yang sehat, fasilitas olahraga yang baik, ataupun sekadar memberi semangat agar berat badan saya menjadi ideal dengan kata-kata yang baik. Kalau tidak bisa, maka saya berterimakasih atas diamnya kalian.

(vem/nda)