Rasa Percaya Diri Menutupi Kekuranganku, Jodohku Pun Pria yang Istimewa

Fimela Editor diperbarui 26 Sep 2017, 09:30 WIB

Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba My Body My Pride ini menyadarkan kita akan satu hal. Hal penting soal cara menyikapi kekurangan dan rasa minder yang kita miliki.

***

Sejak aku masih di bangku sekolah dasar hidupku sudah terpisah dari kedua orangtuaku. Bapak dan ibuku mencari nafkah di ibukota, sedang aku tinggal di desa di sebuah kota kecil di Jawa Tengah bersama nenek dan kakekku.

Nenek dan kakekku juga mempunyai banyak cucu sehingga mereka hanya sekadar memperhatikanku sebatas makan 3 kali sehari. Di luar itu kondisi tubuhku sangat tidak terurus, banyak bekas luka di kakiku yang sampai sekarang masih ada, tubuhku juga kurus kering, serta kondisi gigi yang tidak kalah berantakan dan berkaries. Sungguh jauh kondisi fisikku untuk menjadi modal impianku yang ingin menjadi seorang entertainer.

Tidak sedikit pula kata-kata menyakitkan yang aku terima: anak kurang gizi, kaki banyak mur (mur pasangan baut, bahasa kiasan untuk kulit yang banyak bekas luka yang bulat menghitam), gigi nyentang dan nieng (nyentang = gingsul/posisi gigi tidak beraturan, nieng = karat besi/kiasan untuk gigi berplak kuning kecokelatan). Bayangkan anak seusia itu menerima hinaan mengerikan yang bisa saja mempengaruhi mentalnya hingga dewasa.

Tapi tidak ada yang bisa disalahkan atas kondisiku saat itu, karena hinaan itu memang benar sesuai kenyataan. Begitupun kedua orangtuku, mereka meninggalkanku agar bisa memenuhi biaya pendidikanku. Aku sadar tidak ada orang yang sempurna. Di balik kekurangan yang ada, banyak kelebihan yang bisa digali. Aku memiliki rambut lurus, halus dan hitam serta otak yang cerdas. Di balik hinaan yang aku terima, banyak pujian dan perkataan iri kepada rambutku, bahkan saat kelulusan SD nilaiku adalah tertinggi selama sejarah sekolah berdiri sampai saat itu.

Saat menginjak SMA aku tidak ingin kekuranganku terlihat. Aku menutupi kaki belangku dengan kaos kaki panjang, kurus tubuhku dengan memakai jaket, dan menutupi kekurangan gigiku dengan sedikit mangap (menganga) saat bicara serta menutupi mulutku dengan tangan saat tertawa. Aku harus tetap percaya diri di balik keminderanku yang pasti tetap ada dan memiliki kebanggaan terhadap semua yang Allah berikan pada tubuhku agar aku bisa melewati masa remajaku seperti anak-anak lain yang notabene terurus oleh orangtuanya. Dan pada kenyataannya memang tidak sedikit cowok yang sempat menyukaiku, bahkan aku sempat menjadi vokalis band di kelas 3 SMA. Ya, alhamdulillah aku juga dikaruniai suara yang lumayan merdu hingga sedikit impianku sebagai entertainer pun tercapai saat kami manggung kesana kemari menghibur beberapa khalayak dengan karya kami.

Tapi sepertinya jalanku belum saatnya untuk bisa sampai ke mimpiku, band demi band tempatku bergabung pun bubar. Begitu pun kisah asmaraku, beberapa kandas. Namun syukurlah kurasa aku tidak ditinggalkan karena mereka tidak bisa menerima kekurangan fisikku. Syukurlah aku tidak pernah mendengar hinaan tentang fisikku dari mulut mantan-mantanku, jika saja itu terjadi mungkin akan lain cerita hidupku dan membuatku minder sepanjang hidupku. Ya, aku yang meninggalkan mereka yang aku rasa tidak cukup baik untukku, aku yang penuh kekurangan pun berhak memiliki kriteria bukan?

Hingga suatu hari saat kuliah, di parkiran kampus ada seorang cowok berambut gondrong, keriting, acak-acakan mengajakku berkenalan. Salutnya aku padanya, bahkan dengan kondisinya yang seperti baru bangun tidur, belum mandi (mungkin belum gosok gigi juga) dengan percaya dirinya mendekatiku. Tapi anehnya aku tertarik padanya, dia sangat mempesona dengan semua kekurangannya. Percaya dirinya menutupi semua kekurangannya, dia menjadi sumber inspirasiku. Dia lah ayah dari anakku, suamiku yang menerima apa adanya diriku, kelebihan dan kekuranganku.

Syukurku kepada Allah, kekurangan yang kita miliki adalah ujian, agar kita tahu di mana kelebihan kita. Berbanggalah atas semua yang ada pada tubuh kita, rawat, perbaiki yang mungkin, gali kelebihan kita untuk menunjang rasa percaya diri guna meraih impian dan cita.

(vem/nda)

What's On Fimela