Rambut Keriting yang Dulu Pembawa Sial Kini Justru Jadi Kebanggaan

Fimela diperbarui 28 Sep 2017, 14:30 WIB

Pernah merasa nggak percaya diri dengan rambut sendiri? Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba My Body My Pride ini  mungkin menyuarakan hal yang sama seperti yang pernah kamu alami. Memiliki rambut keriting membuatnya tak percaya diri hingga belasan tahun kemudian ia menyadari sesuatu.

***

“Ngapain Kamu Ndil?”

“Awas-awas si Brimob lewat”

“Brimob?”

“Iya, Brindil Mobal-mabul”

Gelak tawa terdengar riuh, gadis itu terus melangkah sambil menundukkan kepala. Mati-matian ia menahan tangisnya. Dalam hati dia bertekad akan menggunakan semua uang tabungannya untuk meluruskan rambutnya. Tak apalah ia tak jadi beli sepatu baru, tak apalah ia memakai sepatu butut bekas kakak sepupunya itu sebentar lagi. Dia hanya berharap ketika rambutnya berubah menjadi lurus nanti, ia akan punya teman.

Gadis itu adalah aku, bahkan saat aku menuliskan cerita ini rasa pedih itu kembali mengusik. Ingin rasanya aku berlari ke masa lampau dan memeluk gadis itu, berbisik lembut di telinganya dan mengatakan bahwa 13 tahun kemudian rambutnya yang keriting itu justru akan menjadi aset paling berharga dan paling indah yang dia miliki.

Kedua orangtuaku berambut keriting, maka wajar sajalah kalau aku terlahir dengan rambut keriting. Awalnya aku tidak pernah bermasalah dengan rambutku karena teman-temanku di desa tak pernah mempermasalahkannya. Semuanya berubah ketika aku melanjutkan sekolah ke SMP yang ada di kota. Rupanya teman-teman baruku di sana tidak begitu familier dengan rambut keriting hingga akhirnya aku menjadi bahan olok-olok mereka.

Mereka menyebutku Kriwil, Brindil, Brimob, dan masih banyak panggilan yang lain. Terlebih lagi kulitku yang hitam karena dulu aku senang bermain di sawah membuatku semakin menjadi sasaran ejekan mereka. Akhirmya aku menggunakan tabunganku untuk meluruskan rambut hanya untuk mendapati kenyataan bahwa mereka tetap tidak berteman denganku. Aku bahkan berusaha untuk giat belajar dengan harapan jika aku berprestasi mereka akan menghargai aku. Ternyata aku salah, karena ketika aku berhasil menjadi juara kelas pun mereka masih lebih memilih berteman dengan anak yang cantik.

Mungkin teman-temanku dulu hanya bermaksud bercanda, namun ejekan mereka terekam di alam bawah sadarku dan terbawa hingga aku dewasa. Aku tidak pernah merasa cantik, sebaliknya aku selalu mengeluh dan meratapi nasib. Kenapa tubuhku tidak langsing? Kenapa kulitku coklat? Dan yang terpenting kenapa aku dilahirkan dengan rambut keriting?

Cantik di mataku adalah versi industri kecantikan, kulit putih, badan langsing, rambut hitam panjang, lurus dan hidung mancung. Aku tidak pernah bisa percaya diri. Uang sakuku semasa sekolah dan kuliah kuhabiskan untuk mengurusi rambutku dan tubuhku hanya agar aku mendapat pengakuan cantik.

Malangnya aku juga tidak lantas bertemu dengan pria baik-baik. Pacarku saat aku SMA memutuskan aku karena memiliki pacar baru yang rambutnya panjang, hitam, dan lurus. Bisa membayangkan betapa patah hatinya aku? Dan akhirnya aku melakukan hair extensiondemi mempunyai rambut panjang. Setelah masuk kuliah pacarku yang baru ternyata suka selingkuh, hal itu semakin menambah rasa tidak percaya diriku. Apakah aku sebegitu jeleknya hingga dia melirik yang lain? Hal ini masih terus berlanjut hingga aku bekerja, kala itu orang yang aku cintai memiliki standar kecantikan yang berbeda. Menurutnya wanita yang cantik adalah wanita berambut pendek. Ketika kami berpisah, kisah selanjutnya bisa ditebak, aku memotong rambutku hingga seleher karena aku mulai bertanya-tanya apakah definisi cantik itu berambut pendek?

Lama setelah itu aku bertemu dengan suamiku sekarang, dia lah yang akhirnya membukakan mataku dan menunjukkan kualitas yang ada dalam diriku. Suamiku tidak pernah menuntut aku harus berpenampilan seperti apa. Dia tidak pernah nyinyir mengomentari baju yang aku pakai, tidak pernah memintaku berdandan sesuai keinginannya, tidak pernah berkomentar cantik itu harus bagaimana. Sebaliknya, dia selalu menatapku dengan penuh cinta, memperlakukan aku seolah aku adalah makhluk paling berharga di muka bumi ini dan selalu memujiku. Sering aku bertanya, apakah rambutku mesti aku luruskan lagi? Apakah aku boleh memanjangkan rambutku? Dan dia selalu menjawab, “Terserah Kamu, Kamu cantik diapain aja.”

