Review: Novel ''Paris, My Sweet'' Karya Amy Thomas

Fimela diperbarui 22 Sep 2017, 11:15 WIB

Judul: Paris, My Sweet
Penulis: Amy Thomas
Alih bahasa: Aimee Monica Santoso
Desain sampul: Orkha Creative
Layout: Sukoco
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2017

Amy Thomas, si penggila makanan manis dan penggemar segala sesuatu yang berbau Prancis, mendapatkan pekerjaan impian, yaitu meninggalkan Manhattan untuk bekerja di Paris sebagai penulis iklan untuk Louis Vuitton. Dalam gemerlap Kota Cahaya, Amy bekerja di kantor di Champs-Élysées, menjelajahi jalan-jalan cantik Paris, serta menjajal pâtisserie dan boulangerie—toko kue, roti, dan cokelat terbaik—di kota itu.

Namun, apakah jatuh cinta pada satu kota berarti meninggalkan kota yang lain? Sebesar apa pun kekaguman Amy akan Paris, ada bagian dirinya yang tetap merasa bagaikan kue chocolate chip bersahaja di
tengah-tengah lautan macaron yang sempurna. PARIS, MY SWEET menunjukkan bahwa pencarian akan kebahagiaan bisa berlalu sekejap bak souffl é karamel asin, bisa begitu memuaskan bagai kue cokelat leleh, dan kehidupan yang kita jalani terkadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Buku ini setengahnya berisi surat cinta kepada Paris, setengahnya kepada New York. Namun di atas segalanya, PARIS, MY SWEET adalah peta harta karun bagi siapa pun yang dahaga akan kehidupan.

***

Apakah kamu seorang Francophile (penggemar segala sesuatu berbau Prancis)? Kalau iya, maka kamu pasti paham betul dengan yang dirasakan Amy Thomas. Amy, usianya 36 tahun punya karier yang cukup cemerlang sebagai penulis teks periklanan di New York. Suatu hari, ia mendapat tawaran jadi penulis untuk proyek Louis Vuitton di Paris. Wah, mendapat tawaran kerja di Paris? Meski awalnya dilanda banyak dilema, Amy pun memulai petualangan barunya di Paris.

Kesukaannya pada aneka makanan manis membuatnya jadi suka bertualang mencicipi aneka kue lezat di Paris. Kalau orang lain mungkin menjadikan aneka kue dan makanan manis sebagai makanan penutup, Amy lebih suka menikmatinya secara utuh tanpa harus menjadikannya makanan penutup. Menikmati aneka makanan manis jadi caranya tersendiri untuk melepas stres sekaligus mengobati berbagai kegelisahan yang dirasakannya.

Sudah waktunya aku lebih terbuka: pada hal-hal yang tak terduga, pada hal-hal yang tak dikenal, dan terutama, pada hal-hal yang tak sempurna.
(hlm. 134)



Memulai hidup baru di Paris bukanlah hal yang mudah. Tuntutan pekerjaan yang begitu tinggi dan situasi kantor yang kemudian berubah tidak kondusif membuat Amy tertekan. Kebiasaan orang Prancis yang begitu berbeda dengan orang-orang di New York jadi culture shock tersendiri. Lalu usahanya untuk mencari pasangan pun tak berjalan sesuai dengan harapan.

Sementara itu sahabatnya, AJ akan menikah. Ada rasa bahagia tapi juga ada semacam perasaan hampa yang dirasakan Amy. Beruntung ia selalu dikelilingi oleh sahabat-sahabat terbaik dan juga keluarga yang begitu pengertian. Meski memang tak bisa dipungkiri sebagai wanita lajang di usia 36 tahun dia merasakan sejumlah dilema.

Jika ada satu hal yang kupelajari dari musim dingin Paris yang panjang dan gelap, itu adalah kalau kau mengubah sikapmu, hidup akan mengikutinya.
(hlm. 180)



Sangat seru mengikuti petualangan Amy ini. Kita tidak hanya diajak untuk menikmati keindahan Paris tapi juga menelusuri sejarah dari berbagai jenis kudapan manis. Cara Amy menikmati setiap kue yang ia nikmati juga begitu berbeda. Caranya menggambarkan kelezatan baguette terasa begitu menggoda selera. Ia juga menjelaskan soal sejarah cupcake, hal-hal menarik terkait macaron, pembuatan croisant yang prosesnya sangat lama tapi justru di situ letak keistimewaannya, dan soal ternyata French toast yang memiliki padanan kata le pain perdu di Prancis.

Berbagai jenis kue disebutkan dengan bahasa Prancis. Kalau tidak begitu paham soal bahasa Prancis agaknya memang cukup sulit untuk mengingatnya. Tapi beneran deh, membaca pengalaman Amy mencicipi aneka cokelat dan kue lezat ini sangat menggugah selera dan bikin penasaran.

Yang paling berkesan adalah persahabatan Amy dengan AJ. Sudah bersahabat lebih dari 25 tahun ada banyak cerita dan kenangan yang mereka miliki. Ketika AJ menikah, Amy pun memberikan sambutannya dengan bahasa yang begitu indah. Meski Amy di Paris dan AJ masih menetap di New York, mereka tetap dekat satu sama lain.

Mungkin jika seseorang amat sangat menginginkan sesuatu, selama itu, bahkan tanpa menyadarinya, takdir pun akhirnya harus mendengarkan dan bekerja sama.
(hlm. 240)

Dari pengalaman Amy bekerja dan tinggal di Paris, kita akan menemukan banyak cerita menarik soal berbagai sudut di Paris. Bukan cuma indahnya Menara Eiffel saja yang menjadi daya tariknya. Juga soal bagaimana Amy mencoba untuk dekat dengan rekan-rekan kerjanya dan pria-pria yang tampaknya cukup berpotensi jadi kekasihnya. Meski ya kadang yang kenyataan nggak sesuai dengan harapan, sih.

Diceritakan dengan bahasa yang ringan dan juga penuh kejutan, membaca novel Paris, My Sweet kita akan mengikuti kisah Amy dan berbagai dilema yang mungkin juga dirasakan oleh banyak wanita lain di seluruh dunia. Mulai dari soal (ehm) jodoh dan pernikahan, pencarian jati diri, dan menemukan kembali makna hidup. Sangat menarik juga bagaimana Amy mencoba untuk menyelesaikan masalahnya sambil menelusuri makna dari setiap kue kesukaannya.

Apakah Amy memutuskan untuk menetap di Paris? Atau kembali ke New York setelah kontraknya habis? Hm, untuk tahu jawabannya langsung saja baca novelnya, ya ladies. Ada banyak hal manis yang bisa kamu temukan di novel ini.




(vem/nda)
What's On Fimela