Akhirnya, kami memutuskan menikah dan tidak lama kemudian aku hamil. Karena hamil aku tidak bisa meluruskan rambutku. Aku mulai stres dan panik, takut rambutku megar kemana-mana, takut suamiku nggak cinta lagi kalau rambutku keriting dan takut diejek orang lagi. Namun demi si bayi dalam kandungan aku mencoba menahan hasrat ingin ke salon dan menguatkan hati.

Aku mulai rajin merawat rambutku karena saat itu rambutku rontok parah. Aku merawat rambutku dengan sungguh-sungguh dengan harapan rambutku akan tumbuh dengan cepat dan kuat, sehingga kelak ketika aku meluruskan rambutku hasilnya akan bagus. Aku pun mulai mencoba berbagai produk perawatan rambut dari The Body Shop. Setelah anakku lahir, ternyata aku tak juga bisa meluruskan rambutku. Sementara itu rambut asliku mulai mencapai bahu panjangnya. Saat itu tampangku sangat aneh, rambutku separuh keriting separuh lurus dan rasanya itu saat terjelek dalam sejarah rambutku.

Suatu hari setelah keramas, aku menyadari bahwa rambut keritingku sangat bagus terlebih jika dibandingkan dengan rambut lurus hasil smoothinganku. Akhirnya aku memutuskan ingin kembali berambut keriting saja dan memotong habis rambut sisa smoothinganku. Aku mulai mencari artikel seputar rambut keriting, menonton video tentang rambut keriting di Youtube dan mempelajari serta mempraktikannya. Ternyata dengan perawatan yang benar, rambutku malah jadi keriting bagus dan tidak megar sama sekali.

Rambutku sangat sehat, hitam, halus, lembut, berkilau, tidak rontok dan tidak bercabang. Selama 13 tahun terakhir, rambutku tidak pernah sebagus ini dan aku tidak pernah secinta ini dengan rambutku. Sekarang aku malah super duper percaya diri mengurai rambutku di depan umum. Biasanya saat aku melakukan hal itu, orang-orang akan memperhatikan dan bertanya apakah rambutku itu asli atau buatan dan dengan bangga aku akan memberitahu mereka ini adalah rambutku yang asli.

Rasa cinta pada rambutku mulai membuatku lebih mencintai diriku apa adanya dan menerimanya sebagai karunia Tuhan. Kini aku lebih rajin merawat diri dan menjaga kesehatan tubuh karena bagiku sekarang, seluruh bagian tubuhku berharga dan aku harus menjaganya. Meskipun butuh waktu 13 tahun bagiku untuk bisa menerima dan mencintai diriku namun aku merasa sangat bersyukur.

Aku tahu di luar sana masih banyak orang yang terjebak dalam definisi cantik yang semu sehingga mereka tidak bisa mencintai diri mereka sendiri. Banyak yang terlalu sibuk menjadi seperti apa yang orang lain mau hingga mereka buta dan tidak bisa melihat kualitas luar biasa yang ada pada diri mereka sendiri. Betapa lucu sebenarnya kalau dipikir-pikir, bagaimana bisa aku selalu meminta izin orang lain tentang mau diapakan rambutku atau mau jadi seperti apa aku padahal sebenarnya aku lah yang memiliki hak penuh atas diriku?

Aku senang sekali menceritakan pada orang kisah tentang rambut keritingku ini. Aku berharap setelah mereka mendengar ceritaku mereka akan terinspirasi dan bisa mencintai diri mereka sendiri. Aku juga belajar banyak dari pengalamanku di-bully di masa lalu, pengalamanku ini juga mengajarkan padaku untuk menghargai orang lain karena seperti apapun bentuk tubuh mereka itu adalah ciptaan Tuhan.

Aku sebisa mungkin  menjaga diri untuk tidak memberi komentar negatif kepada seseorang, terlebih soal bentuk tubuhnya bahkan meskipun itu hanya untuk bercanda. Aku juga berusaha menanamkan rasa cinta kepada diri sendiri dan rasa menghargai manusia lain kepada anakku, karena dia juga terlahir dengan rambut keriting. Aku berharap kelak dia akan lebih kuat, lebih mencintai dan menghargai dirinya serta orang lain.

Aku berharap semoga dia tidak pernah mengalami hal yang dialami oleh ibunya, begitupun aku juga berharap orang-orang yang membaca kisah ini melakukan hal yang sama. Mencintai dan menghargai diri mereka sendiri juga berhenti mengolok orang lain. Bukan hak kita untuk menghakimi orang lain.  Ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna namun Tuhan selalu memberikan kelebihan dan talenta bagi tiap-tiap orang, hargailah ciptaan-Nya.

(vem/nda)
What's On Fimela